Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Siang harinya bel sekolah pun berbunyi pertanda pelajaran sudah usai. Anak-anak yang lain berlarian keluar dari kelas.
Sementara triple A tetap santai duduk di kursi masing-masing. Setelah semuanya keluar, triple A baru keluar juga.
Tiba di depan gerbang sekolah. Sebuah mobil putih berhenti tidak jauh dari mereka. Dari dalam mobil keluar seorang wanita cantik.
"Kalian triple A, kan?" tanya Melinda. Ketiganya mengangguk sebagai jawaban. Melinda pun tersenyum.
"Papa kalian meminta aku untuk menjemput kalian. Karena papa kalian sibuk dan tidak bisa menjemput," kata Melinda.
Triple A saling pandang. Kemudian mereka menemui pengawal mereka untuk tidak mengikutinya.
"Tapi kenapa Tuan kecil?" tanya salah satu pengawal.
"Tidak ada apa-apa Paman. Karena kami punya rencana lain," jawab Arden.
Para pengawal pun mengangguk. Namun mereka diam-diam mengingat plat nomor mobil yang menjemput triple A. Kemudian melaporkan nya kepada Dewa.
Sedangkan triple A sudah masuk ke dalam mobil dan ikut pergi bersama Melinda. Melinda tersenyum karena begitu mudahnya membodohi anak kecil.
Padahal triple A sengaja ikut untuk mengetahui rencana Melinda. Melinda melajukan mobilnya.
Triple A mengamati jalan. Walaupun mereka baru di kota ini, tapi mereka tahu jika mobil yang membawanya bukan ke arah rumah Oma nya.
"Kita akan ke mana Tante?" tanya Arjun pura-pura bodoh.
"Ketemu papa kalian," jawab Melinda.
Melinda semakin melajukan mobilnya berpikir triple A akan takut. Namun nyatanya mereka malah terlihat santai saja.
"Anak-anak itu benar-benar keturunan Dewa. Dengan kelajuan mobil seperti ini pun mereka tidak takut sama sekali," batin Melinda.
Hingga akhirnya mobil Melinda tiba di suatu tempat. Melinda memarkirkan mobilnya dan memanggil beberapa orang untuk mengurus triple A.
"Urus anak-anak itu. Kurung di tempat gelap," kata Melinda.
"Siap Nona!" Mereka pun segera membawa triple A masuk ke dalam sebuah rumah dengan cara mengangkatnya seperti karung beras.
Triple A tetap bersikap seperti anak kecil pada umumnya. Hingga mereka pun di masukkan ke dalam sebuah ruangan.
Tiga orang itu mengira anak kecil yang mereka bawa tidak bisa melawan. Namun mereka salah. Baru saja mereka melepaskan triple A, mereka langsung mendapatkan serangan yang tidak terduga.
"Aaaah...!" Ketiganya memekik keras saat pukulan dari triple A mendarat tepat di perut mereka.
"Sial! Pukulannya ternyata kuat juga!" maki salah satu dari mereka.
Itu belum seberapa Paman. Makanya jangan remehkan anak kecil, Paman," kata Arden.
Triple A berkacak pinggang. Senyum mereka pun sulit ditebak. Seolah-olah mereka memang sengaja menantang tiga pria di depannya.
"Bajingan kecil, mampus kalian!" salah satu dari mereka menyerang Arjun. Arjun mundur beberapa langkah.
Namun Arden dan Archer malah merentangkan kakinya. Sehingga pria itu jatuh tersungkur
"Hahahaha. Hahahaha. Hahahaha." Mereka tertawa melihat pria jatuh tersungkur ke lantai.
"Bedebah! Setan kecil awas kalian!" Pria itu hendak bangkit. Namun Arjun malah menjatuhkan diri dengan siku menghujam ke belakang pria itu.
"Aaaah...! Uhuk, uhuk, uhuk." Pria itu terbatuk-batuk karenanya. Dia merasa tulang belakangnya patah saking sakitnya.
Dua rekannya bukannya membantu, tapi malah melongo melihat temannya di hajar oleh anak kecil.
"Hiaah...." Triple A melompat berbarengan, lalu menjatuhkan diri mereka ke tubuh pria yang masih tergeletak di lantai.
"Aaaah...!" Pria itu kembali menjerit kesakitan. Kali ini pria itu memuntahkan seteguk darah.
"Ka-li-an ke-napa di-am saja?" Pria itu berbicara terputus-putus menahan sakit di tubuhnya.
Kedua rekannya baru tersadar dan bersiap untuk melawan. Namun triple A juga sudah siap untuk mengalahkan mereka.
"Ayo Paman kita olahraga bareng," kata Arjun seolah mengejek.
"Heh anak kecil, kalian tidak akan bisa lolos dari sini. Lebih baik menyerahkan diri saja," kata salah satu dari mereka.
"Lawan saja kami Paman, kita lihat siapa yang kalah dan siapa yang menang?" ujar Archer.
Kedua pria itu saling pandang. Kemudian mereka menyerang Archer dan Arjun. Archer dan Arjun malah lari. Sehingga Arden hanya bisa menepuk keningnya pelan.
Kedua pria itu mengejar Archer dan Arjun. Namun keduanya malah berlari mengitari meja yang ada di ruangan itu. Hingga akhirnya mereka di kepung dan tertangkap.
"Lepaskan!" Arjun memberontak. Pria itu malah tertawa karena sudah berhasil menangkap anak itu.
"Aaaaaa...!" Pria itu menjerit karena ternyata Arjun menggigit pria itu.
Hingga akhirnya pria itu pun melepaskan Arjun. Arjun pun menggunakan kesempatan untuk menyerang pria itu.
"Bocah sialan!" Pria itu memaki mereka.
Archer juga akhirnya bisa meloloskan diri dari pria yang menangkapnya. Kini triple berdiri berjejer bertiga. Mereka malah pasang gaya seolah meremehkan lawan.
Dua pria itu pun geram melihatnya. Merasa diremehkan oleh anak kecil. Mereka pun tidak terima. Mereka akhirnya menyerang secara bersamaan.
Kedua pria itu melayangkan tendangan nya ke arah Archer dan Arjun. Namun keduanya menghindar.
Tanpa mereka duga, Arden bersalto lalu menendang ke arah dada salah satu dari pria itu.
Tendangan Arden meluncur begitu saja tanpa hambatan. Sehingga tepat mengenai dada pria itu.
Pria itu mundur beberapa langkah, namun tidak sampai jatuh. Kemudian pria itu memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Gila, tendangannya kuat sekali," batin pria itu.
Tanpa membuang waktu lagi, triple A kini lebih serius melawan pria-pria itu. Kini ketiganya sudah terkapar di lantai.
"Cukup, cukup kami menyerah," kata salah satu dari mereka.
Namun triple A malah kembali menghajar mereka hingga pingsan. Kemudian triple A menarik kaki pria satu persatu dan membawanya ke kursi.
Setelah berhasil mendudukan mereka semua. Triple A pun mengambil tali yang memang sudah tersedia di situ. Lalu mengikat nya ke kursi.
"Yang tiga orang sudah dibereskan. Sekarang tinggal yang lainnya," kata Arden.
Saat mereka keluar dari ruangan itu, ternyata Dewa sudah datang dan sudah membereskan orang suruhan Melinda yang lain.
Namun sayang, Dewa tidak menemukan pelaku utamanya di tempat ini. Ternyata, setelah Melinda memerintahkan orang suruhannya untuk mengurus triple A, Melinda segera pergi dari tempat ini.
"Papa!" pekik triple A secara bersamaan.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Dewa dan langsung memeluk ketiga putranya.
"Kami baik-baik saja Pa, jangan khawatir kami bisa menjaga diri," jawab Arjun.
"Syukurlah anak-anak papa semuanya jagoan," kata Dewa.
Tidak berapa lama mobil polisi pun datang. Polisi segera menangkap mereka yang sudah pingsan di lantai.
"Pak polisi, tiga orang masih ada di dalam sana," kata Archer menunjuk ke sebuah ruangan.
"Terima kasih," ucap pak polisi. Pak polisi pun langsung membekuk para penjahat.
Sementara Dewa dan beberapa pengawal pun memilih pergi tanpa menunggu polisi menyelesaikan tugasnya.