Season satu : Polisi Sang Penakluk Hati
Season dua : Antara Aku Kamu dan Dia
Season ke tiga : ISTRI UNTUK MANTAN SUAMIKU.
Berkisah tantang rumitnya perjalanan sebuah rasa yang di sebut cinta.
Angga jatuh cinta kepada Cia.
Cia yang justru jatuh cinta kepada Arfi
Dan Arfi yang masih menharapkan Sisi sang mantan Istri.
Kejutan kian menjadi, saat Cia tahu ia mencintai mantan suami sahabatnya sendiri.
***
Follow IG aku yak : @shanty_fadillah123
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanty fadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Histeris Dan Ketakutan
Airin tak bisa tertidur lelap malam ini, otaknya melayang jauh memikirkan keadaan Alvian.
"Apa yang terjadi, Al? Bagaimana keadaanmu kini?" batin Airin lirih.
"Tidurlah Rin! Hari sudah hampir pagi,"
"Mataku tak mau terpejam, kepalaku rasanya berat sekali,"
"Kau terlalu banyak berpikir, aku takut jika nanti kau akan jatuh sakit lagi," ujar Ria yang begitu mengkhawatirkan keadaan Airin.
**
Sementara di rumah sakit, Tania dan Rayhan pun tak bisa beristirhat, mereka berharap Alvian akan segera membuka matanya.
"Tidurlah, mah! Besok kau ada banyak pekerjaan, yang harus kau selesaikan," titah Reyhan kepada istrinya.
"Aku mau menunggu, Alvian membuka mata," jawabnya penuh harap.
Hampir 8 jam lamanya, Alvian tak sadarkan diri. Kini yang menjaganya bukan hanya Reyhan dan Tania, di luar ruangan sana, ada beberapa petugas kepolisian yang ikut menjaga Alvian.
Jam menunjukan pukul 7 pagi, kedua orang tua Alvian masih tertidur pulas, karena terlalu lelah, Reyhan dan Tania tak sadar jika matahari sudah menyapa, bahkan para polisi yang menjaga Alvian membiarkan mereka berdua masih tertidur.
"Aw," lirih Alvian yang perlahan membuka matanya.
Perlahan anak muda itu menggerakan tangan lalu memenggang kepalanya yang terasa begitu berat.
"Aah...," lirihnya lagi, merasakan sakit yang menyerang seluruh tubuhnya.
"Tante, om... bangun! Alvian sudah sadar,"
Toni membangunkan kedua orang tua Alvian dan segera berlalu untuk memanggil dokter.
"Al... kau sudah bangun?"
Tania dan Reyhan tersenyum bahagia saat melihat anaknya sudah membuka mata.
"Maah, apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?" tanya Alvian lirih seraya merintih menahan luka-lukanya yang teramat perih.
"Kau kecelakaan, tapi tidak masalah yang terpenting kau sudah membuka mata," ujar sang mama.
"Iya sayang, kau tenang ya, jangan panik!" tambah sang papa pula.
Seketika Alvian teringat, akan hal yang membuatnya kecelakaan.
"Ahh sial!" grutunya kesal. "Aaaww...," seketika sakit itu kian menggila menyerang bagian tubuhnya.
"Selamat pagi, mas Alvian. Kita prikasa dulu ya," sapa si dokter ramah seraya memeriksa detak jantung anak muda di hadapanya.
"Bagaimana dok?" Reyhan penasaran.
"Semua sudah normal, hanya luka-luka yang mungkin akan lambat sembuh saja, asal mas Alvian sabar, nanti semua akan kembali seperti sedia kala," jelas si dokter lagi.
Deeg!
Entah mengapa, penjelasan tersebut membuat dada Alvian terasa begitu sesak, ia segera memperhatian seluruh bagian tubuh namun semua masih terlihat utuh, hanya kedua kakinya saja yang sedang di perban cukup tebal.
"Kakiku?"
Alvian menggerakan kedua kakinya, namun ia tak berhasil melakukan, sebab semakin ia gerakan, semua bagian tubuhnya terasa semakin sakit, tapi kakinya tak bisa di gerakan juga.
"Mah, pah, kakiku kenapa?"
Alvian mulai resah, ia semakin merasa bahwa ada yang salah dengan kakinya. Sedangkan Tania dan Reyhan hanya memilih diam tanpa mau menjelaskan apapun.
"Mas... sabar! Kakinya mungkin sedang "Kram" saja, karena efek obat bius, semoga nanti segera pulih ya!" si dokter berusaha menenangkan Alvian.
Alvian terdiam sejenak, untuk saat ini ia mempercayai penjelasan sang dokter, namun tidak dengan kedua orang tuanya, mereka berusaha menyimpan duka, sebab sudah mengetahui apa yang terjadi dengan kedua kaki anaknya kini.
"Panggil aku 6 jam lagi!" titah si dokter pada kedua orang tua Alvian.
"Baik," jawab keduanya berusaha setenang mungkin.
Yang Alvian tau jika si dokter tadi menjelaskan bahwa kakinya akan kembali normal setelah efek obat bius itu habis, dan 6 jam lagi kakinya akan kembali normal. Tanpa Alvian tau jika dokter itu hanya menenangkanya saja.
"6 jam lagikan? Kau istirahat dulu ya! Mama juga harus ke persidangan, karena seperti yang kamu minta, mama harus menolong Airin."
"Iya," jawabnya dengan senyum penuh makna, Alvian berharap jika Airin akan mendapatkan keringanan hukuman.
"Ada papa bersamamu,"
"Iya, mah,"
***
Alvian memakan sarapan yang sudah rumah sakit siapkan, setelah itu ia minum obat dan segera mengistirhatkan tubuhnya. Sementara Tania sudah pergi pulang ke rumah, mengganti baju dan setelah itu bergegas ke persidangan.
"Rin, kau sudah siap?" Tania menatap sayu wajah anak gadis itu.
Airin mengangguk pelan, sebab kini yang ada dalam pikiranya, bukan lagi prihal kebebasan, tapi bagimana keadaan Alvian.
"Sepertinya, setelah sidang nanti saja, aku menanyakan kabar Alvian," lirih Hani dalam hati.
Kini semua orang sudah hadir dalam pesidangan, atas ajuan banding yang Tania dan Airin ajukan beberapa wsktu lalu. Dengan adu pendapat dan perbandingan yang cukup pelik, akhirnya kebenaran di raih pihak Airin.
"Bukan berarti tidak salah ya, Rin, masa tahanmu di potong, dari 1 tahun kini menjadi 3 bulan saja," jelas Andin.
"Iya tante, aku paham. Terima kasih atas bantuan anda," ucapan Airin begitu tulus.
Namun lagi-lagi, meski ia bahagia karena masa tahananya di kurangi, itu tak membuatnya bernafas lebih lega, karena Airin kini masih memikirkan keadaan Alvian.
"Bagaimana tante, apa Alvian sudah sadar?"
Pertanyaan datar namun dengan penuh harapan setulus hatinya, binar bola mata Airin menunjukan bahwa gadis itu benar-benar khawatir akan kondisi Alvian.
Tania tersenyum simpul, ia tau jika gadis di hadapanya kini benar-benar menghawatirkan anaknya.
"Kau tenang saja, Rin! Alvian baik-baik saja, tadi pagi dia sudah sadarkan diri,"
Jelas Tania yang tak mau menceritakan keadaan Alvian yang sesungguhnya, karena ia tak mau, jika keadaan Alvian yang memang tak baik-baik saja, akan menambah beban pikiran Airin.
"Semoga dia selalu baik-baik saja," harap si cantik lagi.
"Iya... kau baik-baik juga di sini, jangan banyak pikiran! Yang penting jaga kesehatanmu dulu, setelah keluar dari sini, kau akan memulai hidup yang baru. Kau akan lebih kuat dan tangguh, apapun yang terjadi padamu saat ini, hanya proses agar kau lebih dewasa dan bijaksana," nasihat Tania untuk Airin.
Gadis itu mengangguk pelan, ia bahagia di pertemukan dengan orang-orang sebaik seperti keluarga Alvian.
"Tante pulang ya, nanti kapan-kapan tante ajak Alvian untuk menjengukmu di sini,"
Airin tersenyum seraya menatap langkah Tania yang semakin menjauhi keberadaanya
***
"Aaaaaaaa......... !!" pekik Alvian sekuat tenaga, sebab setelah 6 jam, kakinya tetap tak mau bergerak juga.
"Al... sabar!" si papa menguatkan anaknya.
"Ada apa dengan kakiku, pah?"
Tangis histeris Alvian pecah, hal yang tak pernah ia lakukan selama ini, karena ia malu dengan statusnya sebagai polisi, tapi hari ini tangisnya pun pecah, anak muda itu mengutuki kakinya yang tak bisa di gerakan sama sekali.
"Suntik penenang!" titah si dokter pada perawatnya.
Dan dalam waktu 10 menit Alvian sudah tertidur lagi, Reyhan menarik nafas panjang lalu memeluk erat tubuh anak satu-satunya itu.
"Ya Tuhan... kenapa kau uji anakku sepedih ini? Kau ambil semua nikmat yang dia punya, apa salah anakku, Tuhaan?" lirih si papa yang menjerit dalam hatinya, seraya mendekap tubuh Alvian yang mulai melemah.
Di balik pintu, sebenarnya sejak tadi ada Amira yang melihat langsung betapa histerisnya Alvian, saat kedua kakinya tak bisa di gerakan.
"Alvian lumpuh... tidak mungkin," gumamnya dalam hati seraya berjalan mundur dan menjauh pergi. Entah apa yang ada dalam benak Amira saat ini
Braaak!
Tubuh Amira tak sengaja bertabrakan dengan Tania.
"Ra, kau di sini?" Tania coba menyapa.
Namun Amira tak merespon sapaan Tania tersebut, ia justru segera pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Tidak sopan...," grutu Tania kesal.
Sementara Amira sudah enyah dari pandanganya.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu