NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Babak Baru: Cermin dan Pilihan Mustahil

​Setelah hari yang panjang dan emosional, Sinta (Bram) tiba di kontrakan kecilnya. Ia melemparkan tas dan surat ancaman Clara ke atas sofa. Kelelahan mental karena berurusan dengan drama wanita ini terasa lebih berat daripada mengangkat beban 100 kg.

​"Dasar wanita gila!" gumam Sinta (Bram), menyandarkan kepalanya ke dinding. "Aku ini Bram, bukan wanita licik! Aku ini pria terhormat!"

Ia meraih kerah blouse-nya dan menariknya, membiarkan udara segar menyentuh kulit. Sinta berjalan ke dapur, mengambil sekaleng minuman dingin dari kulkas. Ia membuka kaleng itu dengan bunyi mendesis yang keras.

"Sial!" Ia membanting kaleng minuman itu ke meja dengan frustrasi, merasakan rasa dinginnya yang menguap. "Kenapa hidupku jadi begini? Aku rindu bau keringat setelah nge-gym, bukan bau parfum Sinta!"

Ia mulai berjalan mondar-mandir. Rasa frustrasi itu memuncak. Ia merindukan kebebasannya, sepatu sneakers-nya, suara bass-nya, dan cara dia bisa menyelesaikan masalah dengan bogem mentah, bukan dengan strategi drama ala telenovela.

Tanpa sengaja, langkahnya berhenti di depan cermin besar yang tergantung di dinding. Ia melihat pantulannya. Rambut Panjang bergelombang berwarna cokelat madu, wajahnya yang cantik, dan tubuhnya...

Sinta (Bram) memiringkan kepala. Ia menyentuh tulang selangkanya, lalu melirik ke bawah.

Saat itulah, naluri lama Bram—insting pria playboy yang selalu mengagumi keindahan—tiba-tiba muncul, bahkan untuk tubuhnya sendiri.

"Hei, kalau dilihat-lihat..." Ia berbisik pada dirinya sendiri, suaranya yang lembut terdengar asing. Ia melangkah mendekat, menganalisis penampilannya.

​"Body gua... bagus juga, ya?"

Sinta (Bram) memutar badannya ke samping, lalu kembali ke depan. Ia bahkan melenturkan lututnya sedikit, mencoba pose.

Ia menyentuh bagian dadanya. "Dada gue... oke juga, ukurannya pas. Nggak terlalu kecil, nggak terlalu besar. Nggak heran si Rian kayak anjing kelaparan."

Ia kembali memutar badan, melihat bokongnya yang terbalut rok span hitam itu. "Dan bokong gua... semok banget! Astaga, ini benar-benar diluar ekspektasi. Tubuh ini... tubuh wanita impian para pria, dan sekarang tubuh ini punya gua!"

Ia tertawa geli, campuran antara frustrasi dan kekaguman konyol.

"Bram, come on! Kau ini pria! Pria!" Ia menampar pipinya pelan, lalu kembali menatap cermin.

"Tapi... jujur nih, ya? Lumayan lah. Kaki gua juga jenjang. Gak sia-sia aku dipaksa pakai high heels ini. Setidaknya aku jadi lebih tinggi."

Tiba-tiba, ponsel Sinta (Bram) berdering keras, memecah keheningan momen Bram Sang Diva Dadakan itu. Nama "Maya" tertera di layar.

Sinta (Bram) menghela napas, segera kembali ke mode serius.

​"Halo, May?"

Terdengar napas Maya yang tersengal dari ujung telepon. Ia tidak menangis, tapi suaranya dipenuhi nada panik dan tertekan.

​Maya: "Bram! Astaga, syukur kamu angkat. Aku... aku cuma punya sedikit waktu. Aku baru saja didatangi keluarga teman orang tuaku. Mereka baru saja pergi."

Sinta (Bram) langsung waspada. Ancaman Clara terasa jauh, berganti dengan perasaan protektif yang meluap.

Sinta (Bram): "Ada apa, May? Suaramu kenapa? Tarik napas, pelan-pelan. Ada apa di sana?"

​Maya: "Aku... Aku dijodohkan, Bram!" Suara Maya bergetar cepat, seperti rentetan tembakan. "Papah dan Mamah baru saja bilang. Aku dijodohkan Dengan Rizky, anak teman Papah. Dia baru pulang dari luar negeri, dan mereka bilang... mereka bilang dia 'cocok' dan 'demi masa depan'."

Jantung Bram (Sinta) di dalam tubuh Wanita langsung berdebar kencang, kali ini bukan karena bra yang ia kenakan atau sepatu hak tinggi, tapi karena amarah dan ketakutan yang murni. Dijodohkan? Tidak mungkin. Maya milikku!

Sinta (Bram): "Tunggu. Dijodohkan? Secara mendadak? Kenapa tidak bilang apa-apa padamu sebelumnya?"

Maya: "Aku tidak tahu! Mereka bilang mereka sudah memutuskan! Bram, kamu harus mengerti, Papah memberiku ultimatum! Satu bulan! Mereka bilang kalau dalam satu bulan aku tidak bisa membuktikan bahwa 'Bram' itu ada, serius, dan bertanggung jawab, aku harus menerima perjodohan ini!"

Kepala Sinta (Bram) terasa berputar. Clara, kutukan ini, Rian, pekerjaan... dan sekarang Maya. Ia harus melakukan sesuatu. Bram tidak pernah berencana berhenti menjadi Bram untuk Maya. Maya adalah alasan mengapa ia ingin menanggalkan citra playboy-nya. Maya adalah wanita terakhir yang ia cintai seumur hidupnya.

Sinta (Bram): (Menghela napas, berusaha menenangkan diri) "Dengar, Maya. Jangan panik. Aku akan mengurus ini. Aku akan cari cara..."

Maya: "Bagaimana caranya? Kamu... bagaimana aku bisa menjelaskan ke mereka tentang kamu? Maksudku, tentang Bram. Bagaimana kalau mereka ingin bertemu sekarang? Aku tidak tahu harus bilang apa!"

Sinta (Bram) terdiam sejenak. Ya, bagaimana? Pria yang dicintai Maya kini adalah wanita yang sedang menghadapi drama cinta segitiga di kantor dan ancaman pemecatan. Situasinya kacau balau. Tapi, ia tidak akan pernah membiarkan Maya direbut.

Sinta (Bram): (Nada suaranya menjadi tegas, penuh keyakinan) "Jangan khawatirkan apa pun. Aku akan pastikan aku akan muncul sebagai Bram. Aku akan pastikan Papah dan Mamahmu melihat bahwa Bram ada. Kamu percaya padaku, kan?"

Maya: "Tentu saja, Bram. Tapi, satu bulan... itu sangat cepat. Bisakah kamu..."

Sinta (Bram): "Aku bisa. Dan Jangan pernah bilang kamu 'harus menerima' perjodohan itu. Kamu hanya milikku. Sekarang, ambil napas dalam-dalam. Berpura-puralah semuanya baik-baik saja di depan mereka. Aku akan memikirkan langkah selanjutnya. Kita akan bicara lagi nanti, oke?"

Maya: "O-oke, Bram. Terima kasih. Aku harus mematikan telepon sekarang. Nanti kutelepon lagi."

Sinta (Bram): "Ya. Aku mencintaimu, May."

​Maya: "Aku juga mencintaimu, Bram."

Sambungan terputus.

Sinta (Bram) memegang ponselnya erat-erat. Wajah Rizky, pria yang Maya sebut, langsung terbayang. Bram yang lama mungkin akan tertawa. Tapi Bram yang sekarang, yang mencintai Maya dengan segenap hatinya, hanya merasakan satu hal: ini adalah perang, dan dia tidak boleh kalah.

"Clara, kau hanya masalah pekerjaan," gumam Sinta, memasukkan ponselnya. "Tapi Rizky... kau adalah ancaman terhadap kehidupanku."

Dalam waktu 24 jam, Sinta (Bram) tidak hanya harus menggagalkan Clara dan menyelamatkan pekerjaannya, tapi ia juga harus mencari cara untuk membuktikan bahwa Bram masih ada, tanpa mengungkap kutukan yang menjeratnya. Tantangannya baru saja berlipat ganda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!