NovelToon NovelToon
MENDADAK NIKAH

MENDADAK NIKAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Kholifah NH2

kisah sekretaris yang nikah sama bos nya

⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciee disuapin Jean

"Hazel?."

"Jean?."

Jean, laki-laki itu menghampiri saat melihat Hazel turun dari taksi. Sejenak mereka berpelukan sebelum sama-sama melangkah memasuki cafe. Tidak di sangka Hazel akan bertemu Jean siang itu, sepertinya tidak masalah jika Jean bergabung dengannya dan juga Sherly di dalam sana.

Sherly menyambut kedatangan Hazel dan Jean dengan ejekan, mengingat beberapa waktu lalu keduanya sama-sama mendapatkan buket bunga di acara resepsi pernikahan. Sherly terus saja mengungkit momen itu, membuat Hazel semakin tidak bersemangat.

Setelah memesan makanan dan minuman, Sherly dan Jean tampak berbincang santai. Namun Hazel, dia terus memikirkan Dave. Bahkan sampai detik ini dia belum mengetahui alasan Dave mengacuhkannya.

Sadar karena Hazel terus berdiam diri, Jean pun meraih tangan Hazel dalam genggamanannya. Pertanyaan Jean tentang keadaan Hazel tidak mendapatkan jawaban, Hazel hanya tersenyum sambil menggelengkan-gelengkan kepalanya.

"My baby Ajel lagi galau, Jean. Lagi berantem sama suaminya" Ucapan Sherly membuat Hazel terbelalak, bagaimana bisa Sherly mengatakan itu di hadapan Jean.

Jean semakin mengeratkan genggamannya, tatapan matanya seakan mengintimidasi, "Ada masalah sama Dave?."

"Enggak."

"Jawab jujur? Ada masalah apa?."

"Aku nggak bisa cerita, Jean."

"Ssst, urusan ranjang" Lagi-lagi Sherly menyeletuk dengan asal. Membuat Hazel pasrah dengan tatapan Jean yang semakin tajam,

"Sher, jangan di bongkar dong?" Pinta Hazel dengan memohon. Jika tahu begini, dia tidak akan menceritakan masalahnya pada Sherly.

Siapa sangka temannya itu akan mengatakannya dihadapan Jean. Kini, laki-laki itu tampak kecewa, kepalanya menggeleng-geleng seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tanpa permisi, Jean membawa Hazel pergi dari cafe itu, menghiraukan panggilan Sherly yang terus menyebut namanya dan Hazel.

Entah kemana Jean akan membawa Hazel, Hazel hanya membungkam mulutnya sepanjang jalan. Tiba di sebuah taman, Jean menghentikan mobilnya disana, hanya menepi, tidak berniat mengajak Hazel untuk turun. Dia melepaskan sabuk pengamannya dan sedikit mendekat kearah Hazel, perempuan itu membalas tatapannya tanpa ekspresi.

"Lo udah tidur sama Dave?" Pertanyaan Jean dibalas gelengan kepala Hazel,

"Jujur?."

"Aku belum tidur sama dia."

Jawaban Hazel membuat Jean merasa lega, dia terlihat memejamkan mata sambil menghela nafas panjang. Jika boleh meminta, Jean tidak ingin Hazel menghabiskan malam dengan Om nya itu, cukup dengannya saja.

Terdengar egois memang, tetapi Jean tidak rela jika ada pria lain yang memasuki tubuh Hazel, Jean sangat-sangat tidak rela meski orang itu adalah Dave, suami Hazel. Rasanya, lebih baik dia merebut Hazel dari Dave di banding menerima kenyataan sepahit itu.

"Aku haus, mau turun beli minum" Hazel menunjukan ke salah satu pedagang disekitar taman,

"Gue aja, lo tunggu disini."

"Tunggu diluar boleh, nggak?."

"Boleh."

Keduanya turun dari mobil, Hazel mendudukkan bokongnya pada kursi taman yang tidak jauh dari mobil sambil menunggu Jean yang sedang menghampiri para pedagang di sekitar taman.

Sejenak Hazel melirik ponselnya, sudah setengah jam dia berada diluar kantor untuk menghabiskan waktu makan siangnya. Entah bagaimana Dave disana, Hazel enggan mengiriminya pesan singkat. Dan jika boleh jujur, Hazel mulai khawatir, bagaimana dia bisa menghadapi Dave saat dirumah nanti jika situasi mereka belum membaik seperti ini? Hazel bahkan tidak ingin kembali kerumah itu.

"Jean?" Hazel tersadar dari lamunannya sebab dia terkejut melihat laki-laki itu datang bersama seorang pedagang bakso yang mengantarnya pesanan mereka,

"Aku cuma haus, nggak laper."

"Tapi lo harus makan biar perutnya nggak sakit. Gue suapin."

Hazel tersenyum melihat sikap Jean, dia menyendok lalu meniup-niup kuah baksonya yang masih panas. Jean suapi pada Hazel sambil tersenyum. Ah, Jean memang manis jika bersikap seperti ini, membuat Hazel teringat kenangannya saat bersama Jean.

"Lo tau nggak, gue deja vu."

"Eh? Aku juga lagi mikirin itu lho, hehehe..."

"Hampir setiap hari kita makan bakso di depan kampus."

"Hmm dan lo selalu minta disuapin gara-gara kuahnya panas."

"Hehe, kamu masih inget juga?."

"Ya, gue nggak bisa ngelupain satu pun hal tentang lo."

Hazel senang bisa menghabiskan waktu makan siangnya bersama Jean. Mengobrol, tertawa dan bercanda mereka lakukan di bawah pohon rindang di taman itu. Selesai dengan pertemuan mereka, Jean pun mengantar Hazel kembali ke kantor, dia temani Hazel sampai depan gedung.

Tanpa mereka sadari, Dave mengamati kebersamaan keduanya dari kaca gedung di dalam ruangannya. Sekilas, Dave melirik kearah jam tangannya, lima menit, ya, Hazel terlambat lima menit, sepertinya pergi bersama keponakannya itu membuat Hazel lupa waktu, Dave pun tersenyum miring.

"Suruh Hazel ke ruangan saya sekarang."

Begitu lah perintah Dave pada resepsionis yang bertugas di bawah. Tanpa menunggu lama, sosok yang diminta pun datang, Hazel berjalan memasuki ruangannya. Hazel berdiri di belakang Dave saat pria itu masih menghadap kearah kaca. Cukup tegang suasana di dalam sana, Hazel bisa merasakan itu.

"Professional" Satu kata yang membuat Dave berbalik menatap Hazel,

"Kemarin saya dengar dengan jelas, ada orang yang membangga-banggakan dirinya sebagai orang yang professional."

"Sekarang dimana professional nya? Pergi keluar dan telat kembali ke kantor."

Hazel menghela nafas berat mendengar ucapan Dave. Ya, harus diakui memang dia terlambat kembali ke kantor. Namun hanya lima menit, itu bukan waktu yang lama bukan? Mengapa Dave membesar-besarkannya seperti ini, membuat mood Hazel kembali buruk.

"Saya cuma telat lima menit, itu pun karena macet."

"Coba periksa komputer kamu, sudah banyak email masuk dari client."

"Professional yang saya maksud mengarah ke kedisplinan waktu kamu, pekerjaan kamu jadi terlambat, kan?."

"Tapi cuma lima menit?."

"Dalam lima menit itu kamu bisa mengirim balasan email untuk dua atau tiga client, kan?."

"Iya, saya minta maaf, Pak."

"Ok, kembali ke ruangan kamu, lanjutkan pekerjaan."

Sebelum mematuhi perintah Dave, Hazel melayangkan tatapan sengit untuk pria itu. Sungguh, Dave benar-benar menyebalkan, dia memanfaatkan perang dingin diantara mereka untuk menegurnya. Hazel sadar kesalahannya, namun dia tidak suka dengan nada bicara Dave yang sangat datar.

Hazel berbalik badan dengan angkuh, langkahnya pun terdengar kesal, tidak lupa dia juga membanting pintu dengan kencang membuat Dave menghela nafas panjang sebelum memijat keningnya,

"Apa saya berlebihan?."

Jam pulang kerja sudah berlalu dua puluh menit yang lalu, namun rasanya Hazel sangat malas pulang kerumah. Hazel memilih bersantai, memutar musik cukup kencang didalam ruangannya.

Penampilannya pun sudah berantakan, blazer yang sudah dia lempar entah kemana, kancing kemeja yang sudah tidak beraturan, tatanan rambut yang berantakan dan satu lagi, dia berjingkrak kesana-kemari tanpa alas kaki.

Hazel menikmati musik bergenre rock itu dengan lepas dan bebas, dia luapkan seluruh emosinya didalam sana. Hazel bernyanyi, berteriak sesuka hati, tidak peduli jika ada yang mendengarnya atau tidak.

"Huh, anomali menyebalkan" Hazel bergumam saat melihat Dave memasuki ruangannya

Tanpa izinnya, Dave mematikan pengeras suara dimana musik itu diputar. Tentu Hazel tidak terima, dia mengambil benda itu dari tangan Dave.

"Kamu ngapain sih kesini? Ganggu tau! Pulang sana!."

"Dimana blazer kamu?."

"Aku buang!."

"Ck" Dave berdecak, dia melepas jasnya dan dia pakaian ditubuh Hazel, "Kita pulang sekarang."

"Apa? Aku nggak mau pulang, kamu aja!."

"Ini udah sore, Hazel."

"Kata siapa ini pagi? Pokoknya aku nggak mau pulang. Aku kesal sama kamu, aku lagi marah."

"Ya, saya tau kamu marah. Tapi sebaiknya kita pulang."

"Nggak mau!."

"Pulang atau security bakal kunciin kamu di ruangan ini."

"Ih! Kamu nyebelin!" Hazel melenggang pergi dari ruangannya begitu saja. Meninggalkan Dave yang dibuat tercengang dengan tingkahnya.

Dave menghela nafas panjang, dia harus ekstra bersabar menghadapi Hazel. Dia pun membungkuk, mengambil sepasang sepatu heels milik Hazel dan juga tas nya. Dia susul Hazel yang sedang berjalan tanpa alas kaki menuju lift. Dave tertawa, istrinya begitu lucu, jas kebesaran yang dipakai Hazel membuat tubuhnya terlihat semakin mungil. Dave tidak kuasa menahan tawanya.

"Aku nggak mau turun bareng kamu" Ucap Hazel saat memasuki lift, Dave pun mengangguk sambil tersenyum, dia membiarkan Hazel untuk turun lebih dulu ke lantai dasar.

"Apa dia nggak kepikiran buat pakai sepatunya dulu?" Batin Dave sambil menatap sepasang heels yang ada ditangannya,

"Tapi memang begitu kalau marah, lupa segalanya."

...•••••...

Jangan lupa tinggalkan jejaknya!!!! Aku maksaa banget!!!!!

1
Raefli Dirgantara
duh istri mana istri 😌
Raefli Dirgantara
Dave tertawa sombong🙃
Raefli Dirgantara
plis lah hazel,malu maluin Dave 🙃
Raefli Dirgantara
klotak klotak gak tu
icegirl
tujuh ribu dong😭 beli seblak aja gk dpet itu wkwkwk
icegirl
NGAKAAAKKKK😭😭🤣🤣
icegirl
seorang pemilik perusahaan di traktir skretarisnya, pdhal uang Dave lbh bnyak 🤣
icegirl
hazel ngarep wik wik ya😅😅
icegirl
merinding 😟
icegirl
takut bgt sma om om kyak dave 😭😭 tpi kyknya enak jga😭
icegirl
sepatu boot yg karet itu kan Dave 🤣🤣🤣
icegirl
ngakak bgt guwee🤣🤣🤣😭😭
icegirl
😺😸😹😻😽
fli
namany bagus jg Hazel sprtinya crita menarik lanjut kan tor
fli
woy😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!