Pernikahan Simbiosis

Wow … calon menantu 'mu cantik, apakah kamu model?"

Dengan gaya sedikit kemayu, Stevano pemilik butik di mana Jojo akan membuat gaun pengantin terlihat terpesona dengan bentuk tubuh gadis itu. 

"Lihat! semua proporsional, aku yakin baju model apa saja akan cocok dengan 'mu." Puji Steve sambil memutar-mutar tubuh Jojo. 

Gadis itu terlihat mengikuti saja apa yang Steve lakukan, Lidia hanya tertawa sambil mengamati calon istri anak tirinya itu. 

"Betul yang Steve bilang, apa kamu memang seorang model Jo?" Lidia yang baru saja menyadari akan hal itu terlihat antusias. 

"Model apa tante? Aku saja tipe orang yang pemalu," ucap Jojo lalu mengatupkan kedua bibirnya. Yang ada malu-maluin.

Setelah melihat beberapa gaun, Jojo dan Steve duduk bersebelahan, perancang busana itu pun menyanggupi menjadikan kebaya pernikahannya selesai dalam waktu kurang dari sepuluh hari. 

"Steve apa kamu bisa memasang resleting tersembunyi di rok kebaya akad 'ku?"

"Maksud 'mu?"

"Supaya aku bisa menaikkannya saat berjalan, Ya … agar lebih leluasa." Jojo menunjuk gambar rancangan Steve, "Beri di sebelah kanan dan kiri."

"Seperti ini?"

Steve menunjukkan gambar yang sudah dia perbaiki, tapi seketika Jojo meraih buku sketsa miliknya, gadis itu menghapus sedikit lalu memperbaiki tampilan gambar Steve. 

"Wow … kamu pandai menggambar, atau jangan-jangan-"

"Aku mahasiswi jurusan design grafis, aku juga pernah mengambil kursus fashion design."

"Oh … benarkah? hebat sekali, lalu sekarang kamu bekerja di mana?" Steve terlihat begitu penasaran. 

"Aku Pengacara Steve, pengangguran banyak acara, he - he - he - he."

Jojo tertawa bodoh, membuat Steve yang sudah membayangkan dan mengagumi sosoknya sedikit salah tingkah. Pria yang sedikit melambai itu sampai menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

Selepas dari butik Steve, Lidia mengajak Jojo ke sebuah toko perhiasan. Baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam tempat itu, tapi Jojo sudah bisa merasakan aura yang berbeda, bau kekayaan dan status sosial sangat menyengat di tempat itu, bahkan para pria dan wanita yang sedang membeli perhiasan semua terlihat sempurna. Jojo tidak melihat keburikan di sana. Meskipun Ia terlahir kaya, tapi sejak kecil orangtua bahkan abangnya selalu mengajarkan kesederhanaan. 

Jojo masih mematung, sampai sebuah suara yang pernah ia dengar memanggil namanya. Ya, toko perhiasan yang sekaligus kantor itu milik Rea. Wanita itu menyapanya dengan ramah. Ia langsung mengajak Jojo dan Lidia duduk. 

"Cincin pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?"

"Yang paling sederhana yang dijual di tempat ini, dan kalau bisa yang didesign sendiri oleh kakak," jawab Jojo. 

***

Menghela napas, sore itu sepulang kerja Axel datang ke butik milik Steve secara terpaksa. Ia sebenarnya malas, sampai Lidia menelpon dua kali dan mengomelinya. 

"Kamu sendiri yang bilang ingin menikah tiga minggu lagi, kamu pikir tiga minggu itu lama. Datanglah ke butik Steve, hanya butuh waktu sebentar untuk mengambil ukuran."

Menatap pantulan dirinya di depan cermin, Axel menggulung lengan kemejanya sampai ke siku, membiarkan dua pegawai Steve mengambil ukuran untuk jas dan baju akad yang akan Ia kenakan.

Masih disibukkan dengan ukuran, Steve muncul untuk menyapa. Pria gemulai itu bahkan memegang pinggang Axel dengan sengaja, sontak Axel sampai terjingkat karena merasa geli. 

"Steve!" hardiknya. 

"Ciye ... yang mau kewong," Steve tertawa lalu mengambil alih meteran badan dari tangan asistennya. "Calon istri 'mu cantik, aku bisa menebak kepribadiannya dari design baju yang dia pilih."

Penasaran, Axel menatap Steve. "Memang seperti apa model baju yang dia pilih?"

Steve meminta asistennya mengambil sebuah gaun yang dipilih Jojo tadi untuk ditunjukkan ke Axel. Sebuah gaun dengan bagian depan lebih pendek dari bagian belakangnya berwarna silver. 

"Hem ... Seleranya lumayan juga," komen Axel. 

"Dia juga menggambar sendiri rok kebaya akadnya,  Jojo memintaku memberikan resleting dibagian kiri dan kanan. Baru kali ini ada pengantin yang meminta seperti itu ke aku, apa dia ingin berlarian di hari pernikahannya?" Steve tertawa renyah. Sementara Axel, wajahnya sudah berubah khawatir. 

"Jangan buat roknya seperti itu!" 

Steve pun mengernyit heran, "Kenapa?"

Axel pun hanya terdiam. Gadis itu tidak berpikir akan kabur di saat hari pernikahan kan? Awas! kalau kamu sampai berani kabur Jo, aku akan mengejar 'mu meski sampai ke depan pintu neraka.

"Ax!" 

"Hah ... Iya!"

"Kenapa roknya tidak boleh seperti itu?" tanya Steve lagi. 

"Menurut 'ku kurang bagus, aku yang membayar semuanya, jadi ikuti saja apa yang aku katakan!"

Kali ini aku akan mematahkan kutukan ballroom Sky Hotel, Lihat saja! Tidak akan aku biarkan kamu kabur.

_

_

_

_

_

_

_

_

_

...Like ...

...Komen ...

...Vote...

...Bagi kembangggggggg dan kopiiiiiiii...

...Follow Instagram Na di @nasyamahila ...

...Makacih...