Winter Alzona, CEO termuda dan tercantik Asia Tenggara, berdiri di puncak kejayaannya.
Namun di balik glamor itu, dia menyimpan satu tujuan: menghancurkan pria yang dulu membuatnya hampir kehilangan segalanya—Darren Reigar, pengusaha muda ambisius yang dulu menginjak harga dirinya.
Saat perusahaan Darren terancam bangkrut akibat skandal internal, Winter menawarkan “bantuan”…
Dengan satu syarat: Darren harus menikah dengannya.
Pernikahan dingin itu seharusnya hanya alat balas dendam Winter. Dia ingin menunjukkan bahwa dialah yang sekarang memegang kuasa—bahwa Darren pernah meremehkan orang yang salah.
Tapi ada satu hal yang tidak dia prediksi:
Darren tidak lagi sama.
Pria itu misterius, lebih gelap, lebih menggoda… dan tampak menyimpan rahasia yang membuat Winter justru terjebak dalam permainan berbeda—permainan ketertarikan, obsesi, dan keintiman yang makin hari makin membakar batas mereka.
Apakah ini perang balas dendam…
Atau cinta yang dipaksakan takdir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 — “Gala di Bawah Kilau Lampu Kaca”
Gala Tahunan Elite Asia diadakan di ballroom utama Hotel Grand Hyatt, sebuah ruangan megah yang langit-langitnya dihiasi ratusan lampu kristal, memantulkan cahaya gemerlap ke setiap sudut. Ini adalah tempat di mana kekayaan, kekuasaan, dan intrik berpadu dalam keanggunan yang disengaja.
Winter Alzona membenci tempat seperti ini. Ia lebih suka memimpin negosiasi di meja rapat daripada tersenyum palsu di tengah keramaian.
Namun, malam ini, ia adalah protagonis utama dalam sandiwara yang disutradarai oleh suaminya.
Winter berdiri di ambang pintu penthouse, mengenakan gaun yang dipilih Darren—sutra merah marun, dengan potongan yang memeluk setiap lekuk tubuhnya, belahan paha tinggi yang berani, dan punggung yang hampir sepenuhnya terbuka, hanya diikat oleh tali tipis. Gaun itu menuntut kepercayaan diri yang dingin, yang membuat Winter merasa rentan namun mengerikan.
Ia bukan lagi CEO Winter Alzona; ia adalah Ny. Reigar-Alzona.
Darren menunggunya di lorong. Ia mengenakan tuxedo hitam dengan detail beludru yang halus, dasi kupu-kupu yang diikat sempurna. Ia tampak seperti bangsawan gelap—elegan, berkuasa, dan sangat berbahaya.
Darren menoleh saat mendengar langkah sepatu hak tinggi Winter. Untuk pertama kalinya, Winter melihat ekspresi Darren benar-benar terkejut. Ada jeda panjang, di mana mata Darren menyapu Winter dari ujung kepala hingga ujung kaki, tatapannya posesif dan tidak tersaring.
Winter merasakan kepuasan kecil karena berhasil membuatnya terdiam.
“Gaun yang bagus, Winter,” kata Darren, suaranya sedikit serak, matanya berkilauan.
“Jangan mengira kau yang memilih gaun ini memberimu hak untuk melihatnya terlalu lama,” balas Winter dingin.
Darren tersenyum tipis. Ia melangkah mendekat, dan Winter merasakan aroma cologne mahal yang memabukkan. Darren mengangkat tangannya, dan kali ini, Winter tidak bisa menahan diri untuk tidak menahan napas.
Darren tidak menyentuh Winter. Ia hanya menyentuh rambut Winter, menyisipkan sehelai rambut di belakang telinganya.
“Rambutmu harus disanggul. Gaun ini didesain untuk mempertontonkan lehermu,” bisik Darren. “Dan kau harus berhenti memasang wajah CEO-mu. Malam ini, kau harus terlihat seperti wanita yang baru menikah dan bahagia. Sedikit mabuk cinta.”
Winter mendengus. “Aku lebih suka memimpin tim investigasi daripada terlihat mabuk cinta denganmu.”
“Aku tahu,” balas Darren. Ia mencondongkan tubuh sedikit, memposisikan dirinya begitu dekat hingga Winter harus mendongak untuk menatapnya. “Tapi bayangkan ini, Winter: akting ini adalah bagian dari balas dendammu. Jika kita berhasil, reputasi Wray akan hancur total, dan Alzona akan aman. Bayangkan saja aku adalah aset yang kau gunakan untuk mencapai tujuanmu.”
Kata-kata itu berhasil. Itu adalah bahasa yang Winter pahami: tujuan dan utilitas.
“Baiklah,” kata Winter tajam. “Tapi kau harus mematuhi aturanku setelah ini.”
“Kesepakatan,” kata Darren.
Mereka menuruni lift pribadi ke lantai dasar. Sepanjang perjalanan, Darren tidak berbicara, hanya berdiri di sisi Winter, tetapi aura yang ia pancarkan adalah janji.
Saat mereka tiba di ballroom, kerumunan menjadi sunyi. Winter Alzona adalah daya tarik, tetapi yang lebih menarik adalah Darren Reigar, pria yang dikabarkan berada di ambang kehancuran finansial, kini muncul di sampingnya, dengan penampilan yang setara dengan Winter.
Darren mengambil inisiatif. Ia meraih tangan Winter, meletakkannya di lengan tuxedo-nya. Ia berjalan perlahan, membiarkan setiap kamera mengabadikan momen mereka.
Saat mereka menuruni tangga utama ballroom yang berkilauan, Darren melakukan apa yang dijanjikannya.
Ia melepaskan tangan Winter dari lengannya, dan dengan gerakan yang disengaja, ia meletakkan telapak tangannya di punggung bawah Winter, tepat di atas belahan gaun itu. Ini adalah sentuhan yang tak terlihat oleh kerumunan, tetapi terasa intim dan posesif bagi Winter.
Sentuhan itu seperti sengatan listrik. Winter merasakan panas tubuh Darren menembus sutra tipis gaunnya. Winter menegang, tetapi ia tidak bisa menarik diri. Ia ingat instruksinya: akting.
“Kau terlalu kaku, istriku,” bisik Darren di telinganya, suaranya rendah dan menggoda.
“Aku benci ini,” balas Winter.
“Aku tahu,” Darren tertawa pelan, tawa yang hanya didengar Winter. Ia menyondongkan tubuhnya lebih dekat, membuat Winter terlihat seperti sedang berbisik manja. “Tapi kau harus menikmati peran ini. Kau memiliki semua mata di sini. Kau memiliki aku.”
Tangan Darren yang kini bergerak sedikit, naik turun dengan gerakan yang hampir tidak terasa di punggung bawah Winter. Itu adalah slow burn yang ia rasakan di setiap pori-pori kulitnya. Ini adalah siksaan yang disamarkan sebagai sentuhan kasih sayang publik.
Mereka menyapa beberapa eksekutif dan investor. Darren berbicara dengan lancar, menyebut Winter ‘istriku’ di setiap kesempatan, dan Winter dipaksa untuk tersenyum, senyum yang terasa seperti kebohongan manis.
Kemudian, mereka bertemu dengan sekelompok wanita sosialita yang menatap mereka dengan iri hati.
“Nyonya Reigar-Alzona, gaun yang luar biasa,” kata seorang wanita. “Dan Tuan Reigar terlihat sangat protektif malam ini.”
Darren tersenyum menawan. Ia menarik Winter lebih dekat, lengan Winter kini terperangkap erat di lengannya.
“Aku harus protektif,” kata Darren. Ia menatap Winter, tatapan intens yang membuat Winter merasa kakinya goyah. “Aku sudah kehilangan dia sekali. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi. Dia adalah satu-satunya kelemahan dan kekuatanku.”
Winter terkejut dengan pengakuan yang terlalu jujur itu. Apakah itu bagian dari sandiwara, atau apakah Darren benar-benar mengatakannya?
Tepat ketika Winter mencoba menganalisis ucapan itu, sebuah suara datang dari belakang mereka.
“Darren selalu dramatis. Itu salah satu pesonanya yang menjijikkan.”
Ethan Wray.
Ethan muncul di tengah keramaian, mengenakan setelan putih bersih, kontras tajam dengan warna gelap Darren. Dia terlihat ramah, tetapi matanya dingin.
“Winter. Kau terlihat… berapi-api malam ini,” kata Ethan, matanya tertuju pada gaun merah marun Winter. “Aku tidak tahu Darren mengizinkanmu memakai sesuatu yang begitu… menarik perhatian.”
Darren menegakkan tubuh. Ia melepaskan pegangan di lengan Winter, dan kini, ia berdiri sedikit di depan Winter, seperti tembok pelindung.
“Winter tidak butuh izin siapa pun, Wray,” balas Darren, suaranya tenang. “Dia mengenakan gaun itu untukku. Dan itu adalah hak istimewaku untuk melihatnya.”
Ethan tersenyum, menantang. Ia melangkah ke samping Darren dan mengulurkan tangannya ke Winter.
“Aku dengar kau sedang mencari peluang baru, Winter. Perusahaanku selalu memiliki tempat untukmu, terutama jika kau membutuhkan perlindungan dari… masa lalumu,” sindir Ethan, mengacu pada skandal Reigar.
Winter akan mengambil tangan Ethan untuk menunjukkan kesopanannya. Tapi Darren bergerak lebih cepat.
Darren meraih tangan Winter, mencium punggung tangan Winter dengan anggun, lalu meletakkan tangan itu erat-erat di lengannya.
“Terima kasih atas tawarannya, Wray. Tapi Winter sudah memiliki perlindungan, suaminya,” kata Darren. Ia kemudian mencondongkan tubuh lebih dekat ke Ethan.
“Dan jika kau ingin tahu peluang baru Alzona Group,” bisik Darren, nadanya menjadi ancaman yang tertutup, “kau harus membaca surat pengadilan besok. Kami mengajukan tuntutan balik terhadapmu, Wray. Itu adalah kesempatan baru untukmu: membela diri di pengadilan.”
Wajah Ethan membeku. Ia tidak menyangka tuntutan itu akan datang begitu cepat.
“Kau tidak akan menang, Darren,” desis Ethan.
“Kita lihat saja,” balas Darren, tersenyum sinis. “Sekarang, tolong permisi. Kami ingin menikmati sisa malam kami. Sendirian.”
Ethan Wray mundur, dikalahkan. Ia hanya bisa menatap tajam ke arah Winter dan Darren.
Darren memimpin Winter pergi, menjauh dari kerumunan, menuju teras yang sepi.
Begitu mereka berada di sudut yang agak tersembunyi, Winter menarik lengannya.
“Kau melanggar batas lagi! Kau mengumumkan tuntutan balik kita di depan umum!” seru Winter, marah.
“Aku hanya memberi tahu musuh kita bahwa perang sudah dimulai. Itu adalah taktik psikologis,” balas Darren, wajahnya kembali ke ekspresi serius.
Ia memegang kedua bahu Winter. “Kau sempurna, Winter. Kau membuat seluruh ruangan percaya pada kita.”
Winter merasa dadanya naik turun dengan cepat. Keintiman yang dipaksakan, ciuman di tangannya, bisikan di telinganya—semua itu terasa begitu nyata.
“Jangan sentuh aku lagi,” perintah Winter, tetapi suaranya pecah.
Darren tidak melepaskan. Ia memandang Winter, matanya gelap, dipenuhi hasrat yang tidak bisa ia sembunyikan lagi.
“Aku akan menyentuhmu, Winter,” kata Darren, suaranya rendah dan serak. “Aku akan menyentuhmu, dan kau akan menyentuhku. Karena aku tahu, kau juga merasakannya. Semua sandiwara ini… itu tidak lagi terasa seperti sandiwara bagiku.”
Ia mencondongkan tubuhnya, berbahaya, mengancam, memecah setiap batas yang telah Winter tetapkan.
Winter tahu ia harus menghindar. Ia harus mendorongnya pergi. Tetapi tubuhnya, yang sudah berkhianat sejak ia mengenakan gaun itu, hanya berdiri diam, menunggu.
Gala di bawah kilau lampu kaca telah berubah menjadi arena pribadi, dan pertempuran mereka baru saja dimulai.