Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.
*****
Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.
Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.
***
Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.
Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.
Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.
Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.
Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.
Seperti apa jalinan takdir mereka?
***
Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Hawa Dingin
Hutan tempat terbaringnya bangkai pesawat sisa kecelakaan hampir setahun yang lalu terletak di dekat perbatasan negara Lesotho.
Lesotho sendiri adalah sebuah negara yang berada di tengah-tengah Afrika Selatan.
Bisa dibilang, orang mudah sekali untuk menyeberang ke negara Lesotho dengan melalui hutan bagian dalam.
Kota kecil bagian dari Afrika Selatan yang terdekat dengan hutan itu adalah Kokwane. Dari sanalah pemandu-pemandu mereka berasal.
Seluruh bagian Afrika ternyata tidak melulu akrab dengan cuaca panas dan kering.
Terbukti bahwa Lesotho dan sekitarnya memiliki iklim adem sepanjang tahun.
Pada musim panas suhu di sana bisa dibawah 25 derajat celcius. Cukup sejuk untuk orang-orang yang biasa hidup di negara tropis seperti Indonesia.
Terlebih bagi mereka yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dengan tinggal di Ibukota.
Saat itu bulan Juli, bisa dibilang mereka sedang berada di puncak musim dingin.
Saat di Cape Town kemarin, Saddam melihat ponselnya menunjukkan angka 8 derajat celcius.
Hidungnya sampai memerah. Dia harus menaikkan hoodie dan menutup rapat telinganya untuk menghalau angin.
Saddam baru bisa melaksanakan rencananya di pertengahan tahun yang notabene Afrika Selatan sedang memiliki cuaca dingin karena beberapa pekerjaan di perusahaannya baru bisa dialihkan.
Sedangkan untuk menunggu cuaca yang lebih baik lagi dirinya tak yakin bakal bisa memiliki waktu luang cukup banyak di bulan-bulan ke depan.
Rizky dan Rully terlihat sedang duduk di satu meja menikmati sarapan mereka.
Rizky hanya melirik ke arah Saddam sekilas dan kemudian melanjutkan mengoles mentega ke rotinya dengan acuh tak acuh.
Saddam mengambil meja yang berbeda dengan Rully dan Rizky.
Entah kenapa Saddam selalu merasa tak nyaman dengan kehadiran Rizky.
Tak lama kemudian Eko dan Vero tiba di restoran. Eko dengan keyakinan tinggi langsung berjalan menuju meja Saddam dan duduk di sebelah bosnya.
Vero yang tadinya tiba di sana bersama Eko terlihat galau hendak duduk di mana.
Eko yang membawa tas ransel ukuran sedang miliknya terlihat melambaikan tangan.
Rully memberi isyarat dengan pandangannya yang mengarah ke kursi kosong di antara pria itu dan Rizky.
Merasa tak akan bisa makan dengan leluasa jika dirinya duduk di hadapan Saddam, Vero melangkahkah kakinya ke arah meja yang ditempati Rully.
"Telat bangun?" Tanya Rully pada Vero
"Engga, kelamaan mandi aja" Vero meringis sambil menggeser secangkir teh yang terlihat belum memiliki tuan ke arahnya.
"Emang kalo kamu mandi ngapain aja?" Rizky menyenggol kaki Vero dengan ujung sepatunya.
"Ya mandi lah, tapi tadi lebih lama. Gitu aja dibahas" Vero bangkit dari kursi dan pergi menuju egg station yang terletak di sudut restoran. Vero akan memesan omelette double seperti biasa.
Entah kenapa, bagi Vero meski di rumah dirinya bisa memasak dan memakan omelette buatannya sendiri sepuasnya, tapi baginya omelette hotel tetap paling enak.
Mungkin bisa jadi karena hidangan omelette yang saat ini sedang ditunggunya itu, dia hanya tinggal memasukkannya ke mulut tanpa harus repot memasaknya sendiri.
Tak sampai 10 menit Vero telah kembali duduk di kursinya.
"Entar kalo di hutan kita bermalam dengan tenda, kamu tidur bareng aku ya..." Rizky berbicara sambil mendekatkan kepalanya ke arah Vero hingga nyaris bersandar di bahu wanita itu.
"Ngaco" Vero mendengus dan Rully terkekeh.
"Apanya yang ngaco? Ya wajar kan? Kamu sendirian loh cewe di sini. Masak aku ga boleh tidur di tenda yang sama dengan pacarku." Rizky masih setengah bersandar pada bahu Vero.
"Apaan sih Riz..." Vero mengedikkan bahunya.
Jarak meja yang ditempati Saddam dan asistennya hanya dua langkah darinya.
Entah kenapa Vero merasa takut jika pembicaraan itu didengar oleh Saddam yang sejak awal terlihat anti sekali dengan Rizky.
Meski tingkah Rizky memang menyebalkan, tapi dia mengenal pria itu lebih lama ketimbang Saddam yang baru dikenalnya beberapa hari terakhir.
Rizky yang melihat sikap penolakan Vero bukannya malah menjauh, pria itu seperti semakin bersemangat menggodanya.
"Bukan Veronica namanya kalo ga jual mahal. Ya kan Rul?" Rizky setengah menghirup aroma sampo yang keluar dari rambut Vero.
Rully terlihat menarik nafas dan masih akan bersuara menyela Rizky, tiba-tiba --
"Yang udah selesai langsung ke lobby hotel!!" Ketus Saddam saat berdiri sambil menenteng ranselnya.
Semua orang yang berada di satu meja dengan Vero seketika terdiam.
Rizky menegakkan tubuh dan menghentikan aktifitas favoritnya; menggoda Vero.
...--oOo--...
Saddam setengah berharap Vero yang sedang berjalan bersama Eko memasuki restoran hotel ikut duduk sarapan di dekatnya.
Eko yang melihatnya sudah duduk rapi di sebuah meja yang tak jauh dari Rully dan Rizky yang sedang bersantap langsung buru-buru menarik sebuah kursi dan duduk di sebelahnya.
Saddam tak bisa menyalahkan kelakuan Eko yang dinilainya sangat tidak peka karena dulunya dia tidak mencantumkan kepekaan sebagai suatu syarat dalam kualifikasi pemilihan asisten sekaligus supirnya.
Saddam makan dengan kepala tegak tanpa menoleh ke arah Vero yang sepertinya masih sedikit bingung akan duduk di mana.
Eko di sebelahnya melambai-lambaikan tangan memberi isyarat kepada wanita itu untuk duduk di dekat mereka.
Lagi-lagi Saddam hanya menghela nafas panjang.
"Harusnya lu bawa dia ke kursi ini bukannya malah ninggalin dia berdiri di situ sendirian dan lu sekarang cuma dadah-dadah aja Ekoooo..."
Saddam mengomeli Eko di dalam kepalanya.
Seperti dugaannya, Vero terlihat menuju meja tempat Rully dan Rizky berada.
Jarak meja itu hanya dua langkah dari kursinya.
Saddam bahkan tak perlu menajamkan telinganya untuk bisa mendengar percakapan di meja sebelah.
Saddam mendengar Rully bertanya pada Vero alasannya terlambat turun.
Wanita itu mengatakan bahwa dia terlalu lama menghabiskan waktu untuk mandi.
Tiba-tiba suara yang tidak disukainya menyela di telinga. Rizky bertanya soal aktifitas mandi Vero.
Pertanyaan yang cukup menjijikkan.
Entahlah. Saddam benar-benar jengkel dengan kehadiran pria itu.
Apa mungkin yang dikatakan orang-orang selama ini benar? Ketika kita sudah tidak menyukai seseorang, cara bernafas orang tersebut pun terasa mengganggu bagi kita.
Yang jelas Saddam selalu senewen tiap Rizky mengeluarkan suara.
Dari ekor matanya Saddam melihat Vero bangkit menuju egg station di pojok restoran.
Mungkin belum lagi wanita itu menyuapkan sendok pertama omelettenya ke dalam mulut.
Saddam kembali mendengar perkataan Rizky yang ingin tidur dalam satu tenda bersama Vero di hutan nanti.
Saddam merasakan sesuatu yang aneh menjalari hatinya.
Saat telinganya mulai terasa panas, sudut mata Saddam menangkap gerakan Rizky yang seperti hendak bermanja-manja di pundak Vero.
Refleks Saddam bangkit dari duduknya dan berkata dengan ketus,
"Yang udah selesai langsung ke lobby hotel!!"
Eko yang masih menyantap rotinya berjengit karena terkejut mendengar perkataannya.
Sebenarnya dia sendiri juga terkejut dengan reaksi kekanakan yang dibuatnya barusan.
Sekarang dia sangat yakin kalau sisa perjalanan ini pasti bakal jadi banyak drama serupa.
Dan dalam drama itu dia harus meyakinkan diri bahwa dia akan menjadi sang main lead actor yang pesonanya tak bisa dikalahkan si second lead.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...