NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Ardian memejamkan mata, napasnya berat. “Aku salah. Tapi aku masih mencintaimu.”


“Cinta?” Eva tertawa kecil, lebih mirip tangis yang ditahan. “Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa. Itukah yang kamu inginkan, Mas?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Tidak Akan Menceraikan Kamu

Eva melangkah dengan langkah gontai, matanya berkaca-kaca menahan tangis yang sejak tadi nyaris tumpah. Hatinya terasa perih, seakan disayat-sayat oleh kata-kata yang baru saja didengarnya. Sakit sekali rasanya diperlakukan seperti itu, seolah dirinya tak punya nilai hanya karena belum mampu memberi keturunan.

Jika dia bisa memilih, tentu saja dia ingin punya anak. Dia ingin merasakan bagaimana rasanya mengandung, melahirkan, dan membesarkan buah hati bersama orang yang dicintainya. Tapi apa daya, sampai saat ini Tuhan belum juga mengabulkan doa-doanya. Setiap bulan datang dengan harapan, lalu pergi dengan kekecewaan. Setiap doa yang dipanjatkan seakan menguap begitu saja ke langit tanpa jawaban.

Ia berjalan perlahan menuju taman dekat rumah, tempat yang dulunya jadi pelariannya saat semuanya terasa terlalu berat. Di sana, di bangku kayu yang sudah mulai lapuk dimakan waktu, Eva duduk sendiri. Angin malam menyapu wajahnya, membawa serta dedaunan yang gugur dari pepohonan. Namun tak ada yang bisa menenangkan hatinya.

Suara mama mertuanya masih jelas terngiang-ngiang di telinganya. Suara yang tajam, dingin, dan tanpa belas kasih. "Perempuan mandul tetap saja tidak berguna!"

Kalimat itu terulang-ulang dalam benaknya, seperti palu yang menghantam batok kepalanya tanpa henti.

Eva menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Tapi air mata itu akhirnya jatuh juga, membasahi pipinya. Ia menunduk, bahunya terguncang hebat oleh isakan yang tak bisa dibendung lagi. "Aku bukan perempuan mandul," bisiknya lirih, hampir tak terdengar. Suaranya parau, nyaris tenggelam dalam suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin.

"Aku hanya... belum diberi kesempatan," lanjutnya dengan suara yang semakin tenggelam dalam tangis.

Tak ada yang tahu betapa dia telah berjuang. Berbagai cara sudah dicoba, berbagai doa sudah dilangitkan. Tapi hari ini, dia hanya ingin menangis. Melepaskan semua sakit yang menghimpit dada.

Eva memeluk dirinya sendiri, seolah berusaha menyatukan kembali kepingan-kepingan hatinya yang retak. Dulu, dia membayangkan pernikahan akan penuh kehangatan dan dukungan. Tapi sejak hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dirinya memiliki masalah untuk hamil, segalanya berubah. Bukan hanya tatapan iba dari orang-orang sekitar, tapi juga tudingan, bisik-bisik, dan kini, hinaan yang menusuk dari ibu mertuanya sendiri.

Pernah suatu malam, ia mendengar suaminya berbicara di telepon dengan seseorang—mungkin ibunya—tentang program bayi tabung. Eva sempat berharap, mungkin suaminya akan tetap mendukung dan memperjuangkan mereka. Tapi setelah malam itu, tak pernah ada lagi pembicaraan tentang usaha bersama. Justru sejak itu, jarak di antara mereka terasa makin jauh. Suaminya lebih sering diam, pulang larut, dan tak lagi menyentuh topik tentang anak.

Sampai akhirnya Eva tahu, jika suaminya menikah lagi dan punya seorang anak. Betapa hancur nya perasaan Eva, dia dikhianati oleh orang yang sangat dia cintai. Sakit sekali, rasanya dia tidak ingin lagi mengenal cinta.

Eva menghapus air matanya, walau seketika air mata baru kembali mengalir.

Apa aku tak cukup baik sebagai seorang istri?" gumamnya.

"Apa hanya karena aku belum bisa memberi cucu, seluruh cintaku menjadi tak berarti?"

"Kalau saja Tuhan mendengarku... aku akan jadi mama yang baik. Aku janji," bisiknya pelan.

Angin malam makin dingin, seolah turut merasakan luka yang menganga di hatinya. Tapi di balik kesedihan itu, ada bara kecil yang belum padam. Harapan. Keyakinan bahwa suatu saat nanti, mungkin tidak sekarang, tapi nanti—ia akan menemukan caranya sendiri untuk menjadi seorang ibu. Entah lewat rahimnya sendiri, atau lewat jalan lain yang mungkin belum ia tahu.

Namun untuk saat ini, Eva hanya ingin duduk di sana, membiarkan dirinya bersedih sepuasnya. Karena kadang, menangis adalah satu-satunya cara untuk tetap kuat.

"Terkadang, berusaha sok kuat itu sulit juga." celetuk seseorang, Eva segera menoleh ke asal suara tersebut.

"Renno," ucap Eva pelan

Renno menatap wajah Eva dengan mata yang tak berkedip. Perempuan itu duduk di depannya, mencoba tersenyum meski jelas ada sisa-sisa kesedihan di balik matanya yang sembab. Dia mengenal senyum palsu itu—senyum yang digunakan Eva untuk menutupi luka, untuk meyakinkan dunia bahwa dirinya baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak.

Perlahan, Renno mengepalkan tangannya di atas pahanya. Hatinya seperti diremas saat melihat Eva seperti ini, remuk oleh ucapan tajam dari mama dan perlakuan dingin dari saudara kandungnya sendiri—suami Eva. Semua ini tak seharusnya terjadi. Eva tak pantas diperlakukan seperti seseorang yang tak berarti, hanya karena belum bisa memiliki anak. Dia perempuan yang kuat, lembut, dan penuh kasih. Tapi orang-orang malah membuatnya merasa kecil, menyalahkannya atas sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.

“Andai saja aku bisa memutar waktu,” batin Renno dengan getir. Ia mengembuskan napas panjang, mencoba menahan gejolak dalam dadanya. “Andai saja waktu itu aku punya keberanian untuk bicara.”

Dulu, ketika mereka masih sebatas teman dekat, Renno tahu bahwa perasaannya pada Eva sudah melewati batas pertemanan. Tapi sebelum dia sempat mengungkapkan semuanya, saudaranya—Ardian—secara tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Eva. Dan Eva, dengan polosnya, menyambut niat baik itu. Renno tahu, saudaranya juga tulus... atau setidaknya, dulu terlihat seperti itu. Maka Renno memilih diam. Ia mengalah demi menjaga persaudaraan, demi tidak membuat Eva berada di tengah-tengah. Dia pikir, jika Eva bahagia, itu sudah cukup.

Namun kenyataannya? Yang dia lihat sekarang hanyalah perempuan yang dia cintai diam-diam selama bertahun-tahun, menangis dalam sepi. Menyembunyikan luka dari mata semua orang, kecuali matanya. Karena hanya Renno yang bisa melihat luka itu dengan jelas, sebab dia yang paling memahami senyum Eva. Dan justru itulah yang paling menyakitkan—karena dia tahu, Eva tidak bahagia. Dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Renno menggigit bibir bawahnya. Pandangannya tetap tertuju pada Eva yang kini menatap kosong ke jalanan.

"Seandainya aku tidak mengalah waktu itu... mungkin kamu nggak harus nahan air mata setiap hari," gumamnya dalam hati.

Dia benci dirinya sendiri karena tak pernah cukup berani. Tapi yang lebih dia benci, adalah kenyataan bahwa air mata Eva kini disebabkan oleh keluarga yang seharusnya melindunginya. Dia benci melihat bagaimana Eva selalu berusaha kuat, padahal di balik itu semua, dia nyaris hancur.

Dengan pelan, Renno mengulurkan tangan, ragu-ragu menyentuh punggung tangan Eva. "Kalau kamu capek... kamu boleh bersandar. Aku di sini," ucapnya pelan, suaranya nyaris bergetar.

Eva menoleh perlahan, matanya memerah, tapi ada sedikit cahaya yang muncul. Renno tidak tahu apakah itu tanda harapan atau sekadar penghargaan karena seseorang akhirnya benar-benar melihatnya. Tapi apa pun itu, Renno bersumpah dalam hati—ia tak akan diam lagi. Tidak kali ini.

"Maaf, Ren. Walau bagaimana pun, aku masih istri kakakmu." ucap Eva pelan, namun tegas.

Renno menghela nafas panjang tanda kecewa. "Apa yang ingin kamu lakukan saat mengetahui dia menikah lagi?" tanyanya dengan raut wajah penasaran

"Aku enggak tau. Namun, aku ingin sekali bercerai. Aku enggak sanggup hidup bersama seseorang yang mengkhianati perasaan dan kepercayaan yang selama ini aku berikan dengan tulus. Aku lelah!"

"Apapun itu, aku akan mendukung keputusan kamu, Eva. Ini adalah langkah yang terbaik."

"Terimakasih, Ren."

"Sampai kapan pun, aku enggak akan menceraikan kamu, Eva Alexia!"

Eva dan Renno menoleh ke arah suara yang menggelegar itu. Mereka tahu, jika pemilik suara itu adalah Ardian.

***

1
Adinda
pasti anak pelakor bukan darah dagingmu ardian biar menyesal kamu
Nur Nuy
rasain suami penghianat , tunggu tanggal mainnya bakalan nyesel lu seumur hidup lepasin eva😡😏
Mardathun Shalehah: jangan lupa hadir yaa di persidangan/Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
kata nenek, bertengkar di pagi hari itu nggak bagus lho
Mardathun Shalehah: kalau malam bagus gak 🤧🤣
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ish aku paling benci kalau macet apalagi kalau pakai mobil manual, hmm, capek banget dan bikin esmosi, eh emosi
Mardathun Shalehah: sabar 🤧🤣
total 1 replies
Nur Nuy
sabar eva sabarr hempaskan penghianat itu
Mardathun Shalehah: buset dah 🤣🤣
Nur Nuy: ke kandang singa author 🤣🤣🤣
total 3 replies
Nur Nuy
tidak semudah itu fer Ferguso
Mardathun Shalehah: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Mardathun Shalehah: /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
iya tega banget ish!
Mardathun Shalehah: sabar /Joyful//Shy/
total 1 replies
Nur Nuy
semangat eva ayo kamu bangkit lupakan penghianat itu
Mardathun Shalehah: semangat ❤️
total 1 replies
yuni ati
Keren
Mardathun Shalehah: makasih kk ❤️
total 1 replies
Nur Nuy
lanjutkan
Mardathun Shalehah: oke ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
keren narasinya 🥰
Mardathun Shalehah: Makasih kak 🥰
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun kasian banget eva nya, sedih banget lanjutkan Thor seru
Mardathun Shalehah: Makasih dukungan nya kk ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Mardathun Shalehah: Salam kenal juga kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!