NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

salah paham

Silla terbangun kaget, mimpinya sangat aneh dan melelahkan sekaligus menakutkan. Dalam mimpinya itu, terlihat Yohan begitu marah padanya.

‘Ya ampun … sampai kebawa mimpi!” keluhnya menepis keringat dingin dan berusaha menetralisir detak jantungnya.

Silla menatap jam dinding, “Ternyata udah jam lima pagi,” gumamnya lalu bangun dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Rasa ngeri saat membayangkan wajah Yohan dalam mimpinya masih sangat terasa, sangat menakutkan.

“Baru bangun?” sapa Usna.

“Yaak! Bikin makin kaget aja!” seru Silla berjingkat melihat Usna yang telah mengenakan mukena, bersiap untuk sholat subuh.

Hari itu kembali berjalan layaknya hari-hari biasa sebelumnya.

Silla sibuk dengan aktivitas normal hariannya, layaknya orang-orang pada umumnya.

Hingga sore pun tiba, Silla selesai mengemasi beberapa barang dari penjualan onlinenya dan harus dikirimkan.

“Kirimanmu banyak kah Sil?” Tantenya Silla mendekat ke ruangan tengah itu, seraya membawa dua gelas jus buah, satu untuknya dan satu lagi untuk Silla.

“Lumayan Tant. Alhamdulilah, sedikit demi sedikit bisa membantu penjualan.”

Bu Lilis, istrinya pak Abdi tampak menghela napas. “Coba saja Usna bisa serajin kamu, mau bantu bapaknya mengelola usaha, pasti juga lumayan itu.”

“Usna kan sibuk kuliah Tante, tugasnya banyak kan?” bela Silla yang selalu mengerti kesulitan Usna.

“Kamu kenapa nggak milih kuliah? Lulus pondok malah langsung kerja, apa nggak sayang?”

“Aku udah capek mikir Tante, Hehehe ….”

“Eleh … ada-ada saja kamu ini … tapi nyatanya disini kamu banyak mikir, apa bedanya?”

“Kan beda Tante, kalau di sini mikirnya dibayar, kalau kuliah itu, udah capek mikir, malah masih suruh bayar!”

Cara berpikir yang sangat diluar dugaan. Tapi ya seperti itulah Silla, ia selalu memiliki solusi sendiri untuk membuat hidupnya senyaman yang dia inginkan.

Mendengar jawaban lucu Silla, membuat Bu Lilis tentunya terkekeh. “Kamu ini … aduh, sakit perut Tante kalau ngobrol sama kamu tuh, ketawa mulu!”

“Ya dong Tante, aku kan lucyu dan imyut! Hehehe ….” Kelakar Silla dengan aegyo-nya. “Yang jelas itu Tante … dua abangku kan nggak kuliah, rasanya nggak enak juga kalau cuma aku yang kuliah, kasihan mamah sama ayah juga, masih ada adek dan ayah sudah tua.”

Jawaban bijak untuk gadis seusia Silla. Ia begitu menyayangi dan menghormati kedua orang tuanya, menghargai kedua kakak tertuanya, dan meskipun terpaut usia yang lumayan jauh, Silla pun selalu menyayangi adik satu-satunya.

TUNG!

Sebuah pesan whatsApp masuk ke ponsel Silla.

‘Yohan?’ batinnya saat melihat nama kontak yang telah disimpannya.

—Kamu ada waktu? Aku lihat ada promo es krim di tempat langganan mu.—

“Jangan lupa habiskan jus-nya, Tante mau balik lihat penjahit dulu ya!” pamit Bu Lilis meninggalkan Silla yang masih menatap ke layar ponselnya.

“Siap Tante! Terimakasih!” jawab Silla dengan senyum sangat manis lalu kembali membaca ulang pesan itu.

Dahinya berkerut sejenak, lalu membetulkan letak kacamatanya.

“Dia nanya, terus ngasih tahu doang kalau ada diskon, apa sih maunya? Ngajak keluar atau cuma ngasih doang doang?” gumam Silla menimbang-nimbang.

“Ah, mana mungkin dia ngajak keluar, manusia modelan dia … nggak mau juga ah gue, bisa mati kutu keluar sama manusia kaku begitu!” imbuhnya lalu mengetik balasan.

—Bodo amat sama promo. Memangnya mau apa?—

Di tempat berbeda, Yohan duduk dibalik kemudi, masih di areal parkir di tempatnya bekerja.

Membaca balasan Silla, lalu menarik napas dan membuangnya kemudian. Lalu kembali mengetik balasan.

—Aku nggak marah, terimakasih sudah memastikan aku selamat sampai dirumah.—

Membaca balasan dari Yohan, secara reflek Silla melempar ponselnya, lalu menutup mulutnya dengan dua tangan. Beruntung ponselnya jatuh diantara bungkusan paket, sehingga tak terjadi apapun pada ponsel kesayangannya itu.

“Dia … jadi dia tahu kalau gue semalam ngikutin? Aduh … malu gue … pasti dia mikirnya aneh-aneh … pasti dia ngira gue penguntit! Atau … aduh perasaanku tiba-tiba nggak enak!” pekiknya panik.

“Aduh, harus balas apa nih?” Silla semakin panik.

Ponselnya kembali berbunyi, satu lagi pesan dari Yohan masuk.

—Jadi bagaimana, kau mau ambil promonya atau tidak?—

“Apaan sih ini … jadi dia cuma kasih info aja kan, bukan ngajakin keluar kan? Aman kalau gitu mah!” sedikit lega tanpa berpikir lagi, Silla mengirimkan balasan.

—Makasih infonya, nanti aku kesana setelah mengantar paket-paketku!—

“Ah lupa balas yang satunya!” imbuh Silla lalu mengetik lagi satu pesan balasan.

—Sudah kubilang aku nggak khawatir sama kamu, aku tak tega melihat dua ponakanmu. Anak sekecil itu berkelahi dengan beratnya tubuhmu!—

Silla meletakkan ponselnya, lalu menata barang kirimannya ke dalam tas besar yang akan memudahkannya untuk membawa ke kantor kurir.

Sebuah pesan lagi masuk, Silla tak segera membukanya, ia menyelesaikan dulu pekerjaannya.

Tepat saat Silla selesai, ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk.

“Sill, tolong turun sebentar, ada bahan datang, kamu cek dulu ya,”

“Oke Om!”

Panggilan pekerjaan, membuat Silla lupa pada pesan yang masuk sebelumnya. Silla bahkan tak membawa ponselnya. Ia segera menuju ke tempat penurunan bahan.

Silla fokus dengan pekerjaannya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Silla kembali dipanggil oleh pak Abdi.

“Silla, kamu ada janji? Kok nggak bilang sih, tau gitu Om nggak nyuruh kamu.”

“Janji?” Silla mengernyit tak begitu mengerti dengan ucapan sang paman. “Enggak, aku nggak ada janji kok Om!”

“Itu pak Yohan datang, dia bilang udah ngasih tahu kamu mau ngajakin keluar.”

“Hah?”

“Udah temuin dulu sana, jagain baik-baik buyer Om ya, entah dia mau bahas apa sama kamu, semoga bukan protes-protes yang menyulitkan ya … tinggalin dulu kerjaannya, buyernya lebih penting.”

“Ta-tapi Om ….”

Meski masih bingung, tapi Silla akhirnya menurut, segera mempercepat langkahnya menuju ke ruang depan. Sedangkan pak Abdi melanjutkan pekerjaan Silla.

“Ada apa?” tanya Silla sekaligus menyapa dengan sangat canggung.

Yohan membutakan matanya, tanpa menjawab, ia menunjukkan ponselnya, Silla membaca pesan disana.

—Siap-siap, gue jemput kesana!—

Sekarang gantian Silla yang membulatkan mata, lalu menutup mulut dengan dua tangannya.

“Maaf aku lupa membacanya, aku ….”

“Hmm, sibuk bekerja. I know … pamanmu mengatakan itu.”

“Hm, tapi aku masih kacau … belum mandi … lepek.” Silla memeriksa penampilannya yang sangat kacau sore itu.

“Nggak ada waktu, berangkat aja sekarang.”

“Hah? Eh! Nggak lucu lah, masa aku begini penampilannya!” prote Silla menghentikan langkah Yohan.

“Memang kenapa, begitu juga masih rapih.”

Silla tidak yakin dengan hal itu, rasanya ingin memakai pria dengan jawaban singkat yang baginya tak berperike-perasaan itu. Namun ia teringat pesan sang paman.

Silla melangkah ragu mengekor di belakang Yohan.

Yohan membuka pintu mobil bagian penumpang, lalu berbalik ke arah Silla.

‘Oh?! Dia membuka pintu untukku, bisa semanis itu juga manusia satu ini, aku kira ….’

Tak selesai fantasi Silla saat akhirnya Yohan bertanya dengan kening berkerutnya.

“Mana paketmu?”

“Hah?” sahut bingung Silla tersadar dari imajinasinya.

“Tadi katanya mau kirim barang, masukin ke situ, bisa gue anter sekalian!”

“Hah?” Sekali lagi Silla tampak belum mengerti dengan ucapan Yohan.

“Jangan lemot bisa nggak? Gue anter sekalian kirim barang ke kurirnya, habis itu baru ambil diskon es krimnya!”

Seketika Silla yang hampir melayang oleh perlakuan manis Yohan, menurut fantasinya sih, terjungkal berkali-kali ke dalam jurang. Begitulah yang dirasakan Silla, saat menyadari Yohan bulan membuka pintu mobil untuknya, melainkan untuk barang-barangnya.

‘Kupikir dia manusia, ternyata robot!’ keluh Silla memutar bola matanya, ia tampak kembali kesal dan merasa bego di saat bersamaan.

‘Kalau bukan karena dia buyernya Paman, amit-amit dah mau keluar sama patung beginian!’

Bahkan hingga sepanjang perjalanan, Silla terus menggerutu dan memasang wajah masam.

...****************...

Bersambung ....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!