"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tepat saat mendengar percakapan Vello dan perdana menteri, Yarana mencari ruang untuk bersembunyi. Ada sebuah ruang kecil di belakang tempat perdana menteri menyimpan dokumen-dokumen kerajaan yang berharga. Didalamnya, ada sebuah pintu rahasia.
Happ… kakinya dengan cepat bergerak menuju ruangan kecil tersebut.
Saat masuk kedalam ruangan, tangannya tiba-tiba ditarik seseorang.
“Aaa…” Saat Yarana hendak mengeluarkan suara teriakan dengan nyaring, tangan tersebut beralih menutup mulutnya.
“Diam!” Nares berujar lirih dan pelan, memberikan sinyal agar Yarana tidak berteriak.
“Kau!” Yarana dengan suara kecil sekali menatap Nares dengan kesal.
Kelakuan Nares yang tiba-tiba menarik tangannya, membuatnya terkejut setengah mati. Hampir Yarana kira ia adalah hantu.
“Apa yang kau lakukan disini?” Yarana berujar dengan menekan intonasi suaranya lebih rendah agar tak terdengar siapapun kecuali siapapun.
“Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau disini?” Nares yang tadinya berniat menyelidiki ruangan perdana menteri, terganggu dengan keberadaan Yarana. Saat Yarana masuk keruangan, ia pikir itu adalah perdana menteri.
“Tentu saja aku menyelidiki ruangan ini!” Yarana menjawab Nares dengan berbisik-bisik. Hanya mereka berdua, yang bisa mendengar suara satu sama lain.
Tak lama, terdengar langkah kaki perdana menteri memasuki ruangannya.
“Suttt!” Nares memberi isyarat pada Yarana agar tak bersuara sepatahkata lagi. Mereka mengintip disebalik celah yang ada.
Dari yang mereka lihat, perdana menteri sedang mengambil beberapa cap penting kerajaan. Selanjutnya, perdana menteri mengelilingi ruangannya, entah apa yang dicarinya. Setelah menemukan sebuah gulungan lagi, perdana menteri melangkah keluar dari ruangan.
Nares dan Yarana terus saja diam, sampai memastikan dengan benar-benar kalau perdana menteri telah pergi.
“Sepertinya perdana menteri telah pergi, ayo keluar!” Nares mengajak Yarana untuk segera meninggalkan ruangan. Yarana pun mengikuti arahan Nares.
“Apa yang kau cari disana?” Tepat setelah mereka berada diluar ruangan perdana menteri, ia mengajukan pertanyaan pada Yarana.
“Aku mencari ini.” Yarana memberikan sebuah barang bukti berupa pisau pada Nares.
“Tunggu, bukankah ini pisau yang sama seperti barang bukti yang dituduhkan pada pelayan kemarin?” Nares menatap Yarana dengan heran. Raut wajahnya seperti bertanya-tanya apa yang telah dilakukan perdana menteri.
“Benar. Tapi bedanya, tak ada noda darah. Sepertinya perdana menteri telah membersihkannya.” Yarana menerangkan pada Nares.
“Kita harus mencari saksi dan membawanya kesini!” Yarana berseru lagi pada pangeran palsu yang dikenal cuek oleh para bangsawan. Setidaknya, kecuekan Nares sedikit berkurang pada Yarana sebab kasus ini.
“Aku tahu, tapi kita tidak bisa gegabah.”
“Aku juga telah mengambil ini dari ruangan observasi mayat.” Nares mengambil botol yang berisi racun. Botol racun yang berada digenggaman panglima Sein.
“Aku akan mengumpulkan para saksi, serta mencari penjelasan dari bukti-bukti agar lebih akurat dan tepat. Sementara aku pergi, kau tetaplah disini. Tugasmu adalah mengawasi gerak-gerik perdana menteri. Jangan sampai ada korban lagi!” Nares memberikan sebuah perintah pada Yarana. Bagi Nares, ini adalah kerjasama yang baik. Yarana akan tetap aman bila hanya mengawasi perdana menteri diistana. Perdana menteri tak akan mungkin berani menyakiti gadis ini, sekalipun ia bertindak sesuatu, Nares yakin insting detektif akan mengalahkan perdana menteri ini.
“Baik, aku akan mengawasinya dengan baik.” Yarana membuat kesepakatan dengan Nares.
“Kau bawalah ini!” Yarana menyerahkan barang bukti baru, yang ia dapatkan pada Nares. Pangeran Nares menerimanya sambil menatap Yarana.
Setelahnya, mereka berpencar untuk kembali keruangan masing-masing. Yarana kembali menuju ruangannya untuk menyiapkan strategi agar terus bisa mengawasi perdana menteri.
Sedangkan Nares, kembali keruanganya untuk mengemas barang, dan melanjutkan perjalanannya mencari tahu tentang teka-teki ini. Walaupun Nares sudah dibebaskan dari kewajiban menyelidiki kasus, ia tetap merasa harus menyelesaikan kasus ini agar tak merambat lebih jauh. Terutama, bila itu membahayakan Yarana palsu. Nares tak ingin Yarana jadi terikat dengan dunia kerajaan ini. Kalau Yarana terus mengikuti dan terikat dengan masalah orang-orang yang ada diistana, dirinya tak akan bisa kembali meski telah melakukan 10 kebaikan.
Nares hanya ingin membantu Yarana kembali kedunia asalnya, selagi Yarana masih punya keinginan untuk hidup. Kalau ia sudah kehilangan semangat mempertahankan hidupnya, Yarana hanya akan terjebak selamanya disini.
********
“Putri, anda darimana saja.” Vello langsung menghampiri Yarana yang hanya berapa lagi sampai dikamarnya.
“Tenang saja, aku tidak apa-apa.” Yarana menenangkan Vello, padahal ia juga cemas tadi ketika perdana menteri masuk keruangan.
“Syukurlah.. tapi apa yang sedang kau cari disana putri?” Vello menatap Yarana dengan lugu.
“Hemm, yang aku cari ternyata tidak ada.” Ujar Yarana agar Vello tak mengetahui apa yang sebenarnya telah ia lakukan.
“Wah, sayang sekali.” Vello merasa kasihan, sebab Yarana tidak menemukan apa yang ia cari.
“Tak apa, aku bisa mencarinya lagi kesana, dilain waktu.” Sontak ucapan Yarana membuat Vello terkejut.
“Tidak, aku hanya bercanda. Kenapa wajahmu cemas begitu?” Yarana menduga kalau Vello pasti mengira ia akan balik mencari sesuatu diruangan perdana menteri.
“Huft.” Vello menarik napas lega. Hampir saja dirinya mengira yang tidak-tidak.
Saat sedang asyik bercakap dengan Vello, datanglah ratu Reviya dan raja Bellvana menghampirinya.
“Selamat pagi putriku.” Ujar Reviya dengan ramah. Yarana tak menjawab sapaan ratu Reviya, ia hanya sedikit tersenyum samar.
“Apa ada sesuatu yang penting, hingga kalian repot-repot yang datang kesini?” Yarana bertanya dengan sedikit sarkas pada ratu Reviya.
“Begini nak, kita akan pergi berlibur ke daerah Fallvana.” Raja memberitahu pasa Yarana tujuan kedatangannya.
“Hemm tapi, aku tak ingin ikut Yang Mulia.” Yarana tahu, pasti ini hanyalah akal-akalan ratu Reviya. Pasti Reviya akan melakukan sesuatu yang buruk.
“Begitukah? Padahal ayahanda ingin membantumu untuk belajar lebih banyak pada perdana menteri tentang kondisi perekonomian daerah Fallvana, agar kau bisa melihat langsung kondisi disana.” Raja membuat Yarana seketika berpikir lagi.
“Aku kan harus mengawasi perdana menteri.” Yarana berujar dalam hati. Nares telah memintanya untuk mengawasi perdana menteri, jadi mana mungkin ia membiarkan perdana menteri tanpa pengawasan.
“Eh.. baiklah Yang Mulia aku akan dengan senang hati melakukan perjalanan bersama kalian.” Balas Yarana langsung tanpa berpikir panjang. Ratu Reviya sempat khawatir kalau rencana tak berhasil, tapi setelah mendengar Yarana berkara begitu, ia langsung tersenyum puas.
“Baguslah, besok kita akan berangkat. Jadi bersiaplah.” Ratu Reviya dengan semangat menggebu-gebu memberitahu Yarana.
“Tentu, aku akan bersiap.” Yarana membalas dengan santai. Setelah ia mengatakan hal tersebut, raja Bellvana tersenyum dan berlalu meninggalkan Yarana. Ratu Reviya menyusul langkah suaminya itu.
“Putri, kau yakin kita akan berangkat juga?” Vello khawatir sekali dengan keselamatan Yarana.
“Iya, kita akan berangkat juga esok.” Yarana berusaha keras meyakinkan Vello.
“Tapi kalau mereka melakukan sesuatu yang berbahaya padamu, bagaimana?” Vello tetap saja tak bisa berpikir positif bila menyangkut keselamatan Yarana, apalagi ada ratu Reviya disekitar mereka.
“Jika mereka melakukan sesuatu yang buruk, aku pastikan akan kembali ke diri mereka sendiri.” Yarana tanpa diperingatkan Vello pun tahu sejak awal, bahwa ratu Reviya dan dua saudarinya yang lain akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Tapi, Yarana yakin bisa menghadapinya. Justru yang menjadi masalah utama adalah, perdana menteri. Kapan saja dan dimana saja perdana menteri bisa melakukan hal-hal buruk, dan tentu akan berimbas pada raja Bellvana dan juga Yarana. Karena inilah, Yarana memutuskan mengawasi lawannya dari jarak dekat.
**bersambung *