NovelToon NovelToon
Anara Dan Tuan Mafia

Anara Dan Tuan Mafia

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Romantis / Mafia / CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Tamat
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.4
Nama Author: Mr. Jay H

Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.


Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.

Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.

Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?

Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Sikap Sean

Pagi-pagi sekali Ana sudah terbangun dari tidurnya. la melihat kearah samping tempat tidurnya, ia melihat jika Sean tertidur.

"Dia sudah pulang, kenapa aku tidak tau." Gumam Ana melihat Sean.

Ana segera mencuci muka terlebih dahulu lalu turun ke bawah untuk memasak.

"Sepertinya, belum ada yang bangun." Ucap Ana pelan karena suasana yang masih sepi.

Ana pun segera mengambil bahan-bahan yang akan di gunakan untuk memasak. Ana menggulung tinggi rambutnya agar tidak membuatnya kerepotan saat memasak nanti.

Kali ini, Ana ingin memasak schnitzel. Ana mulai mengiris-iris tipis daging yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.

Schnitzel merupakan makanan internasional Jerman dan memiliki cita rasa yang lezat. Selain itu, teksturnya empuk namun tetap renyah.

Makanan khas Jerman ini di buat dari potongan daging yang diiris tipis. Kemudian, daging ini dilapisi tepung dan telur, lalu di balur dengan tepung roti dan digoreng.

Tak lama kemudian, maid yang berada di mension Sean mulai bermunculan satu persatu.

"Nyonya..." ucapnya saat melihat Ana memasak.

Ana pun menoleh kearah orang memanggilnya." Kalian sudah bangun?" ujar Ana sambil tersenyum.

"Nyonya, apa yang anda lakukan? Nanti tuan bisa marah." Ucapnya cemas.

"Lagi memasak buat tuan." Jawab Ana santai.

"Maafkan kami, nyonya. Kami telat bangun." Ucap salah satu maid yang merasa tidak enak.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Kalian lanjutkan saja pekerjaannya." Ucap Ana lembut.

"Nyonya, biar kami yang menggantikannya." Pinta kepala pelayan pada Ana.

"Tidak perlu, kalian bantu masak yang lainnya saja,

oke." Jawab Ana.

Mereka pun membagi tugas dan memulai pekerjaan

masing-masing.

Ana merasa beruntung bisa masuk ke dalam keluarga Sean, kehidupannya berubah drastic setelah menikah dengan Sean. Tapi, Ana masih melakukan pekerjaan yang biasa ia lakukan saat di rumah bibinya dulu.

Awalnya Sean melarangnya, tapi dengan segala bujukan akhirnya ia memperbolehkan Ana melakukan apa yang ia lakukan.

Cukup lama Ana berkutat di dapur, Ana pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar untuk melihat apakah Sean sudah terbangun atau belum. la juga harus menyiapkan pakaian yang akan Sean gunakan untuk ke kantor.

Sesampainya di kamar, Ana melihat Sean yang masih tertidur pulas. Ana memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum membangunkan Sean.

30 menit Ana dengan ritualnya, ia pun bergegas ke ruang ganti. Setelah itu, Ana mencoba membangunkan Sean.

"Tuan, bangun. Sudah pagi," Ana mengguncang pelan tubuh Sean tapi tidak kunjung bangun.

"Tuan..." Ana mencoba sekali lagi. Sean yang merasa tubuhnya di guncang itu pun mengerjapkan matanya.

"Ada apa?" Tanya Sean dengan suara seraknya.

"Sudah pagi, apa tidak pergi ke kantor?" Sean pun bangkit dari tidurnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

Ana pun bergegas ke ruang ganti dan memilihkan setelan yang pas buat Sean hari ini.

Ana meletakkan pakaian Sean di atas kasur king size itu. Tak lama kemudian, Sean pun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di bawah perutnya.

Sean melangkahkan kakinya mengambil setelan yang di pilihkan oleh Ana. Ana memilihkan setelan jas bewarna biru dongker yang pas di pakai oleh Sean.

Gaya Sean terlihat cool dan elegan, tidak salah Ana memilihkannya.

"Ana," panggilnya.

"Iya." Ana keluar dari ruang ganti setelah mendengar suara Sean memanggilnya.

"Apa yang kau lakukan disana?"

"Emm... tadi, aku merapikan sedikit di ruang ganti." Jawab Ana.

"Sini, pakaikan dasiku." Perintah Sean. Dengan sedikit malu, Ana melangkahkan kakinya mendekat kearah Sean.

Ana memulai memasangkan dasi pada leher Sean.

Sean memerhatikan wajah Ana lekat-lekat.

"Kau harus terbiasa melakukannya, jangan malu-malu dengan suamimu sendiri." Ucap Sean yang melihat wajah Ana sedikit menunduk.

"I-iya, tuan." Ucap Ana.

"Jangan memanggilku tuan." Tukas Sean.

"Lalu... aku harus memanggil apa?" Ana masih bingung panggilan apa yang ia gunakan untuk Sean. Tidak selamanya juga kan ia memanggil dengan sebutan tuan, bagaimanapun, Sean adalah suaminya.

"Lebih baik kau memanggilku hanya dengan sebutan nama, dari pada kau memanggilku tuan." Kata Sean.

"Baiklah." Jawab Ana.

"Sudah selesai," ucap Ana tersenyum.

Ana sedikit berjalan mundur, tapi, Sean segera menyekal tangan Ana dan membawanya ke dalam dekapannya. Sean meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping milik Ana.

"Sean... apa yang kau lakukan?" Jantung Ana merasa berdegup kencang. Ia merasa gugup saat ini, karena tidak ada sekat antara dirinya dan Sean.

"Apa aku salah memeluk istriku sendiri, hmm?" Ucap Sean memandang wajah Ana yang terlihat sangat gugup.

"Tapi... aku malu."

Cup...

Sean mengecup singkat bibir Ana. Ana hanya diam dan membelalakkan matanya karena Sean mengecupnya secara tiba-tiba.

"Kau harus terbiasa akan hal ini, kau mungkin memang belum ada rasa padaku. Tapi, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku." Terang Sean lalu melenggang keluar kamar menuju dapur untuk sarapan sebelum ke kantor.

Ana masih diam mematung dengan apa yang di lakukan oleh Sean dan mengingat apa yang katakan oleh Sean padanya.

.

.

.

"Heh, Ana. Sebenarnya apa sih keistimewaanmu, cantik juga tidak. Tapi kenapa kau selalu bersama tuan Sean? Apa kau memberikan tubuhmu padanya?" Sarkas salah satu karyawan yang iri dengan Ana.

"Jaga mulutmu itu. Aku memang tidak cantik seperti kalian, tapi aku tidak menggunakan trik murahan seperti kalian untuk menggoda laki-laki kaya di luar sana." Sentak Ana geram karena ucapan salah satu karyawan tadi.

"Apa maksudmu, hah?" bentak salah satu dari mereka tidak terima.

"Kalian ini kenapa sewot sekali sih. Mau sama siapa tuan Sean pergi itu urusannya, bukan urusan kalian." Ucap Rika tak kalah sewot.

"Diam kau, aku tidak ada urusan denganmu." Sengal salah satu di antara mereka.

"Jelas saja ini juga menjadi urusanku, kalian sudah menganggu waktu makan siangku." Ketus Rika pada mereka.

Merekapun berlalu begitu saja, dari pada menanggung malu karena semua yang ada di kantin sana memperhatikan mereka.

"Dasar, ganggu saja. Tidak bisa apa orang makan dengan tenang." Gerutu Rika kesal.

"Ana, jawab aku. Sebenarnya ada apa sih antara dirimu dengan tuan Sean?"

"Aku... emmm." Ana bingung harus menjawab apa pertanyaan Rika.

"Apa? Jangan am em gitu. Mana tau aku." Sengal Rika pada Ana.

"Itu.."

"Maaf, nyonya. Tuan memanggil anda." Ucap salah satu anak buah Sean yang bertugas mengawasi Ana.

"Nyonya?" Rika mengernyitkan sebelah alisnya.

"Kalian siapa?" Tanya Ana bingung tiba-tiba ada orang yang menghampirinya.

"Kami di tugaskan tuan untuk mengawasi anda dari jauh." Jawabnya. Ana pun seketika faham siapa yang mereka maksud.

"Tapi..."

"Mari, nyonya. Jangan sampai tuan marah nanti, kita yang akan terkan imbasnya." Tutur dari mereka. Ana. bingung harus bagaimana. Ia tidak mungkin meninggalkan Rika sendirian, tapi dia juga tidak ingin jika Sean marah. Apa lagi mereka yang akan terkena imbasnya.

"Tuan siapa yang kalian maksud?" Rika semakin

bingung. Tiba-tiba saja beberapa orang berpakaian hitam datang menghampiri mereka dan menyuruh Ana untuk segera menemui tuan mereka.

"Rika, aku kembali dulu ya." Pamit Ana lalu beranjak bangkit dari duduknya. Rika hanya memandang kepergian Ana dengan tatapan bingungnya.

Tok...

Tok...

Salah satu anak buah Sean mengetuk pintu.

"Kami sudah membawa nyonya, tuan." Ujarnya di ambang pintu.

"Hmm... kalian boleh kembali." Ucap Sean dengan dinginnya. Mereka pun kembali ke tempat mereka masing-masing.

Ana melangkahkan kakinya masuk ke dalam. "Ada apa menyuruhku datang?" Tanya Ana pada Sean.

"Duduk, dan makan saja di sini." Perintah Sean.

Sean pun melangkahkan kakinya menuju sofa panjang di

ruangannya.

Ana pun hanya menurut dengan apa yang di perintahkan oleh Sean.

"Apa yang sudah mereka lakukan padamu?" Raut wajah Sean menjadi menyeramkan di mata Ana sekarang.

"Mereka siapa?"

"Jangan mencoba berkilah, Ana." Wajah Sean semakin menyeramkan.

"Apa kau kira aku tidak tau apa yang sudah mereka lakukan padamu setiap makan siang? Apa aku perlu mendatangkan mereka dan bersujud di hadapanmu?" Sean mulai meninggikan suaranya.

Ana pun menggelengkan kepela cepat." Jangan Sean, itu tdak perlu." Ucap Ana.

"Aku akan memecat mereka sekarang juga." Marah

Sean.

"Sean, tidak perlu. Jangan lakukan itu pada mereka. Mereka juga membutuhkan pekerjaan." Larang Ana. Ana tidak mau orang itu kehilangan pekerjaan hanyal karena dirinya.

"Mereka sudah bersikap kasar padamu," ujar Sean dengan wajah yang masih terlihat marah.

"Jangan pecat mereka, aku tidak apa. Selagi mereka tidak keterlaluan."

Sean menghela nafasnya kasar. "Baiklah, tapi ada syaratnya."

"Syarat?" Ana bertanya-tanya.

"Mulai besok kau bekerja satu ruangan denganku." Ujar Sean tegas.

"Tapi, Sean..."

"Aku tidak suka bantahan. Menurut, atau tidak bekerja sama sekali." Tekan Sean. Ana pun hanya bisa pasrah dan menurut, dari pada ia harus berdiam diri seorang di rumah.

1
gempi
g
Qilla
terlalu naif ana ini ,pengen tak getok pakek centong lama lama ni bocah
Dinar Almeera
terimakasih banyak author, ditengah gempuran cerita kalau nikah mendadak cowoknya kasar dingin, ini cerita terbaik yang dimana sekalipun menikah belum ada cinta tapi pasangan yang saling menghargai pernikahan tanpa perlu drama kasar cuek dingin dan surat perjanjian
bebe
done vote nya
bebe
biatkan sean marah sm keluargamu anara ngga usah lagi kau kasihani mreka yg tak tau diri
Rossa Simangusong
Maos disuruh seret. dibunuh kek
Sondry Kaday
Buruk
Debby
Luar biasa
Debby
Lumayan
Mimi Sanah
hahahaha kasian mereka tertekan batin 😁😁😁
Noni Diani
Lumayan
Noni Diani
Luar biasa
Mimi Sanah
hahahaha
Mimi Sanah
hahahaha langsung saya ketawa😀😀😀😀😀😀
epifania rendo
diva sabar ya
epifania rendo
keluarga tidak tau malu
epifania rendo
lita tidak tau malu
epifania rendo
diva harus sabr ya
epifania rendo
diva harus sabar ya
epifania rendo
sabar sean
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!