NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

Setelah kejadian itu Yura menelpon mamanya dan menceritakan segala yang terjadi di rumah dan Farah berjanji akan segera pulang dalam waktu dekat ke Indonesia.

"Ma! Mama harus bujuk papa, supaya dia bisa percaya padaku lagi." ujar Yura seraya terisak sedih dalam percakapan lewat telepon seluler.

"Tenang sayang! Mama akan membuat papamu kembali sayang padamu seperti dulu dan akan menyingkirkan wanita sampah itu." janji Farah pada Putri kesayangannya.

"Iya! Mama segera pulang!" rengek Yura.

"Oke! mama usahakan dalam waktu dekat ini mama pulang ke Indonesia." ujar Farah seraya menutup panggilan teleponnya.

Yura tersenyum manis, karena dia tahu kalau Husien sangat cinta dan patuh pada mamanya.

****

Sejak Husien mengusir Yura, Yura semakin menghilang dari kehidupan, sudah berbulan-bulan Yura tak pernah pulang ke rumah besar, sejujurnya ada rasa penyesalan di hati Husien karena terlalu keras dengan Yura. dia menyadari perbuatan Yura sekarang , mungkin karena hasil didikannya yang dulu sangat memanjakan Yura.

"Yura! Kenapa kau tak datang menemui papa. Nak! Paling tidak meminta maaf dengan papa." gumam Husien seraya menatap potret Yura yang tergantung di dinding.

Husien melupakan Yura, sekilas dilihatnya kedatangan Lila, gadis yang selalu setia menemani dan merawatnya selama dia sakit.

"Selamat pagi. Tuan!" sapa Lila saat bertemu Husien.

Husien mempersilahkan Lila masuk dan mengajaknya ngobrol tentang pekerjaan kantor.

"Lila! Apa Yura masih mengganggumu." tanya Husein mengalihkan pembicaraan.

Husien ingin mendengar kabar Yura dari Lila, walaupun Nora selalu memberi laporan padanya. Husien berharap laporan yang diberikan Nora singkron dengan yang disampaikan Lila

"Tidak tuan." jawab Lila.

Benar dugaan Husien, Lila masih menutupi kejahatan Yura, karena Nora selalu melapor kalau Yura sering membuat ulah di kantor.

"Apakah Tuan menginginkan Nona Yura kembali ke rumah?" tanya Lila dengan sangat hati-hati, dia tidak ingin menyinggung perasaan Husien.

"Jika Tuan menginginkan Nona Yura kembali, saya akan menemui Nona Yura dan akan membujuknya." ujar Lila lagi saat melihat keraguan di wajah Husein.

"Biarkan saja dia di luar sana untuk sementara, saya ingin memberinya sedikit pelajaran, agar dia menyadari apa yang dia lakukan itu sudah sangat salah." ujar Husien memutuskan.

"Baik tuan! Sekarang tuan sarapan dan minum obatnya " ujar Lila seraya menyerahkan mangkuk berisi bubur, kemudian meletakkan gelas berisi air putih dan empat butir obat di atas nakas.

Setelah memastikan Tuan Husein menghabiskan sarapan dan meminum obatnya. Lila lalu menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditandatangani Tuan Husain.

"Apa masih ada yang diperlukan Tuan?" tanya Lila.

"Tidak." jawab Tuan Husien.

"Tuan istirahat dan jangan banyak pikiran. Ingat! pesan dokter Raju." Lila selalu mengulang-ulang ucapan dokter Raju.

Husien menandatangani semua berkas yang diajukan Lila, tanpa membaca isinya Karena dia sudah sangat percaya pada Lila. Setelah semua ditandatangani Husein, Lila mengambil map yang tadi diserahkannya ke Husien, kemudian dia pamit kembali ke kantor.

Husien menatap kepergian Lila pikirannya yang ingin memanfaatkan Lila berubah drastis karena melihat kebaikan dan ketulusan Lila.

"Gadis itu lebih baik dari putriku sendiri." gumam Husien.

Sementara Lila yang sudah sampai ke kantor langsung menuju ke aula karena ada pertemuan para direksi perusahaan untuk membahas kerjasama yang terbengkalai ditangani oleh Yura.

Vito menjelaskan kepada para direksi perusahaan bahwa proyek besar yang ditangani Yura telah dipindahkan dan selanjutnya akan dikelola oleh Lila.

"Apa Tuan Vito yakin Nona Lila bisa menyelesaikan masalah proyek ini?" tanya pak Bambang dari direksi pemasaran.

"Apalagi Nona Lila belum sampai setahun bekerja di perusahaan ini." ujar yang lain menempeli ucapan Bambang.

"Kita berikan saja kepercayaan kepada Nona Lila, karena Nona Lila ditunjuk langsung oleh bapak direktur Husien untuk menangani proyek ini." ujar Vito meyakinkan para pemegang saham perusahaan.

"Kalau menurut saya lebih baik proyek itu diserahkan kembali ke Nona Yura. Beri kesempatan sekali lagi buat Nona Yura." ujar pak Johan dari direksi keuangan.

"Saya setuju dengan usulan pak Johan." Marisa pun mengeluarkan suaranya, tentu saja dia tidak akan sependapat dengan Vito yang lebih menyetujui keputusan Husien.

Mendengar usulan Johan terjadilah dua pendapat, sebagian para direksi dan pemegang saham menyetujui dan sebagian lagi tetap menginginkan Lila yang memegang proyek tersebut.

"Karena proyek ini sangat penting dan jika gagal, maka kontrak kerjasama kita dengan group Alexsa bisa terputus. Jika ini terjadi group Harahap di unjung kehancuran." ujar Johan menjelaskan.

Karena belum dapat kata sepakat akhirnya keputusan rapat ditunda untuk beberapa jam, Yura dan Lila dipinta untuk menyiapkan PPT persentase dan menyampaikan program unggulan apa yang akan mereka lakukan untuk melaksanakan kelanjutan proyek tersebut, dan rapat ditunda

hingga selesai makan siang.

"Lebih baik kamu mundur saja, karena kamu itu tidak ada apa-apanya dibanding kak Yura." ujar Marissa setelah rapat bubar. Sengaja mendatangi Lila.

"Kita lihat saja nanti." ujar Lila lalu meninggalkan ruang rapat.

Lila kembali ke ruangannya kemudian membuka laptop, membaca berulang PPT yang telah dibuatnya dan dia sangat yakin para direksi perusahaan akan menyetujui ide dan gagasan yang dia buat.

Sementara Yura yang hanya mengandalkan gaya, tidak ada mempersiapkan apapun, dia terlihat sangat resah dan gelisah, biasanya Vito yang turun tangan membantunya.

"Aku tidak boleh kalah dari wanita sampah itu." gumam Yura sambil mondar-mandir.

Marisa yang tahu kalau Yura sedang gundah gula, mendekati Yura memberinya ide dan berjanji akan membantu Yura mencuri program milik Lila.

"Kamu yakin kalau program Lila bisa diandalkan?" tanya Yura ragu.

"Tidak sich, cuman jika punya dia kita cuti, maka dia tidak bisa ikut presentasi otomatis dia akan gagal." ujar Marisa terus memprovokasi Yura.

Di saat jam istirahat makan siang, kantor sudah terlihat sepi, tapi Lila masih duduk di depan laptopnya masih mempelajari program unggulan yang dia miliki.

"Beres!" batin Lila tersenyum puas.

Sekilas Lila melihat bayangan Yura dan Marisa melintas di depan ruangannya. Tiba-tiba ide cemerlang Lila muncul di kepalanya.

Sementara Yura dan Marisa masih mencari ide bagaimana membuat Lila meninggalkan ruangannya.

"Dia masih di sana bagaimana caranya kita mengambil program kita bisa mengambil program miliknya." bisik Yura sambil melihat ke arah Lila.

"Tenang kak! serahkan padaku ujar Marissa.

Marisa melangkah mendekati Lila dan berdiri tepat di belakangnya, Lila yang ingin mengambil air minum di samping laptopnya kaget, dengan kedatangan Marisa secara tiba-tiba, sehingga air yang di tangannya tertumpah mengenai roknya.

"Permisi." ujar Lila meminta Marisa sedikit menyingkir dari nya, lalu beranjak dari tempat duduknya, ingin menunjuk ke toilet.

"Hei tunggu." teriak Marisa.

Lila menghentikan langkah kakinya, kemudian memutar tubuhnya menghadap Marissa.

"Ada apa?"

"Tuan Vito menyuruhmu ke ruangannya." ujar Marisa.

"Baiklah!" jawab Lila kemudian beranjak.

Begitu Lila menghilang masuk ke toilet, Marissa memasukkan flash disk ke laptop Lila memindahkan seluruh program yang telah Lila buat, begitu tersimpan di flash disk nya, dia pun menghapus program yang ada di laptop Lila.

"Beres." ucap Marisa lalu memasukkan flash disk ke dalam kantong bajunya.

"Rasain! Makanya jangan main-main denganku." gumam Marisa, lalu pergi meninggalkan ruangan Lila dan memberikan flashdisk tersebut ke Yura.

"Kita berhasil! Lila tidak akan bisa mengambil alih proyek itu." ujar Marissa. Mereka pun tertawa penuh kemenangan.

Sementara Lila setelah dari toilet langsung pergi ke ruangan CEO, mengetuk pintu ruangan berkali-kali. Namun tidak ada mendengar sahutan Vito. Akhirnya Lila membuka pintu dan masuk, tetapi ruangan sepi.

"Tuan! Tuan Vito." Lila mencoba memanggil Vito. Namun tetap tidak ada sahutan.

"Lila! Ngapain ada di ruangan Vito?" tanya Yura yang tiba-tiba masuk dan diiringi oleh Vito dari belakang.

"Tadi kata Marisa! Tuan Vito memanggil saya " ujar Lila menjelaskan.

"Apa? Aku? kau jangan memfitnah!." tiba-tiba Marisa muncul di belakang Vito.

"Lihat tuh kak Yura! Dia ini memang wanita murahan dia yang selalu menggoda Bang Vito." ujar Marisa tak merasa bersalah sama sekali.

Sebenarnya Lila sudah tahu, kalau semua ini permainan yang dirancang oleh Yura dan Marisa, dia hanya memuluskan rencana Yura dan Marisa, dan memainkan perannya saja.

"Baiklah! Kalau begitu Saya permisi." ucap Lila pura-pura mengalah, pada hal dia sengaja memancing kemarahan Yura, biar masalah ini semakin panjang.

"Enak saja mau pergi! kau sudah fitnah ku, maka kau harus mempertanggungjawabkan ucapanmu." Marisa tidak terima saat melihat Lila ingin melangkah pergi.

Lila tidak memperdulikan ucapan Marisa, dia pun melangkah. Namun Marisa tidak memberi kesempatan Lila untuk melanjutkan langkahnya, dengan keras Marisa menarik lengan kanan Lila.

"Berhenti urusan kita belum selesai." bentak Marisa.

"Marisa! sudah jangan diperpanjang masalah ini." ujar Vito berusaha menengahi.

"Tidak! aku mau dia berlutut, dan meminta maaf padaku." ujar Marisa lagi, sebenarnya dia hanya ingin mengulur waktu agar Lila tidak sempat memeriksa laptopnya, sebelum rapat dimulai.

Lila yang sudah tahu rencana Marisa, dia hanya tersenyum saja.

"Sudah! Sudah! Masalah ini kita selesaikan setelah rapat sekarang semua para pemegang saham sudah menunggu di aula." Vito dengan tegas.

"Baik! Sekarang kubiarkan kau bebas, setelah rapat nanti kau harus mempertanggungjawabkan semua kesalahanmu." ujar Marissa lalu mengajak Yura keluar dari ruangan Vito langsung menuju ke ruang rapat.

"Lila! Masalah Marisa lupakan saja, lebih baik kamu fokus untuk presentasi nanti." ujar Vito.

"Baik Tuan!" Saya permisi.

Lila bergegas masuk ke ruangannya mengambil ponsel dan laptopnya, kemudian melangkah menuju ruang rapat. Sementara Yura Marisa dan Vito sudah ada di ruang rapat.

"Karena semua sudah berkumpul, di silahkan kepada Yura dan Lila untuk menjelaskan presentasinya." Vito membuka rapat.

"Sebagai rasa penghormatan, saya minta Nona Lila untuk mempresentasikan program unggulannya." ujar Yura membuka suara.

Lila berdiri kemudian membuka layar laptopnya.

"Bagaimana bisa begini? kenapa hilang?" ucap Lila, dia pura-pura mulai cemas karena program yang dibuatnya tiba-tiba filenya lenyap.

Bambang menatap ke arah Lila, lalu menggeser duduknya lebih mendekat, dia melihat Lila yang sudah berulang kali mencari. Namun file tersebut tidak ditemukannya.

"Coba cari lagi dengan tenang, mungkin kamu lupa di mana file itu kamu save." ujar Bambang berusaha membuat Lila tenang.

"Tidak ada pak! Pasti ada seseorang yang menghapusnya."

"Kamu benaran sudah membuatnya?" tanya Bambang mulai menyangsikan kemampuan Lila.

"Iya pak! tadi sudah selesai saya buat, bahkan halamannya belum saya tutup." ujar Lila meyakinkan Bambang.

"Ada apa Lila." tanya Vito setelah selang beberapa menit Lila belum juga memulai presentasinya.

"File saya hilang Tuan." ucap Lila.

"Bilang saja kalau kamu belum menyiapkannya." seru Marisa, kali ini dia pasti berhasil mempermalukan Lila.

"Tuan Vito! mau tunggu apa lagi lebih baik suruh Nona Yura untuk mempresentasikan program unggulannya." ucap pak Bambang, dia yakin kalau Lila telah berbohong.

Yura pun berdiri dengan senyum kemenangan dia menatap wajah Lila.

"Hari ini tidak ada yang bisa menyelamatkanmu. Lila!" batin Yura.

**************

Apakah Yura dan Marissa berhasil merebut kembali proyek dari tangan Lila?

Rencana apa yang sebenarnya ada di pikiran Lila?

Baca kelanjutannya di part 18.

Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya

Terima kasih untuk semua reader yang telah membaca novelku.

Love you ♥️♥️♥️♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!