Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
“Sejak kapan…” suara Damien terdengar pelan namun dingin, “…sejak kapan perusahaan ini membenarkan seorang karyawan menggunakan identitas keluarganya untuk mengancam rekan sendiri?”
Tatapannya tajam menusuk Eliza hingga gadis itu menunduk gemetar, kedua tangannya mengepal erat di samping tubuhnya. Damien kemudian mengalihkan tatapannya pada Pengurus Wang dengan ekspresi penuh tekanan.
“Direktur… maafkan saya,” ucap Pengurus Wang buru-buru dengan suara bergetar. “Saya… saya akan menyelidikinya lagi.”
“Menyelidiki?” Damien menatap pria itu dengan tatapan penuh amarah yang ditekan. “Saksi sudah ada di depan mata. Apa lagi… yang ingin kau selidiki?”
Pengurus Wang menunduk dalam, tubuhnya bergetar menahan takut. “Direktur, saya bersalah… karena tidak mengawasi mereka dengan baik.”
Saat itu Jimmy melangkah maju, menatap Damien dengan wajah cemas. “Direktur… saya mohon… berikan satu kesempatan lagi untuk Eliza. Dia memang melakukan kesalahan… tapi dia masih muda dan berbakat. Perusahaan kita… tidak bisa kehilangan orang seberbakat dia.”
“Bakat?” Damien mengulang kata itu pelan sambil menatap tajam ke arah Jimmy. Senyum sinis muncul di sudut bibirnya. “Manager Liu… asal kau tahu, mencari orang berbakat… bukan hal sulit bagiku.”
Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap seluruh orang di hadapannya dengan sorot mata dingin dan tajam. Suaranya berat dan menekan.
“Kenapa harus hanya berharap pada satu orang?” lanjutnya. “Yang kita butuhkan bukan hanya bakat… tapi juga sikap yang baik dan pantas dicontoh. Bekerja di sini… tapi memamerkan identitas ayahnya? Apa itu yang kalian sebut bekerja dengan profesional?”
Damien bersandar kembali pada sofa sambil menatap mereka dengan tatapan menghina.
“Aku tidak tahu… direktur kalian yang dulu dengan cara apa merekrut karyawan… tapi caraku berbeda. Siapa yang layak… bisa tinggal. Dan yang tidak layak… akan aku singkirkan tanpa ragu.”
Suasana ruangan mendadak sunyi. Jimmy menunduk dalam dengan wajah menegang. “Direktur… maafkan saya… semua ini salah saya sebagai manager…” ucapnya pelan, nadanya terdengar memohon. “Tolong… berikan satu kesempatan lagi untuk Eliza. Dia masih muda… dia hanya perlu diarahkan…”
Damien menatapnya datar, matanya tanpa emosi, seolah menembus hati Jimmy. Namun sebelum Damien sempat menjawab, Pengurus Wang segera ikut berbicara.
“Direktur…” ucapnya cepat, menatap Damien dengan penuh rasa hormat. “…Eliza sudah dua tahun di sini. Selama ini… hasil karyanya sangat bagus dan menarik banyak perhatian.”
Ia menoleh sekilas pada Barbie lalu melanjutkan, “Dan sekarang Barbie sudah bergabung dengan kita. Perusahaan kita memiliki semakin banyak desainer berbakat… itu hal yang baik. Kita bisa lebih maju dari sebelumnya. Saya akan mengawasi mereka… dan saya pastikan… dunia fashion kita akan berada di puncak kota Shanghai.”
Damien diam sejenak, menatap mereka semua tanpa ekspresi. Akhirnya, pria itu menghela napas pelan dan berkata dengan nada tegas penuh ancaman.
“Baiklah… aku akan memberi satu kesempatan.” Matanya menatap tajam ke arah Jimmy dan Pengurus Wang. “Tapi… kalau sampai ketahuan berulah lagi… aku tidak akan sungkan mengeluarkannya dari perusahaan ini. Dan pada saat itu… kalian berdua juga harus ikut bertanggung jawab.”
“Terima kasih, Direktur!” ucap mereka serentak dengan suara gemetar lega.
Damien melambaikan tangannya pelan. “Kalian boleh keluar,” perintahnya dingin.
Damien menatap Barbie lama. Ia memainkan cincin di jarinya sambil menatap gadis itu dengan tatapan berbeda.
“Kau… karyawan baru?” tanyanya dengan berpura-pura di hadapan semua orang.
Barbie menunduk pelan dan menjawab dengan suara tenang, “Iya, Tuan.”
Damien tersenyum kecil sambil menatap Barbie tajam seolah menelanjangi pikirannya. “Ada yang ingin aku bicarakan…” ucapnya pelan.
Barbie menahan napas, matanya menatap pria itu “Pasti bukan sesuatu yang baik…” batinnya getir.
Setelah mereka semua meninggalkan ruangan itu, kini hanya tersisa Damien dan Barbie di dalam. Calvin dan Steven berdiri di luar pintu, menjaga tanpa suara.
Suasana ruangan itu begitu sunyi hingga detak jarum jam terdengar jelas. Barbie berdiri dengan tegak di hadapan Damien.
Damien menatap gadis itu lama sebelum melangkah mendekat dengan tatapan lembut namun penuh kuasa. Ia tersenyum kecil, tatapannya menembus mata Barbie.
“Apa perlu… aku pecat wanita itu?” tanyanya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan maut yang mematikan.
Barbie menoleh cepat, menatap Damien dengan mata tajam. “Kenapa kamu bisa menjadi direktur di sini?” tanyanya dingin, berusaha menahan nada gemetar suaranya.
Damien menatap gadis itu sambil menyeringai kecil. Ia mencondongkan tubuhnya, wajah mereka begitu dekat saat ia berbisik, “Tidak senang melihatku di sini?”
Ia menatap bibir Barbie dengan tajam lalu menatap matanya dalam. “Aku sudah pernah katakan… di mana ada kamu… maka di sanalah aku berada.”
Tiba-tiba tangannya meraih pinggang Barbie, menarik tubuh gadis itu mendekat. Ia menunduk, hendak mencium bibirnya. Namun Barbie segera menoleh cepat dan menahan dada Damien dengan kedua tangannya hingga pelukan itu terlepas.
“Jangan bertindak sesuka hatimu,” ucap Barbie dengan suara bergetar, matanya menatap Damien dengan tajam meskipun hatinya berdegup kencang. “Di sini adalah kantor. Aku tidak mau… ada gosip.”
Damien menatap Barbie lama, matanya penuh arti. Perlahan, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. “Baby…” ucapnya pelan. “…aku membeli perusahaan ini… demi kamu.”
Ia menatap wajah Barbie dengan lembut namun mendominasi. “Dan aku akan pastikan… tidak ada yang bisa menyentuhmu. Termasuk David He… jika kau mau… aku bisa menghancurkannya.”
Barbie menatap Damien dengan mata bergetar menahan emosi. Ia menarik napas pelan dan berkata tegas, “Mengenai David He dan putrinya… aku sendiri yang akan menghadapinya. Jadi tolong… jangan ikut campur.”
Damien terdiam sejenak. Matanya menatap gadis itu dalam, seolah menilai keteguhan hatinya. Akhirnya ia tersenyum kecil dan mengangguk pelan.
“Baiklah… aku akan turuti permintaanmu.”
Ia menatap Barbie lama sebelum bertanya dengan nada pelan namun menekan, “Mengenai Jimmy Liu… seberapa dekat kau dengannya?”
Barbie menatap Damien dengan sorot mata datar. “Tidak dekat!” jawabnya tegas. “Apakah aku sudah bisa keluar, Direktur?” tanyanya menahan emosi.
Damien menatap gadis itu lama sebelum akhirnya tersenyum kecil. Ia mencondongkan tubuhnya mendekat, berbisik pelan di telinganya.
“Tentu saja…” ucapnya. Namun sebelum Barbie sempat melangkah, Damien menarik pinggang gadis itu dengan cepat, menahannya dalam pelukan eratnya. “Tapi… sebelum itu…”
Ia menatap bibir Barbie dengan mata gelap penuh hasrat. “…aku menginginkan… ciuman darimu.”
Dalam hitungan detik, bibir Damien langsung menempel di bibir Barbie, menekannya dengan dalam dan mendominasi. Barbie berusaha mendorong dadanya, namun Damien menahannya semakin erat, menenggelamkannya dalam ciuman panas yang seolah menegaskan…
Bahwa mulai hari ini… Barbie adalah miliknya sepenuhnya.
damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....