NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir Saja

"Siang bi Karti, Ratna, pada masak apa ini?"

"Loh, pak Yusuf. Kok kesini, katanya masih cuti?"

Ratna yang sedang membantu bi Karti menyiapkan makan siang dapur, dikejutkan dengan kedatangan Pak Yusuf siang itu ke rumah Anita tempatnya bekerja. Setau Ratna, Pak Yusuf mengambil cuti 2 hari, dan harusnya masih menyisakan satu hari ini.

"Pak Yusuf itu sebenarnya cuti karena ada keperluan, atau cuma mau main-main saja toh Pak?"

Bi Karti menimpali sambil memegang sendok kayu di depan kuali. Aroma ikan goreng yang sedang diganti masak memenuhi ruangan dapur.

"Aku itu cuma mampir kok, Aku kangen nih sama kalian semua hehehe."

Derai tawa Pak Yusuf yang khas menggema. Bi Karti dan Ratna ikut tertawa mendengar Pak Yusuf menggoda.

"Bisa aja Pak Yusuf nih. Bapak mau saya buatkan kopi?"

"Nggak usah Rat, aku sudah ngopi tadi pagi di rumah."

"Terus ke sini mau ngapain Pak?"

"Ya cuma main Ratna, mosok Yo ndak boleh?"

"Pak Yusuf nih lucu, udah cuti malah mainnya ke sini juga. Ya mendingan nggak usah cuti Pak, masuk kerja aja."

Pak Yusuf kembali terkekeh. Iya mengambil kursi lalu duduk di samping meja dapur.

"Rat, boleh minta tolong nggak?"

"Minta tolong apa pak Yusuf?"

Ratna yang sedang memotong sayuran menoleh ke arah Pak Yusuf. Umur laki-laki itu tidak terpaut jauh dari umur Ratna. Tetapi bagi Ratna, Pak Yusuf sudah seperti ayahnya sendiri.

"Tolong belikan rokok dong di warung sebelah. Pakai motorku aja biar cepet."

"Ya ampun Pak Yusuf, kenapa tadi nggak beli sekalian waktu mau ke sini. Saya kan lagi bantuin Bi Karti masak."

"Tadi aku tuh buru-buru ke sini karena haus, pengen minta minum jadi lupa mau mampir beli rokok."

Ratna menghela nafas, sejenak menatap Pak Yusuf dengan wajahnya yang memohon.

"Ya sudah ya sudah, mana uangnya sini Ratna beliin?"

Pak Yusuf tersenyum senang, memperlihatkan gigi giginya yang menguning karena kebanyakan merokok dan minum kopi. Ia mengeluarkan sejumlah uang dari saku celananya.

"Nih uangnya, itu masih ada sisa kamu boleh jajan sana. Kamu tahu toh rokok yang biasanya aku beli itu yang kayak apa?"

Ratna bersorak gembira. Umurnya yang masih belia memang tidak bisa menolak ketika ada kesempatan baginya untuk pergi jajan.

"Tahu pak, tahu. Tunggu ya sini kunci motornya."

"Kunci motornya masih ada di motor, hati-hati nggak usah buru-buru."

Ratna berjalan keluar sambil berjingkat senang. Meninggalkan Pak Yusuf dan Bi Karti di dapur yang tertawa melihat tingkahnya.

"Kamu itu loh Pak, sudah tua mbok rokoknya dikurangi."

Sebagai teman kerja, Bi Karti memberikan nasehat kepada Pak Yusuf. Teman kerja yang sudah seperti saudara sendiri. Mereka sudah bekerja di sana sejak Nyonya Anita dan Tuan Pram awal menikah. Bahkan Nyonya Anita dan Tuan Pram sudah menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga, bukan hanya sebagai sopir dan pembantu.

"Aku itu emang sengaja nyuruh Ratna membeli rokok, karena aku mau ngomong sama Bi Karti. Penting."

"Ada apa tuh pak Yusuf. Jangan bikin Bibi takut ah."

"Ada siapa saja Bi di rumah?"

"Cuma aku sama Ratna."

Bi Karti meletakkan sendok kayu ke dalam wastafel, kemudian mematikan kompor karena sayur yang ia masak sudah matang.

"Yang lain pada ke mana Bi?"

"Si Asih lagi keluar disuruh nyonya belanja. Iqbal sedang menjemput Nona Prima. Terus, Nyonya Anita pergi tadi naik taksi, Bibi juga nggak tahu pergi ke mana. Ada apa toh Pak Yusuf? Kok semuanya ditanyain katanya mau ngomong penting."

Pak Yusuf celingak-celinguk memastikan tidak ada yang mendengar apa yang akan ia sampaikan kepada Bi Karti. Iya tak mau ada orang lain yang mengetahui berita mengenai perselingkuhan Tuan Pram.

"Aku itu sebenarnya mengambil cuti dua hari untuk menyelidiki keberadaan Tuan Pram. Aku udah cerita toh sama bibi kalau yang dilihat Nona Prima kemarin itu memang benar-benar Tuan Pram?"

"Iya, aku inget. Terus gimana hasilnya? ketemu tuan Pram nya?"

"Ketemu Bi. Tadi malam aku membuntuti Tuan Pram, dan hari ini aku datang ke sana."

"Ke sana ke mana Pak Yusuf? Memangnya Tuan Pram itu ada di mana kok malah ndak mau pulang? Ada apa sebenarnya?"

Pak Yusuf menghela nafas panjang. Iya tahu bahwa berita ini disampaikan dengan bahasa seperti apapun, pasti akan membuat bi Karti sangat terkejut. Sama seperti dirinya yang sampai saat ini masih belum bisa percaya dengan apa yang baru saja ia lihat dan ia dengar dari mulut Tuan Pram sendiri.

"Tapi janji ya Bi jangan cerita ke siapa-siapa."

"Aduh pak Yusuf kok lama banget sih pakai janji-janji segala, iya aku janji, ayo cerita."

"Tuan Pram itu, anu Bi. Punya perempuan lain."

"Eh jangan ngarang kamu Pak Yusuf. Jangan asal menuduh."

"Aku itu nggak asal menuduh Bi. Wong Tuan Pram sendiri sudah mengakui. Aku juga melihat langsung Tuan Pram bersama perempuan itu."

"Jadi kamu sudah ketemu sama Tuan Pram dan Tuan Pram sudah mengakui itu?"

"Iya Bi, kalau bukan Tuan Pram yang mengakui, aku juga nggak bakal percaya kalau Tuan Pram tega selingkuh dari Nyonya Anita."

Bi Karti menempelkan kedua tangannya di kepala. Iya tiba-tiba merasa pusing mendengar cerita Pak Yusuf. Siapapun tidak akan menduga kalau tuan Pram tega bermain hati dengan perempuan lain. Yang mereka lihat selama ini Tuan Pram dan nyonya Anita adalah pasangan yang sangat setia dan romantis.

"Lah sejak kapan beliau begitu?"

"Aku juga ndak tahu karena beliau tidak cerita sejak kapan mengenal perempuan itu."

"Tapi apa kamu beneran lihat sendiri kalau mereka itu,-"

"Walah Bi, aku lihat sendiri mereka berdua itu berciuman di dalam sebuah restoran. Bahkan mereka tinggal bersama di satu apartemen milik perempuan itu. Dan bahkan aku sudah mendengar pengakuan langsung kalau memang mereka berdua itu berselingkuh."

"Siapa yang berselingkuh Pak Yusuf?"

Bi Karti dan Pak Yusuf mendadak turun dari kursi dan berdiri mematung melihat siapa yang datang. Saking asyiknya mereka bercerita hingga tak sadar bahwa Nyonya Anita sudah berada di dapur.

"Kok kayaknya seru sekali ceritanya Pak Yusuf?"

Pucat, kedua wajah mereka seperti tak dialiri darah. Mereka tak menyangka Nyonya Anita sudah berada di belakang mereka. Keduanya tidak tahu sejauh mana cerita yang sudah Nyonya Anita dengarkan. Yang jelas kata-kata selingkuh sudah terdengar.

"Eh, nyonya. Wah, saya ketahuan dong ini kalau main kesini mau numpang makan."

Pak Yusuf mencoba melucu sekalipun terdengar aneh dan canggung. Bahkan suara tawanya sangat dibuat-buat. Untungnya Anita tidak menyadari itu Anita tidak menyadari itu.

"Iya ini nyonya, Pak Yusuf katanya cuti malah tiba-tiba datang minta makan. Padahal saya saja belum selesai masak."

Bi Karti berbalik badan, ia kembali berdiri di depan kuali dengan sengaja, menghindari kontak mata dengan Anita. Ia tak mau rasa gugupnya ketahuan.

"Nggak apa-apa pak Yusuf, makan saja apa yang ada. Pak Yusuf dari mana? Kok sudah ada di sini, perasaan tadi saya berangkat Pak Yusuf belum datang."

"Eh, anu nyonya. Habis jalan-jalan saja."

"Oh. Lagi ceritain siapa tadi kok ada selingkuh selingkuhnya?"

"Oh itu Nyah, pacarnya Iqbal itu lho. Saya tadi liat pacarnya Iqbal kok gandengan sama laki-laki lain. Jadi saya kesini mau kasih tau bi Karti. Ya kan bi?"

Pak Yusuf berusaha mencari alasan. Iya menatap Karti meminta dukungannya untuk menguatkan cerita yang dikarang olehnya.

"Iya Nyah, pacarnya Iqbal."

"Ya sudah bi, jangan lupa nanti disampaikan Iqbal ya. saya pamit pulang dulu."

Pak Yusuf mengedip-ngedipkan matanya, memberi kode kepada bi Karti yang langsung tanggap dengan apa yang dimaksudkan oleh pak Yusuf.

"Kok malah pulang pak Yusuf?"

"Iya Nyah. Saya ke sini cuma mau ngabarin Bi Karti saja, lagian mau makan juga masaknya belum matang hehe."

"Ya sudah kalau gitu, jangan lupa besok masuk kerja ya pak Yusuf."

"Iya nyonya. Saya pamit pulang dulu."

Buru-buru Pak Yusuf pergi meninggalkan PKT yang masih khawatir jika Anita melanjutkan pertanyaan tentang kedatangan Pak Yusuf.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!