Rahwana Bataragunadi, menyamar menjadi Office Boy di kantornya sendiri untuk menguak berbagai penyimpangan yang terjadi.
Pemuda itu mengalami banyak hal, dari mulai kasus korupsi, sampai yang berhubungan dengan hal-hal gaib.
Dalam perjalanannya, ia ditemani entitas misterius yang bernama Sita. Wanita astral yang sulit dikendalikan oleh Rahwana itu selalu membantunya di saat butuh bantuan.
Masalahnya, Rahwana tahu Sita bukan manusia. Tapi semakin hari ia malah semakin jatuh cinta pada Sita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catatan 16 : Siapa Fransita Sebenarnya?
"Laporan dari Bank, gedung itu terbengkalai saat Kuntoro meninggal karena sakit jantung. Lalu Ahli waris meminjam sejumlah uang dari bank untuk modal usaha dan jaminannya adalah gedung setengah jadi dengan rumah Kuntoro masih ada di atas atapnya. Sayangnya usaha tidak berjalan lancar, dan akhirnya gedung itu disita Bank. Lalu dibeli oleh Garnet Property. Dibangun kembali menjadi Garnet Land. Dengan melanjutkan konstruksi awal,"
"Rumahnya Kuntoro?"
"Dihancurkan, barang-barang peninggalan diberikan ke ahli waris,"
"Sejak bekerja di sana, saya juga mengalami banyak hal," kata Pak Rey dengan dahi mengernyit. "Dari mulai hawa panas sampai rasanya emosi terus pikiran ini, lalu deal yang dilakukan di gedung itu jarang ada yang berhasil. Tapi deal yang sama, saya lakukan di tempat lain, malah berhasil. Seakan kami berada dalam sebuah labirin yang menyesatkan, selalu salah paham dan bersitegang saat meeting di gedung itu,"
Lalu semua hening, hanya ada suara sesapan dari cangkir teh yang dilakukan Bu Milady.
"Dengar, Bapak-Bapak," gumam Bu Milady. Semua pandangan langsung mengarah padanya penuh perhatian. "Sejak Iwan diculik, berbagai hal aneh memang kerap terjadi. Dan aku belajar banyak hal, dari mata seorang ibu,"
Wanita itu menghela napas menenangkan dirinya, lalu menatap satu per satu yang ada di sana.
"Garnet Mas Land didirikan dengan tujuan membangun perumahan yang asri, tenang, nyaman dan aman bagi setiap penghuninya. Dan hanya bisa dilakukan di luar Jakarta. Dengan kata lain, pemerataan penduduk. Dan hal lain lagi, kita harus berurusan dengan banyak hal jahat seperti mafia tanah, tanah adat, kecurangan dalam badan pertanahan, korupsi yang dilakukan notaris, dan banyak lagi. Dan yang paling terdepan dari semua itu adalah... Hal Ghoib," kata Bu Milady dengan suara tenang dan jelas.
"Kalian tidak hanya berurusan dengan kecurangan pencurian uang yang dilakukan marketing dan legal. Tidak... Kalian saat ini menghadapi Cracker (jenis Hacker yang meretas demi tujuan jahat) dan Pesugihan. Namanya Pesugihan Kandang Bubrah. Pelakunya harus selalu membangun rumah terus menerus setiap tahun dan ia pun harus ikut berpartisipasi dalam pembangunannya. Berdasarkan cerita Rahwana, sepertinya bukan hanya itu, banyak orang-orang yang ditanam di dinding gedung sebagai tumbal proyek,"
"Astaga," gumam Pak Trevor sambil mengusap wajahnya.
"Setahu saya jenis pesugihan itu mewajibkan rumah tinggal yang dibangun terus menerus. Namun Kuntoro malah membangun gedung. Mungkin Kuntoro ingin jalan mudah, karena kalau gedung perkantoran kan pasti akan ada banyak renovasi. Dan ia sengaja membangun rumah di atap dan ia tinggali karena konsepnya kan yang penting dia dan keluarganya tinggal di sana. Namun makhluk dimensi lain menganggap hal itu melanggar peraturan, sebuah kecurangan, karena itu kematian Kuntoro mungkin bukanlah kematian secara wajar,"
"Lalu datanglah Rey, yang teliti dan penuh perhitungan. Apalagi kamunlangsung masuk di area krusial tempat kecurangan terjadi. Selain Pak Yanto, kamu selidiki siapa lagi yang terlibat dalam proyek di Cibubur. Pesugihan lain sedang terjadi, dan sanderanya adalah para karyawan kantor. Selain Pak Yanto, mungkin berikutnya akan ada lagi. Kalau pun semua bisa teratasi, kalian harus siap-siap dengan kemungkinan buruk yang lain,"
"Apa itu Bu?" tanya Pak Rey.
"Keruntuhan gedung itu,"
"Mbak Milady, konstruksi gedungnya sangat kuat kok," kata Pak Arman.
"Mas Arman, kadang dalam hal mistis kita tidak bisa memakai logika. Gedung itu ditopang oleh banyak mayat. Mayat bisa membusuk, dan pasti ada banyak celah di sekitar mereka. Kalau pondasi ghaib sudah sirna, maka pondasi riil pun akan membusuk. Jadi saat 7 lantai bawah rapuh, bagian atasnya juga tak akan bertahan,"
"Mbak Milady, harga gedung itu sekitar 10 triliun," gerutu Pak Arman.
"Tapi nyawa manusia seharga infinity, tak bisa dihargai dengan uang karena tidak sebanding,"
"Mereka sudah mati," Pak Arman tampaknya tidak peduli, "Karena kesalahan sendiri, malah menyusahkan banyak orang. Tahu gitu kan pondasi awal diruntuhkan dulu baru kita bangun gedung baru seutuhnya," ia mengomel karena sebentar lagi akan menghadapi hal merugikan.
"Aku serahkan ke Iwan, sebagai pemilik gedungnya," kata Bu Milady sambil menatap anaknya.
"Jadi, kalau gedung itu runtuh... Itu berarti..."
Semua menunggu kalimat berikutnya,
"Aku bisa bebas dari tanggung jawab terhadap warisan Papa," Rahwana malah berbinar.
Semua menghela napas jengkel.
"Saya mengenal Pak Sebastian sudah 20 tahun, sejak usia saya awal 40an. Dan setahu saya, alih-alih membebaskan kamu, dia biasanya menuntut ganti rugi dengan pasal-pasal yang njelimet, walau pun yang ia hadapi adalah anaknya sendiri," kata Pak Arman.
"Contoh Nyata," Pak Trevor melonggarkan dasinya. "Tidak mudah menjadi anak ayah kalau tidak ikhlas se-ikhlas-ikhlasnya. Yang gilanya, ada loh yang mau diperistri orang macam begitu," ia menyindir Bu Milady.
"Sebastian tidak seburuk itu, kalau kalian tahu kelemahannya," kata Bu Milady.
"Apa kelemahannya?"
"Aku," Bu Milady terkekeh sambil mengangkat bahunya.
*
*
Setelah makan siang, dan suasana mulai cair, Rahwana memberanikan diri untuk bertanya ke ibunya.
"Mah," panggilnya.
"Ya?" Bu Milady memandang dengan lembut anak lelakinya itu.
"Kenal Fransita?"
Semua diam.
"Tunggu... Fransita itu yang waktu itu menyusuh saya ke sini bertemu Pak Trevor dan Pak Arman itu! Yang tadi pagi ada di ruangan juga! Dia siapa sih?!" Seru Pak Rey jengkel.
"Duduk Rey, tenang dulu," kata Pak Arman.
"Ah, iya maaf," gumam Pak Rey sambil kembali duduk.
"Mama tidak kenal, seperti apa wajahnya? Dia astral atau manusia?"
"Dia... Katanya jiwa yang tersesat. Apa dia mati suri dan rohnya terpisah dari tubuhnya? Katanya dia mulai mengikutiku sejak penculikan itu. Sebenarnya apa yang terjadi saat itu? Kok aku tak ingat ada dia disana ya?" tanya Rahwana bertubi-tubi.
"Ciri-cirinya?"
"Cantik, seperti Noni Belanda, putih dan matanya biru. Senyumnya manis rambut panjang,"
"Hm," terdengar gumaman Pak Arman.
"Ah iya, Mas Arman yang melakukan penyergapan. Sepertinya dia tahu mengenai hal itu," kata Bu Milady
"Fransita adalah wanita yang kini dirawat Bu Gandhes di villa itu. Dia sering dipanggil Tasmirah (permata yang berkilau) oleh Bu Gandhes," kata Arman. Tapi terlihat ekspresi wajah pria itu menjadi lebih keras, seperti mengingat sesuatu yang amat buruk.
Terlihat perubahan wajah Bu Milady.
"Oh... Dia toh," ekspresi Bu Milady juga berubah tegang. "Wanita malang, sampai sekarang hidupnya-"
"Mbak," tegur Pak Arman memperingatkan Bu Milady.
"Ada apa? Siapa dia?" Rahwana menatap kedua bergantian dengan bingung.
Lalu Bu Milady tersenyum lembut ke arah Rahwana, "Iwan, bersikap baiklah padanya. Dia wanita manis yang senantiasa mendoakan kebaikan kamu. Berkat dia lah kami mendapat informasi mengenai keberadaan kamu dulu,"
"Ah? Serius Mah?"
Bu Milady mengangguk, tapi dengan gerakan lemah seakan sangat sedih.
Sementara Pak Arman hanya bisa menunduk dengan lesu.
"Oke, kalau begitu," gumam Rahwana mengalah.
*
*
"Mas Arman, bagaimana ini?!" Gumam Bu Milady sambil mengelus kedua lengannya yang terasa dingin, juga merinding. "Kalau dia tahu Fransita itu... Astaga,"
Sejenak Bu Milady menangis terisak.
Pak Arman duduk di samping Bu Milady dan mengelus bahunya memberi kekuatan, "Iwan mungkin akan tahu secepatnya, walau pun saya berharap dia tidak tahu. Saya tidak menyangka ternyata ia dan Sita terikat,"
"Iwan sudah cukup mengalami hal-hal berbahaya yang menyedihkan, Mas. Terlalu banyak beban yang ditanggung anak itu,"
"Apa mau saya kirim endamping, Mbak? Setidaknya bisa menghibur walau pun tidak terlalu berguna ke pekerjaan,"
"Siapa Mas?"
"Hem... Ai?" Pak Arman meringis tak enak.
"Mau kirim Ai ke lubang lumpur juga? Memang Ayumi mengizinkan?!" Ayumi adalah nama dari istri Pak Arman. Orang Jepang, Mantan Yakuza, juga mantan musuh Sebastian dan mantan pacar Trevor. Segalanya mantan.
"Sepertinya Ayumi akan senang kalau Ai berkecimpung di bidang yang agak berbahaya, karena dia sampai jantungan waktu Ai ketahuan 'joget lemes' untuk konten tiktok,"
"Joget Lemes?!"
"Iyaaa yang melenggok-lenggok gitu," Pak Arman meringis jijik.
Bu Milady menaikkan alisnya.
"Kalau saya sih malah bersyukur Iwan dapat pendamping. Karena dia anak dengan kepribadian sensitif, pasti akan sangat terpukul kalau tahu mengenai keadaan Fransita yang sebenarnya,"