Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Harus Ada Pertobatan
"Mas Anton tidak percaya pada ucapan saya?" tanya Kiano, saat Antonio menatapnya cukup lama tanpa berucap sepatah kata apapun.
Disebelah Antonio, Samantha menghentikan tangisnya, melihat kakaknya yang belum juga berkata apapun.
"Mas... Mas Anton," Samantha menyentuh pelan lengan kakaknya, ia cemas, takut kakaknya tidak bisa menerima kenyataan dirinya hamil di luar nikah.
"Mas, maafkan kesalahanku ini, Mas." Samantha kembali terisak. " Aku sudah berdosa besar, Mas... Maafkan aku, Mas..."
Sedu sedan Samantha kian riuh, begitu Antonio menyentuh lembut punggung tangannya yang mencengkram erat lengan kakaknya itu.
"Sebagai kakak Samantha, saya tidak bisa menghalangi kalian berdua untuk menikah, apalagi setelah saya tahu Samantha mengandung anak dari pak Kiano. Saya hanya bisa merestui dan memberi pertimbangan saja, karena saya tidak mau dikemudian hari kalian berdua sampai menyesali karena memutuskan untuk menikah." Tatapan Antonio beralih pada Kiano.
"Adikku Samantha, dia wanita yang pernah bersuami, pak Kiano," ucapnya dengan raut serius.
"Anda tidak akan bisa menikah di gereja bersama Samantha karena adik perempuan saya ini cerai hidup dengan mantan suaminya, bukan cerai mati. Kalian hanya bisa menikah secara negara (catatan sipil). Jadi, fikirkan lah dengan matang keputusan untuk menikahi Samantha, pak Kiano."
"Saya tidak masalah, mas Anton. Yang penting hubungan pernikahan kami resmi," Kiano menjawab tanpa ragu.
Antonio mendesah pelan, kembali melanjutkan apa yang masih perlu ia sampaikan sebagai seorang kakak yang perduli pada kehidupan adiknya.
"....Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Pak Kiano tahu ungkapan itu dan tahu maknanya, bukan?" tanya Antonio.
"Ya," Kiano mengangguk.
"Secara kiasan menggambarkan bahwa apa pun yang dilakukan dalam kegelapan atau secara tersembunyi pada akhirnya akan diketahui dan diungkapkan kepada publik." Jawab Kiano menyimpulkan.
"Jadi, cepat atau lambat, kehamilan Samantha akan diketahui semua orang," Antonio kembali menambahkan.
"Kalian tidak akan bisa melarang orang untuk mempergunjingkannya di depan atau di belakang kalian, semoga kalian siap. Dan sekali lagi, aku merestui kalian menikah hanya dengan satu syarat, ada pengakuan dosa dan pertobatan dihadapan jemaat Tuhan di gereja. Kalian sanggup?"
"Sanggup."
Samantha kaget, ia menoleh pada Kiano yang menjawab serius tanpa ragu.
Tok. Tok. Tok.
"Sebentar, saya lihat siapa yang datang," pamit Kiano, bergegas menuju pintu.
Klek.
"Dokter Indra..."
"Selamat malam pak Kiano, sudah waktunya saya memeriksa kondisi bu Samantha," Dokter Indra tersenyum, sementara dibelakangnya, berdiri Alina.
"Kalau begitu, mari silahkan masuk, Dok. Kebetulan didalam ada kakaknya isteri saya." Kiano memberi ruang, agar dokter Indra bisa masuk, sementara dirinya tetap bertahan di sisi pintu masuk.
"Alina, ada apa?" tanya Kiano pada sepupunya itu.
"Paman dan Bibi, mereka sudah ada di depan, barusan menelponku."
"Boleh aku minta bantuan?" Kiano memberi tatapan permohonan.
"Ck... Asal jangan yang sulit-sulit aja. Katakan," Alina merasa kasihan.
Baginya kasus yang dihadapi sepupunya ini terlampau berat. Bila dirinya berada diposisi Kiano, mungkin sudah lari tunggang langgang tanpa ada penyelesaian.
"Tolong temani mas Anton sebentar di luar, aku akan dampingi Samantha didalam. Dia pasti merasa canggung mengobrol dengan Ayah dan Ibu yang pasti banyak tanya."
"Setelah itu, aku akan mengajak Ayah dan Ibu berbicara langsung dengan mas Anton tentang tanggung jawabku."
"Malam ini?" Alina memastikan.
"Ya."
"Gila kamu, Kiano," Alina menggeram gemas, tapi tidak berani berteriak, takut ada orang yang mendengarkan mereka.
"Aku paling tidak suka menunda waktu. Lebih cepat, lebih baik."
"Aku tau kamu itu hobinya sat-set-sat-set, gercep! Tapi tidak dengan masalah ini, kamu butuh bernafas dan berfikir, begitu juga dengan masnya Samantha, Paman dan juga Bibi, Kianoooooo," rasanya, Alina ingin menjewer daun telinga sepupunya itu, perkara sensitif seperti ini disamakan dengan pekerjaan kantor, segala ingin di segerakan.
***
"Berbaring saja, tak usah sungkan," Bethseba, ibu Kiano tersenyum lembut memandang Samantha yang berusaha bangun dari berbaringnya. Wanita paruh baya itu meletakan buah tangannya di atas meja.
Samantha tetap berusaha bangun, ia terlalu sungkan untuk tinggal berbaring. Kiano yang sigap membantu tentu saja membuat Bethseba dan Andreas kaget dan saling pandang.
"Tadi sore, begitu tiba di rumah, suami saya mengabarkan salah satu karyawannya ada yang pingsan saat dipanggil keruangannya, saya langsung setuju menuju kemari, ternyata itu kamu, Samantha." Bethseba kembali mengembangkan senyum lembutnya, menyingkirkan keganjilan yang ia saksikan barusan.
"Iya, Bu..." Samantha tersenyum sungkan.
"Terima kasih banyak... Bapak, dan juga Ibu sudah berkenan meluangkan waktu datang menjenguk saya. Saya sebenarnya baik-baik saja, Bu," ucapnya dengan suara serak, karena sering menangis hari ini ditambah kedatangan kedua pemilik perusahaan yang membuatnya serba canggung.
"Apa kata dokter, kamu sakit apa Samantha?" Bethseba menatap penuh perhatian.
"Saya..." Samantha bingung musti menjawab apa, sepertinya ia tidak bisa jujur kali ini. Sebisa mungkin ia menghindar dari tatapan Kiano yang seakan mengintimidasinya untuk berkata jujur.
"Saya, sakit maag, Bu--"
"Maksudnya, ada makhluk dalam rahimnya, Ibu."
Samantha melotot kaget, menatap nyalang pada Kiano yang menyela ucapannya bahkan begitu berani membuat pengakuan.
"Ada janin maksudnya?" Bethseba memastikan pendengarannya.
"Iya, janinnya ada tiga, Ibu." Kiano kembali mengambil alih menjawab tanpa izin, tentu saja membuat Samantha begitu gregetan padanya, rasanya ingin meremas-remas mulutnya yang sangat lancang itu.
"Wow, dahsyat luar biasa!" Andreas ikut memekik kaget bersama isterinya. kelopak mata keduanya langsung membuka lebar mendengar kabar tak biasa itu.
"Selamat ya, Samantha... Kamu sungguh beruntung bisa mengandung janin triplet. Saya saja harus tiga kali mengandung baru bisa punya tiga anak," ungkap Bethseba saking girangnya mendengar kabar luar biasa karyawan suaminya itu.
"Jadi, ibu Beth punya tiga anak?" tanya Samantha baru tahu. Selama ini dirinya memang tidak banyak tahu tentang keluarga pemilik perusahaan tempatnya berkerja, begitu pula karyawan lainnya. Andreas memang tertutup mengenai keluarganya.
"Iya," Bethseba tersenyum begitu lebar. "Kiano putra sulung saya, Mariana yang kedua, dan yang bungsu Mario."
"Ibu Mariana, pemilik Mariana Hotel?" tanya Samantha hampir tak percaya.
"Iya, Kamu benar, Samantha. Mariana pemilik Mariana Hotel. Tapi dia hanya punya satu anak, tidak mau nambah lagi. Jera katanya, melahirkan itu sakiiiiiit."
Tanpa sadar, Samantha tertegun begitu lama melihat bahasa tubuh Bethseba disertai tawa lepasnya menceritakan putrinya.
"Bu, Ibu membuat Samantha takut," Andreas berucap lirih pada isterinya.
Bethseba tersadar, ia buru-buru meredakan tawanya.
"Maaf ya, Samantha. Sudah membuatmu takut, saya tidak bermaksud begitu. Bila mengingat putri saya yang tidak mau melahirkan lagi, saya selalu merasa lucu karenanya," jelasnya.
"Ah, tidak apa-apa kok, Bu," bohong Samantha, tapi tetap mengulas senyum di wajahnya.
Saat bercocok tanam dengan Kiano saja, ia sudah megap-megap mau pingsan, apa lagi melahirkan, bakal mengeluarkan tiga bayi yang lebih besar dari lengan orang dewasa. Oh, Seraaaaaam! Pekik Samantha dalam hati.
"Tapi maaf, bukannya saya mau ikut campur. Saya dengar kamu tinggal menunggu hari saja, putusan perceraianmu segera akan diumumkan. Kasian sekali nasib bayi-bayimu," raut gembira Bethseba dalam sekejap berubah sedih, merasa prihatin.
Andreas yang duduk di sisi isterinya juga turut merasa prihatin mendengar ucapan isterinya tentang nasib Samantha dan bayinya.
Berita gugatan perceraian Samantha memang bukan rahasia lagi di kantor Big Properties. Samantha yang bak selebritis memang cukup populer diantara banyaknya karyawan kantor karena beberapa prestasi yang telah ia ukir selama tujuh tahun berkerja.
"Jangan cemas, tiga bayi itu tidak ada sangkut pautnya dengan Elias, laki-laki yang akan menjadi mantan suami Samantha. Ketiga bayi itu adalah anak-anakku bersama Samantha." Kiano tiba-tiba bersuara.
"Ki-Kiano... " kesedihan yang sempat singgah di hati Bethseba segera menguap, perempuan itu menatap putra sulungnya begitu intens, apa lagi tadinya ia merasa ganjil saat melihat Kiano membantu Samantha bangun dari berbaringnya.
".... Ibu tahu kamu bukan tipe orang yang suka bercanda, tapi jangan buat Ibu takut, Kiano." ucap Bethseba tegang.
Andreas disamping Bethseba juga tidak kalah tegangnya. Pasalnya, Kiano tidak pernah mereka lihat menyukai seorang wanita, selalu saja menolak bila dijodohkan apalagi diberi penawaran menikah. Tapi sekarang, putranya itu malah punya anak dari wanita yang bahkan belum resmi bercerai.
Di ranjang pasiennya, Samantha juga merasakan atmosfer menegangkan pasca ucapan Kiano, sprei kasurnya ia remas kuat, hatinya begitu takut dan gundah melihat reaksi kedua orang tua Kiano yang telah ia duga sebelum.
"Ayah, Ibu... Aku memang tidak sedang bercanda. Aku akan bertanggung jawab dengan menikahi Samantha begitu putusan perceraiannya diumumkan."
Bagai tersambar aliran listrik ribuan watt, wajah Bethseba berubah drastis, ribuan ketegangan muncul lewat gurat-gurat kekecewaannya pada sang putra sulungnya.
"Ikut, Ibu!"
Tak. Tak. Tak. Tak.
Langkah Bethseba cepat menuju pintu keluar.
Blam!!!
Samantha terlonjak kaget, hampir saja wajah Kiano yang menyusul di belakang ibunya terhempas daun pintu yang dibanting kasar oleh Bethseba.
Bersambung✍️
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/