Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Yang Tidak Asing
Rean berdiri di balkon kamarnya, dia masih memikirkan tentang ucapan Alea tadi. Belum lagi percakapannya dengan Arian tadi. Banyak hal yang mengganggu pikirannya saat ini.
Saat pagi Rean datang ke Kantor Arian untuk menemuinya.
"Jadi, apa yang ingin Kak Rean katakan padaku?" tanya Arian dengan wajah dingin.
Rean duduk di depan meja kerja adik sepupunya itu. Melihat ke sekeliling, bahkan Arian sudah harus menanggung beban Perusahaan sejak Ayahnya meninggal.
"Semalam kau yang membawaku pulang, dan kau tahu apa yang terjadi? Aku tidak ingat apapun"
Arian yang awalnya fokus pada layar laptop di depannya, langsung menatap Rean dengan lekat. Tatapan dingin yang sama sekali tanpa ekspresi.
"Aku menjemputmu di sebuah hotel. Perempuan gila itu hampir saja membuat kau bermalam dengannya. Aku tidak tahu pasti apa sudah terjadi atau belum, tapi memang saat aku masuk keadaan kamu sudah tidak memakai baju. Aku tidak tahu apa sudah terjadi atau belum"
Rean memijat pelipisnya yang terasa pening. Memikirkan apa mungkin memang benar semalam dia sudah melakukan itu dengan Riska. Tapi, Rean sama sekali tidak ingat apapun tentang kejadian itu.
"Sial, aku benar-benar tidak mengingatnya"
"Ya, bagaimana bisa mengingat kejadian semalam. Kau mabuk parah, Kak. Dan aku merasa heran, kenapa masih bertahan dengan perempuan gila itu? Sudah jelas dia hanya memanfaatkan kamu"
"Apa menurutmu begitu?"
Arian mengangguk, dia kembali fokus pada layar laptop. Sedikit membenarkan kacamata baca yang di pakainya.
"Kau pikirkan saja sendiri, jika memang tidak ingin bersama dengan Alea. Tapi, jangan dengan perempuan gila itu juga. Kau bisa mencari yang lain. Tapi sebaiknya nanti, setelah kau berpisah dengan Alea, sesuai kesepakatan kalian"
Rean mengerutkan keningnya, cukup terkejut dengan ucapan Arian barusan. "Kau tahu tentang itu? Darimana kau tahu?"
Arian kembali menoleh pada Kakak sepupunya, menatapnya lekat. "Aku sudah menduga hal ini sejak kalian menikah. Wajar saja, karena yang menghamili Alea adalah Kak Athan. Seharusnya dia yang bertanggung jawab 'kan?"
Rean menghembuskan napas kasar, menyadarkan tubuhnya di kursi. Menatap langit-langit ruangan. "Aku juga bingung dengan diriku sendiri. Apa aku harus paksa Athan untuk kembali?"
"Itu terserah padamu Kak, aku tidak akan terlalu ikut campur. Lakukan saja apa yang menurutmu baik"
Percakapan itu berhenti sampai di situ, Rean memilih kembali ke Kantornya.
Dan sekarang, dia masih berdiri disini, di tengah malam yang gelap dengan angin yang menusuk dingin ke tubuhnya. Rean masih berdiri di balkon kamar dengan pikirannya yang kacau.
Sebatang rokok ditangannya, menjadi saksi bagaimana dia sedang banyak pikiran. Karena Rean bukanlah pecandu rokok, tapi jika sedang banyak pikiran seperti ini maka dia akan merokok untuk sedikit menghilangkan stres.
Rean mengambil ponsel di atas meja, menatap kontak di layar ponselnya cukup lama, sampai akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi nomor ponsel itu.
"Hallo, dimana kau?"
"Masih disini, aku sibuk mengurus proyek baru dan juga kuliah"
"Cih, bahkan kau masih bisa hidup bebas dan tenang. Sementara disini, aku yang harus menanggung perbuatanmu!" tekan Rean.
Terdengar hembusan napas berat di ujung sana. "Aku akan kembali jika urusanku disini selesai. Saat ini, tolong jaga dulu dia dan bertanggung jawab dulu atas apa yang aku lakukan. Nanti, setelah aku kembali, aku akan mengambilnya lagi darimu dan semua tanggung jawabnya"
Tangan Rean mengepal di sisi tubuhnya, entah karena ucapan Athan yang ingin mengambil kembali Alea dan semua tanggung jawabnya, atau karena Athan menunda kepulangan hanya karena pekerjaan dan kuliahnya disana. Entahlah... Rean bahkan tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini.
"Tidak usah pulang sekalian"
Tut... Rean langsung menutup panggilan telepon. Menatap layar ponsel yang sudah mati dengan hembusan napas kasar.
"Sial, ada apa denganku? Kenapa kesal sekali"
Rean menghisap rokok kedua, menenangkan pikirannya yang malah semakin kacau setelah menghubungi adiknya.
*
Rean bangun cukup pagi, karena tidak bisa tidur semalaman. Dia banyak memikirkan semua hal yang terjadi akhir-akhir ini. Rean memilih berenang pagi sekali untuk menjernihkan pikirannya yang kacau.
Suara seseorang yang berenang itu mengganggu Alea yang sedang tidur. Karena kamar Alea adalah yang paling dekat dengan Taman dan Kolam berenang itu. Alea terbangun, berjalan ke arah jendela dan melihat Rean yang baru keluar dari dalam kolam.
Tubuh yang berotot, dengan satu tato kecil di bagian dada kanannya. Entah tato apa itu, Alea tidak terlalu fokus melihatnya meski dia sudah pernah membersihkan tubuh Rean jika mabuk. Rean hanya memakai celana pendek saja.
"Dia memang hampir sempurna, jadi wajar jika banyak menginginkan dia. Dan sekarang dia harus menikahi perempuan hamil seperti aku, tentu itu menjadi beban terbesar baginya"
Alea menghembuskan napas kasar, tanpa sadar dia terus menatap Rean dengan tatapan yang kosong. Tidak ada yang tahu bagaimana cerita hidup ini berjalan sesuai takdir Tuhan. Dan ternyata ceritanya harus terjebak dengan kakak beradik ini.
"Hey kau, keluar! Mau berenang juga"
Alea mengerjap kaget, dia tidak sadar jika Rean sudah berdiri di dekat jendela kamarnya. Pria itu mengetuk kaca jendela dan memintanya keluar.
"Ah, aku tidak bisa berenang"
"Keluar saja dulu, aku ajarkan kau berenang"
Alea tidak punya pilihan, dia akhirnya keluar kamar dan menghampiri Rean. Waktu masih jam 6 pagi, dan matahari pun belum menunjukan sinarnya. Udara masih terasa dingin, tapi begitu segar.
"Tuan berenang pagi-pagi sekali"
"Ya, aku sudah lama tidak berenang. Kau mau coba?"
Alea menatap air kolam yang terlihat dalam itu, di Rean yang tubuhnya tinggi saja sudah sebatas dadanya. Apalagi jika Alea masuk, mungkin dia akan tenggelam.
"Tidak, aku tidak bisa berenang"
"Aku bisa ajarkan, ayo coba dulu" Rean mengangkat kedua tangannya untuk membantu Alea turun ke dalam kolam.
Alea menatap ragu pada Rean yang berada di dalam kolam. "Tuan, aku benar-benar tidak bisa berenang. Aku takut tenggelam"
"Aku akan menjagamu, tidak akan membiarkan kamu tenggelam"
Dengan sedikit paksaan, akhirnya Alea menurun dua kakinya ke ari kolam yang dingin. Masih terduduk di pinggir kolam, dan merasa ragu saat Rean menghampirinya.
"Ayo, kamu tenang saja. Tidak akan tenggelam, karena ada aku"
"Tuan tidak akan sengaja menenggelamkan aku 'kan?"
"Kau gila? Meski begini, aku juga tidak akan jadi pembunuh"
Alea tersenyum tipis, dia memegang tangan Rean dan mencoba untuk turun ke dalam kolam. Rean memegang pinggangnya. Alea sudah ketakutan saat air sampai ke lehernya, dia takut tenggelam. Jadi dia memegang erat tubuh Rean, sampai tanpa sadar sudah tidak ada jarak diantara mereka.
"Tenang, kamu jangan tegang kayak gini"
Alea memeluk leher Rean dan dengan takut. "Bagaimana jika aku tenggelam"
"Kau tidak akan tenggelam, aku menjagamu"
Alea mulai melerai pelukan, menatap mata suaminya dari jarak yang begitu dekat. Detak jantungnya terasa lebih cepat di dalam air.
Rean menatap mata Alea dengan lekat, pertama kali menatapnya dalam jarak sedekat ini.
Tatapan mata ini seperti tidak asing.
Bersambung
Nah loh...
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....