NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:918
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Enam

Satu detik. Dua detik.

Sunyi.

Semua yang duduk di kafe kantor tiba-tiba menahan napas. Mereka tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Arkan, tapi ekspresi Elira sudah cukup jadi tontonan utama.

Pipi Elira menegang, matanya melotot, sedotan milkshake di tangannya sampai bengkok.

Arkan baru sadar mulutnya barusan menandatangani surat mati tanpa notaris.

“Ulangi,” suara Elira pelan tapi entah kenapa membuat merinding. “Ulangi kalimatmu tadi, Arkan,” lanjutnya lagi.

Arkan mengedip pelan. “Yang mana?”

“Yang ‘gimana kalau aku tidak mau menikah denganmu’ itu,” tiru Elira dengan nada datar tapi wajahnya malah tersenyum. Dan jujur, senyuman itu benar-benar membuat bulu kuduk siapapun meremang.

Suasana di kafe mendadak dingin. Semua orang ditempat itu menahan napas, padahal bukan mereka yang di tanya tapi rasanya seperti mereka juga ikutan kena.

Arkan tertawa kering, mencoba mencairkan suasana.

“Elira, aku cuma bercanda.”

“Bercanda?” Elira menurunkan milkshake-nya perlahan, lalu menyeringai kecil. “Oke. Kalau gitu aku juga bercanda.”

Arkan merasa bulu kuduknya semakin berdiri. “Bercanda apanya?”

“Bercanda soal menjaga hubungan tetap damai.”

Senyum Elira makin lebar—terlalu lebar hingga membuat Arkan menelan ludah kaku. Sepertinya ia memang telah membuat keputusan yang salah.

Tanpa menunggu apa pun, ia berdiri, menatap Arkan dari seberang meja.

“Jadi begini, calon suami yang ‘tidak mau menikah denganku’,” katanya sambil mengangkat alis, “kita sepakat saja, ya: aku tidak akan memaksamu menikah, asalkan kamu bisa meyakinkan Kakekku.”

“Meyakinkan kakek?”

“Ya.”

Arkan belum pernah bertemu dengan kakek Elira tapi jika mengingat peringatan Ayahnya tempo hari, sudah cukup menjelaskan bahwa sang Kakek bukanlah orang biasa yang mudah dibujuk.

Elira melangkah mendekat, mencondongkan tubuh sedikit, wajahnya kini hanya sejengkal dari wajah Arkan.

“Kalau kau berani ngomong sendiri ke Kakek, aku mundur," ucapnya lalu Ia tersenyum tipis, “Tapi kalau kau tidak beran, maka hidupku akan pindah ke rumahmu. Permanen.”

Arkan diam. Otaknya sedang berdebat dengan insting bertahan hidup.

Pilihan satu: bicara ke Kakek calon istri—mati cepat.

Pilihan dua: menikah dengan gadis berbahaya ini—mati pelan. Pilihan yang mana pun akan membawanya ke jurang. Jadi apa ia masih punya pilihan? Tentu saja tidak.

“Eh, Elira!” seru suara dari belakang. Ayana baru datang sambil membawa map laporan. Menatap keduanya bingung.

“Lho, kalian berdua kenapa tegang begitu?”

“Elira baru saja mendiskusikan pernikahan kami,” jawab Arkan jujur dengan nada pasrah.

Ayana mendelik ke arah Elira, “Baru ketemu dua kali dan sudah bahas nikah? Tidak terlalu cepat?”

Elira tersenyum manis. “Tidak. Justru lebih cepat lebih baik mengingat kecocokkan kita.”

Ayana menatap Arkan yang sekarang tampak ingin menelusup ke bawah meja. Dari raut wajahnya, Arkan nampak sangat menyedihkan dan itu lucu untuknya. Tapi Ayana hanya menahan tawa pelan. Ia tahu segila apa Elira itu, mau menghalangi juga percuma.

“Cocoknya sebelah mana?” tanya Ayana sambil menatap Elira.

“Aku cerewet, Arkan pendiam. Aku ekspresif, Arkan pasif. Aku suka ngomel, Arkan suka blank. Sempurna sekali, Kak. Seperti colokan dan kabel.”

Arkan menatap kosong. Kenapa aku berakhir jadi stopkontak dalam hubungan ini?

Dan Ayana hampir menyemburkan tawanya. Tapi ia tetap menahan diri.

Raka datang tiba-tiba dengan raut wajah ingin tahunya yang kentara sekali.

“Ada yang bilang calon istri kak Arkan ngamuk. Ada apa?”

“Tidak ada yang mengamuk,” jawab Elira lembut, lalu menatap Raka dengan senyum hangat yang mencurigakan, Raka sampai merinding. “Aku cuma lagi mendidik calon suamiku supaya tahu siapa yang pegang kendali.”

Raka mundur dua langkah. “Oh, wow. Kak Arkan yang sabar, ya."

Mendengar ucapan Raka membuat Arkan mendesis sebal sembari meliriknya.

Ayana menyeringai. “Kira-kira kalau Arkan tidak mau menikah, lalu bagaimana?”

Elira menatap Arkan sebentar, lalu berkata santai, “Mudah. Aku akan terus kejar sampai Arkan tidak punya pilihan selain menikah.”

“Wih, ambisius,” celetuk Raka. Sementara Arkan semakin nelangsa ditempat duduknya. Rasanya ia seperti terkurung di antara dua pemangsa dan tidak punya cara untuk kabur selain pasrah.

“Realistis,” balas Elira sambil menyeruput milkshake-nya lagi, ekspresinya seolah baru menang taruhan besar. Sesekali melirik Arkan yang sedari tadi tidak bersuara.

Ayana nyengir, “Agresif sekali, sih.”

Elira tertawa pelan, "Bukan agresif, aku hanya sudah memutuskan dan keputusan itu sudah bulat," jawabnya lalu melirik Ayana, "Dan Kakak kan tahu sendiri, aku orang yang tidak mudah menyerah dalam hal apapun yang aku inginkan."

Benar.

Ayana tahu benar Elira itu seperti apa. Ia wanita yang ambisius dalam mengejar keinginannya dan jika ia menginginkan Arkan maka pria itu tak bisa melakukan apapun selain pasrah. Elira takkan berhenti sampai Arkan benar-benar menikah dengannya.

***

Sore harinya, Ayana dan Raka sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan mereka sembari membahas kejadian tadi siang di cafe kantor.

"Kak, Apa kak Arkan akan baik-baik saja?" tanya Raka tiba-tiba sambil menyusun beberapa dokumen di meja.

Ayana yang sedang menandatangani beberapa berkas itu menoleh sekilas sebelum kembali fokus.

"Tergantung ketahanan mentalnya."

"Kakak bicara seolah-olah Elira itu mengerikan."

Kekehan Ayana terdengar, "Elira memang mengerikan tapi bukan mengerikan dalam artian yang sebenarnya. Tenang saja, Arkan akan baik-baik saja. Semoga."

Mereka tertawa pelan, tapi dari kejauhan terdengar suara langkah kaki cepat. Arkan lewat di koridor dengan wajah panik, sementara Elira mengejarnya sambil membawa selembar formulir pendaftaran nikah.

“ARKAN!! TANDA TANGANIN DULU, CUMA FORMULIR!!”

“ITU BUKAN HANYA FORMULIR!”

Suara mereka menggaung di seluruh lantai. Semua karyawan berhenti bekerja, menatap adegan itu seperti menonton sinetron live. Sebenarnya cukup mengganggu tapi lumayan untuk meredakan stress di kantor dengan menonton drama mereka.

"Kak, Definisikan maksud baik-baik saja seperti yang kakak bilang tadi," kata Raka sembari melihat mereka dengan raut wajah ngeri campur kasihan.

Sekali lagi Ayana tertawa, "Sudahlah, jangan dipikirkan."

Dan dari ujung koridor, terdengar lagi suara Elira yang keras tapi ceria,

“ARKAN, BERHENTI LARI! AKU SUDAH MENGIRIM PENGAJUAN CUTI BULAN MADU UNTUK KAKAK!”

Lantai perusahaan keluarga Harsa Wicaksana resmi berubah jadi panggung komedi romantis paling absurd tahun ini. Dan tentu saja dipenuhi oleh para penonton setia mereka.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!