Sahara tak pernah menyangka akan pernyataan cinta Cakra yang tiba-tiba. Berjalan bersama komitmen tanpa pacaran, sanggupkah mereka bertahan di atas gempuran hubungan rumit kedua orang tua Cakra dan Sagara yang ternyata adalah ayah kandung Sahara.
Apakah Cakra dan Sahara akan bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Cemburunya Devon
Selesai mengambil buku dan mengunci kembali pintu kontrakan. Cakra gegas mengantar Sahara pulang ke rumahnya.
"Yang mana?" tanya Cakra sebab ia sendiri tak paham sebelah mana rumah Om Sagara.
"Kayaknya yang paling ujung deh, soalnya masuknya lumayan jauh."
"Oh oke."
Sampailah mereka di rumah paling ujung, rumah Sagara memang terbilang komplek perumahan mewah dimana desain luarnya hampir sama.
"Permisi pak," sapa Cakra pada satpam jaga rumah.
"Cakra bukan yang ini, satpamnya Pak Mamad," seru Sahara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa ia sampai lupa rumahnya yang mana, seminggu ini Sahara keluar masuk rumah bersama Papanya jadi ia kurang memperhatikan rumah Sagara yang mana.
"Ohh, atuh kalau Pak Mamad satpam jaga sebelah, Neng! Sebelah rumah ini, jadi kalau neng atau mas-nya bingung. Rumahnya dari ujung nomor dua," seru satpam itu.
Cakra menepuk jidatnya seketika,
"Oke terima kasih, Pak!" balasnya kemudian pindah.
"Lain kali jangan keluar sendiri, bahaya! Aku nggak mau kamu kenapa-napa, jadi jangan diulangi janjian sama orang di simpang lima. Kamu nggak tau seluk beluk Semarang seperti apa, apalagi ini nih. Rumah Papamu aja nggak inget kan," omel Cakra.
"Yaaa namanya juga lupa Cakra, jangan marah-marah ih gantengnya hilang." Sahara menekuk wajahnya.
Pak Mamad yang melihat kedatangan Sahara lantas membuka pintu gerbang selebar mungkin.
"Ada tamu neng dari Ambarawa," seru Pak Mamad.
"Tamu?" tanya Sahara mengernyit.
"Kalau begitu kami masuk dulu, Pak!" seru Cakra.
Sontak Sahara melotot dibuatnya, "kamu nggak pulang?"
"Aku mau mampir, kali aja tamu kamu spesial." Cakra membawa motornya masuk dan memarkirkannya di sisi kanan pos jaga.
"Nitip bentar ya, Pak!"
***
Mobil Jazzy kuning terparkir disana, Sahara langsung tahu siapa yang datang. Dan, lihat mobil Papanya bahkan sudah berada di rumah yang artinya teman-teman Sahara saat ini sedang disambut oleh papanya.
"Assalamu'aikum ya ukthi," seru Sahara.
Sinta sontak menoleh ke arah pintu dan mendapati Sahara masuk sambil senyum masam karena dugaan dirinya benar. Rian dan Sinta mendatanginya ke Semarang.
"Waalaikumsalam, tuh dia pulang! Ayo sini, Cakra masuk dulu," seru Sagara.
Cakra mengangguk senyum dan masuk lebih dulu, salim takzim pada Sagara dan teman-teman Sahara yang melongo karena baru seminggu Sahara di Semarang, ia sudah jalan dengan cowok se ganteng dan cool seperti Cakra.
"Gila," maki Sinta.
Wajah Devon langsung suram begitu keluar dari toilet dan kembali ke ruang tamu. Apalagi saat tahu Sahara pulang bersama cowok.
"Lho Devon juga?" seru Sahara saat melihat Devon berjalan ke arahnya. Tanpa sungkan menyodorkan tangannya agar Sahara salim padanya.
"Sahara salim dulu," seru Sagara semakin membuat gadis itu mencebik, karena sekarang status Devon adalah kakak sepupunya.
"Iya papa."
Sahara meraih tangan Devon yang menggantung di hadapannya lantas salim. Sementara Cakra menyalami teman Sahara satu persatu.
"Sinta..."
"Rian..."
"Cakra..."
Mereka berkenalan satu sama lain termasuk Devon. Namun, saat melihat Sahara duduk bersebelahan dengan Cakra lagi-lagi batinnya kesal dan cemburu. Walau sekalipun Sahara jomblo mereka tetap tak bisa bersatu karena status mereka yang masih terikat keluarga.
"Pacar lo ya?" goda Sinta.
"Bukan," jawab keduanya kompak.
Sementara Devon memilih mencomot camilan tak memperhatikan interaksi mereka. Cakra tahu, laki-laki yang di hadapannya itu, yang mukanya kusut kaya jemuran baru kering itu yang dulu instastorynya penuh dengan foto Sahara.
"Kalian satu sekolah?"
"Yups, satu kelas kita," jawab Rian.
"Pantes Devon ditolak, pawangnya aja kaya gini," ledek Sinta membuat Sahara memerah malu.
"Aku sama Cakra itu sama aja aku sama Devon, kita cuma temen."
"Oh jadi gitu?" Kali ini suara Sagara menggoda putrinya.
"Nggak Devon nggak Cakra ya, catet."
Sinta tergelak, "warning tuh."
"Ya, enggak gitu juga papa. Jodoh kan gak ada yang tau."
Cakra pamit pulang, ia hanya mampir sebentar karena mengantar Sahara. Sementara Sagara mengantarnya sampai depan dengan Sahara.
"Wah Von, jadi kalian sepupu-an?" tanya Rian masih tak percaya.
Devon mengangguk lesu, sebelum mamanya dan Om Sagara meng-warning. Lebih baik mundur teratur, tapi kenapa melihat Sahara dengan laki-laki lain hatinya menjadi sakit.
