Tiga tahun pernikahan tanpa cinta dari suaminya, Valeria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Zelan. Laki-laki yang sebelumnya ia cintai dengan sepenuh hati.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan, pengorbanan yang di anggap seperti angin lalu, membuatnya lelah lahir batin.
Di mata Zelan, Valeria hanya sosok wanita jahat dan kejam, sosok yang dia anggap sebagai perebut kebahagiaan nya dengan wanita yang dicintainya.
Namun ada sebuah fakta yang tidak di ketahui oleh Zelan di balik pernikahan nya dengan Valeria. Wanita yang dia anggap sebagai antagonis itu, ternyata adalah orang yang paling banyak berkorban untuk hidup nya.
"Peran ku sebagai istrimu telah usai Zelan, aku pergi, satu hal yang harus kau ketahui. Aku, bukan orang jahat."
Bagaimana reaksi Zelan setelah mengetahui kebenaran tentang Valeria dan bagaimana kehidupanya setelah di tinggal sang istri? Ayo baca kisah nya di sini ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #17
"oh ya sayang, kau tidak boleh memanggil nya dengan sebutan Aska, dia itu seumuran kakak mu Alvin, jadi kau juga harus memanggil nya dengan sebutan kak, atau kak Aksa," ucap sang mama yang mendidik putrinya untuk menjadi orang yang tau sopan santun.
"Tapi aku sama sekali tidak berniat memanggil nya ma," lirih Valeria masih bermanja-manja di dalam pelukan sang mama.
"Astaga, ya sudah sekarang sudah pagi, seharusnya kau mandi, setelah itu turun sarapan, mama tunggu ya," ucap mama Yunita yang kemudian melepaskan pelukannya dari Valeria.
"Baik ma, terima kasih untuk air nya," ucap Valeria sambil tersenyum.
"Iya, ayo cepat mandi," ucap mama Yunita lagi.
Valeria mengangguk dan kemudian mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya.
Sementara itu di kamar Alvin.
"Kau membiarkan adikku memeluk mu dan mengira kau adalah aku? Kenapa kau tidak langsung bilang dan menghindari nya?" omel Alvin.
"Kau bisa diam tidak? Sudah tiga puluh menit kau mengomel, aku benar-benar lelah Alvin ayolah jangan banyak bicara," ucap Aksa yang kini berbaring terlungkup di atas tempat tidur Alvin tanpa baju dan menutup kepalanya dengan bantal.
"Banyak bicara katamu? Bayangkan kalau aku memeluk adikmu dan aku menyamar sebagai kau untuk mengambil kesempatan seperti yang kau lakukan tadi subuh! Apakah kau tidak akan marah?" bukan nya berhenti dengan omelan nya, Alvin malah semakin menjadi-jadi.
"Aku tidak punya adik," jawab Aksa, dari suaranya dia terdengar sangat ngantuk.
"Kau!" Alvin kini kehabisan kata-kata untuk memarahi sahabatnya itu.
"Sudahlah, jangan berisik lagipula aku bukan nya mengambil kesempatan, dia langsung memelukku begitu saja, mana mungkin aku berani mendorong nya sedangkan dia adik mu," jelas Aksa yang tau bagaimana kekhawatiran Alvin saat ini.
"Kau tau dari mana kalau dia adikku?" Alvin semakin bolot dengan perkataan Aksa.
"Bodoh, aku mendengar mama mu menelpon meminta kau kembali karena adikmu sudah ke kembali," kata Aksa yang kini terbawa-bawa rasa kesal karena Alvin yang cerewet.
"Huh, baiklah, tidur satu jam saja setelah itu pergi dari rumahku, mulai sekarang kau tidak boleh sering-sering datang ke sini karena Valeria sudah kembali," ucap Alvin lagi.
"Jadi sekarang kau tidak membutuhkan aku lagi hanya karena adikmu sudah kembali?" terdengar lagi suara marah Aksa di balik bantal yang menutupi kepala nya itu.
"Bukan begitu, aku hanya tidak ingin Valeria dekat dengan mu karena sebelumnya dia menganggap mu sebagai aku, kau sudah memeluk adikku dan aku sebagai kakak nya malah di tinggal kabur," lajut Alvin.
Namun kali ini tak ada lagi jawaban dari Aksa yang ternyata sudah tertidur pulas.
"Ck, menyebalkan," ucap Alvin.
Namun Alvin tidak memilih untuk tidur, dia tidak merasa mengantuk sedikitpun, ia malah lebih memilih untuk mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu di lantai bawah ...
"Valeria! Sarapan nya sudah siap, jika kau turun panggil sekalian kakak mu untuk makan sarapan bersama," teriak mama Yunita dari lantai bawah.
"Iya ma!" jawab Valeria yang saat itu baru saja keluar dari kamar nya terlihat sangat rapih dan cantik meskipun pakaian yang dia pakai sangat sederhana.
"Ma! Kamar kak Alvin di mana!?" Ia berdiri di lorong dan kembali berteriak.
"Di lantai tiga sayang!" ucap sang mama lagi.
"Baik,"
Valeria pun segera menaiki lantai tiga rumah mewah itu dan menemukan dua kamar di sana, dia sejenak melupakan tentang Aksa dia juga berfikir jika memang teman kakak nya itu ada di sini tidak mungkin satu kamar dengan kakak nya, dia masih ingat kebiasaan sang kakak yang tidak suka berbagi tempat tidur dengan siapapun.
Tak butuh waktu lama dia pun akhirnya tiba di kamar tersebut, Valeria membuka pintu kamar itu tampa mengetuk nya, dia segera melihat seseorang yang berbaring di tempat tidur sang kakak dengan keadaan terlungkup dan kepala di tutupi dengan bantal.
"Kak Alvin sajak kapan punya kebiasaan tidur seperti ini?" batin Valeria.
Ia pun menghampiri tempat tidur tersebut dan sedikit terpukau dengan badan sang kakak yang menurutnya sangat bagus dan atletis bahkan di lihat dari belakang saja.
"Kak, kak Alvin, mama menyuruh mu turun untuk sarapan bersama," ucap Valeria sambil mentoel-toel pundak Aksa dengan jari telunjuk nya.
Dia kembali salah mengenali orang sedangkan kakak kandung nya sendiri sedang sibuk berendam di dalam bathtub.
"Kak bangun!" Valeria yang kesal mulai mencubit pundak Aksa yang dia pikir adalah Alvin.
"Ah, sakit," leguh Aksa seketika ia pun tersadar dan langsung menyingkirkan bantal yang menutupi nya.
Valeria yang melihat itu seketika mematung di tempat, dia berdiri di hadapan Aksa yang saat ini terjaga dari tidurnya. Sangking terkejutnya dia bahkan tidak sanggup untuk berbicara dan matanya bahkan tidak berkedip di tambah lagi kini dia melihat bagian depan dari tubuh Aksa yang sudah seperti badan anggota militer.
"Adik kecil kau menganggu tidur ku, kau bahkan mencubit ku," ucap Aksa sambil menatap Valeria dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Suara khas bangun tidur, rambut lurus yang sedikit panjang itu terlihat acak-acakan, namun wajah nya begitu tampan.
"M-maaf, ak-u kira kau kak Alvin," rasa kaget, malu, dan takut kini bercampur aduk di rasakan Valeria.
Ia beberapa kali memelintir jari-jari tangan nya yang sudah menyentuh kulit Aksa.
"Alvin mandi, kau keluar dulu nanti aku akan katakan padanya untuk turun sarapan," lirih Aksa lagi, kali ini ia tersenyum tipis dan berbicara dengan nada lembut.
"Terima kasih," Valeria menundukkan kepalanya dan kemudian berlalu pergi dengan jalan seperti kilat menyambar meninggalkan kamar sang kakak.
Sepanjang jalan turun ke lantai bawah ia tidak ada habis-habisnya mengutuk dirinya sendiri.
Sementara itu Aksa hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala, melihat tingkah adik sahabatnya yang sudah dua kali salah mengenali orang.
"Bodoh, bodoh, bodohnya aku, kenapa aku kembali salah mengenali orang? Valeria kau benar-benar memalukan, belum sampai dua hari tinggal di sini sudah membuat diri sendiri malu habis-habisan, dia bahkan memanggil ku adik kecil, dasar laki-laki kurang hajar, memangnya sekecil apa aku di matanya yang sebesar kingkong itu," umpat Valeria yang kini sudah tiba di lantai bawah.
Sangking kesalnya dia bahkan tidak menyadari sang papa yang ada di bawah tangga.
"Kau kenapa?" ucap papa nya.
"Astaga papa, membuat ku kaget saja," katanya sambil mengelus dada.
"Hahah, kau ini suka melamun ya, ayo ke ruang makan bersama," ucap sang papa sambil tersenyum.
"Gandeng ya pa, sudah lama tidak gandeng," kata Valeria lagi.
Ia segera melupakan apa yang baru saja terjadi dan menggandeng tangan sang papa menuju ruang makan.
****