Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.
Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.
Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.
Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?
Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Di perjalanan menuju rumah Zidan, suasana di dalam mobil terasa hening.
Viola duduk di kursi belakang, sementara Fahira duduk di samping Zidan yang sedang menyetir. Viola tampak santai sambil mengunyah permen karet, sesekali menggelembungkannya hingga membuat Zidan melirik ke kaca spion untuk melihatnya.
"Vio, apa kau baik-baik saja?" tanya Zidan, memecah keheningan.
"Ya, aku baik-baik saja! Memangnya aku terlihat penyakitan atau bagaimana?" sahut Viola ketus.
"Bukan begitu maksudku, cuma--"
"Sudahlah! Tak perlu memperhatikanku. Selagi aku masih bisa berdiri dan membuka mata, semuanya akan baik-baik saja!" potong Viola tanpa menatap ke depan, masih memainkan permen karetnya.
Fahira, yang tahu Zidan sedang berusaha mencairkan suasana, hanya diam dan menatap suaminya sekilas. Sedangkan Viola menatap jalanan di balik jendela mobil dengan tangan bersedekap di dada.
Tak lama, mereka akhirnya sampai di halaman rumah Zidan_ rumah yang ditinggali oleh ibu dan adiknya. Hari itu adalah hari Minggu. Zidan yang sedang libur kerja, ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Assalamualaikum, Bu. Eva mana, Bu?" tanya Fahira sambil menyalami ibu mertuanya dengan sopan.
"Waalaikumsalam. Eva sedang keluar bersama teman-temannya," jawab Bu Zubaidah tanpa menatap Fahira. Pandangannya justru tertuju pada Viola yang masih asyik memainkan permen karet.
Viola mengedarkan pandangannya ke sekitar halaman rumah yang cukup luas, dipenuhi bunga dan tanaman hias. Zidan yang melihat itu menghela napas pelan, lalu mendekatinya dan mengusap bahunya lembut.
"Viola Rosa Demita, maafkan aku jika aku berbuat salah padamu. Tapi tolong, bersikaplah sedikit lembut dan sopan jika sedang di hadapan Ibu, oke?" bisik Zidan dengan nada lembut dan senyuman kecil di akhir kalimat.
Viola terdiam. Perlakuan Zidan membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Tatapan dan kelembutan suaminya membuat hatinya luluh. Ia tersenyum, lalu membuang permen karet ke tempat sampah dan menuruti ucapan Zidan.
"Selamat pagi," sapanya sopan.
"Selamat pagi. Siapa namamu?" tanya Bu Zubaidah sambil tersenyum.
"Namaku Viola, Bu."
Melihat ibunya memperlakukan Viola dengan ramah membuat Zidan tersenyum. Sementara Fahira hanya menunduk, menahan rasa cemburu. Zidan yang menyadari itu segera merangkul pinggang istrinya dengan lembut. Fahira tersenyum malu. Ia tahu, Zidan selalu bisa membaca suasana hatinya.
~~
Kini semuanya telah berada di ruang keluarga.
Bu Zubaidah tampak akrab mengobrol dengan Viola, sementara Fahira membereskan pakaian di kamar. Tak lama kemudian, Zidan keluar dari kamarnya dan menghampiri Viola yang masih duduk di ruang keluarga.
"Vio, ayo, aku antar ke kamarmu," ucap Zidan.
Viola mengangguk pelan.
"Maaf, Bu, aku ke kamar dulu," pamitnya sopan.
"Iya, Viola. Istirahatlah," jawab Bu Zubaidah.
Viola menyeret kopernya menaiki tangga, mengikuti Zidan dari belakang. Kamarnya berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar adik Zidan. Sedangkan kamar Zidan berada di bawah, di dekat kamar ibunya.
"Masuklah, ini kamarmu,".kata Zidan sambil membuka pintu dengan senyum simpul di bibirnya.
"Terima kasih, Tuan Zidan," sahut Viola sembari melangkah masuk.
Zidan ikut masuk ke dalam. Ia membuka tirai jendela, memeriksa kamar mandi, dan memastikan kamar ganti juga dalam keadaan bersih. Viola hanya memperhatikan semua gerak-geriknya dari tepi kasur. Tatapannya tak lepas dari sosok Zidan yang terlihat sibuk.
"Tuan Zidan," panggil Viola tiba-tiba.
"Ya?" Zidan menoleh, menatap Viola yang kini duduk di tepi kasur dengan ekspresi penuh tanya.
"Kapan kita akan melakukannya? Aku sudah tidak tahan melihat bibir seksimu itu, Tuan Zidan!"
Zidan tertegun. Wajahnya tampak gugup. Viola yang terkenal blak-blakan memang selalu membuatnya salah tingkah.
Melihat Zidan hanya diam, Viola berdiri perlahan dan mendekatinya. Ia mengalungkan kedua tangan di bahu Zidan, lalu menatapnya dari jarak sangat dekat_ hidung mereka hampir bersentuhan.
Cup.
Viola mengecup bibir Zidan, melumatnya dengan lembut. Zidan tak sempat menolak. Sentuhan Viola membuatnya lemah, tak berdaya menahan diri.
Namun, di luar kamar, Fahira yang bermaksud melihat kamar Viola terkejut bukan main ketika mendapati keduanya tengah berciuman mesra. Ia terpaku di depan pintu, kemudian berbalik dengan jantung berdebar hebat. Air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Dengan tubuh gemetar, ia bergegas menuruni tangga.
Bu Zubaidah yang melihat Fahira berlari ke arah kamar langsung mengerutkan kening. Ia penasaran dan mengikuti langkah menantunya, lalu menempelkan telinganya di depan pintu kamar Fahira. Dari dalam terdengar suara isakan pelan.
"Kenapa dia menangis? Apa Zidan membentaknya? Atau Viola mengatakan sesuatu yang membuatnya sakit hati?" gumam Bu Zubaidah pelan.
Karena penasaran, ia berjalan naik perlahan ke lantai dua. Dari celah pintu kamar Viola yang sedikit terbuka, Bu Zubaidah mendengar suara lirih seorang wanita. Ia mengintip, dan betapa terkejutnya saat melihat Zidan dan Viola sedang berpagut di atas kasur.
Zidan menenggelamkan wajahnya di dada Viola, membuat Bu Zubaidah tersenyum miring.
"Oh-- ternyata itu yang dilihat Fahira," bisiknya lirih, lalu berbalik turun perlahan.
Sementara itu, Zidan yang terbawa suasana akhirnya tersadar. Ia berhenti seketika, memandangi Viola yang masih berbaring di bawahnya. Napasnya tersengal, matanya menunduk penuh rasa bersalah.
"Ada apa, Tuan Zidan? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Viola.bingung.
"Maaf--- aku tidak bisa melakukannya tanpa izin dari dia. Kau istirahatlah dulu, sebentar lagi makan siang," jawab Zidan pelan.
Tanpa menunggu jawaban, Zidan segera berdiri dan melangkah keluar dari kamar Viola. Ia menuruni tangga dengan tergesa, khawatir Fahira mencurigainya. Namun sayang, Fahira sudah lebih dulu mengetahui semuanya.
Bu Zubaidah yang sedang berada di dapur melihat Zidan berjalan cepat dan langsung memanggilnya.
"Zidan!"
"Iya, Bu. Ada apa?" jawab Zidan, agak gugup.
"Mau ke mana?"
"Ehm, aku mau ke kamar dulu sebentar. Apa Ibu butuh sesuatu?"
"Tidak. Mana Viola? Apa dia tidur?" tanya Bu Zubaidah balik.
"Dia di kamarnya, sedang membereskan pakaian," jawab Zidan dengan senyum kaku.
"Baiklah kalau begitu. Kau istirahat saja dulu. Setelah itu kita makan siang bersama," ucap ibunya.
Zidan mengangguk sopan, lalu berpamitan dan melangkah menuju kamarnya.
...----------------...
Bersambung....
ko jadi gini y,,hm
jalan yg salah wahai Zidan,emang harus y ketika kalut malah pergi k tempat yg gak semestinya d datangi,Iyu mah sama aja malah nyari masalah..
dasar laki laki
drama perjodohan lagi