Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Keesokan harinya, Corvina masih menunggu kabar dari orang yang ia tugaskan untuk memata-matai Count Felix dan Meriel. Sejak pagi, ia tidak bisa tenang. Setiap kali pelayan masuk membawa laporan, hatinya berdebar berharap itu kabar yang ditunggu, tapi selalu berakhir dengan kekecewaan.
Ia duduk di ruang kerjanya, jari-jarinya mengetuk meja perlahan. Suara jam pasir yang jatuh terdengar di tengah keheningan. Apa mereka begitu hati-hati, atau orangku yang terlalu lambat bekerja? batinnya gusar.
Cesie masuk pelan membawa secangkir teh hangat. "Yang Mulia belum sarapan," katanya dengan khawatir.
"Tidak ada nafsu makan," jawab Corvina pendek. Pandangannya tak lepas dari pintu. "Kalau mata-mata itu tidak segera datang, aku akan turun tangan sendiri."
"Yang Mulia," Cesie menatapnya cemas. "Anda tidak perlu melakukannya sendiri. Itu berbahaya."
Corvina menoleh, menatap pelayannya dengan dingin. "Aku tidak takut, Cesie."
Cesie menunduk, tidak berani menjawab.
Baru saja Corvina hendak berdiri, suara langkah tergesa terdengar di lorong. Pintu terbuka, dan seorang pengawal masuk sambil menunduk dalam-dalam. Nafasnya terengah, wajahnya sedikit pucat.
"Yang Mulia Ratu,” kata seorang pengawal istana ratu yang ia percaya untuk memata-matai, sambil menunduk, “kami menemukan sesuatu.”
Corvina menatap serius. "Bicara."
"Count Felix... semalam dia meninggalkan kediaman Selir Meriel lewat jalur belakang istana. Dia tidak sendiri, Yang Mulia. Ada seseorang bersamanya."
"Siapa?"tanya Corvina tajam.
"Saya belum tahu pasti, tapi... dari laporan penjaga menara, orang itu mengenakan jubah hitam dengan lambang Brione di belakang jubahnya."
Suasana ruangan langsung berubah dingin. Cesie menatap Corvina dengan ngeri, sementara sang Ratu perlahan menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah tajam dan berbahaya.
"Lambang Brione, katamu?"
"Benar, Yang Mulia."
Corvina tersenyum tipis. Senyum yang tidak menandakan kelegaan, melainkan kecemasan baru tentang bahaya yang akan datang.
"Jadi benar... permainan ini bukan sekadar kecemburuan seorang selir," katanya pelan. "Ini pengkhianatan."
"Saya juga sempat membuntuti Count Felix, Yang Mulia. Ia masuk ke rumah seorang penjual obat di distrik utara," lapor sang pengawal hati-hati.
Corvina menyipitkan mata. "Penjual obat?" gumamnya pelan. "Jadi ... yang meracuni bangsawan dari kekaisaran lain juga mereka?"
Nada suaranya rendah, tapi cukup untuk membuat udara di ruangan terasa menegang. Cesie menatap Corvina dengan ngeri, ia tahu, kalimat barusan bukan sekadar dugaan. Itu awal dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
"Hari ini para tamu kerajaan datang. Aku ingin kamu mengawasi pergerakan Count Felix dan tolong berikan ini," Corvina menyerahkan surat kepada pengawal itu, yang langsung mengambilnya dengan sopan. "Di sana sudah ada nama penerima nya, pastikan surat itu di terima langsung olehnya."
"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap Pengawal itu patuh, "kalau begitu saya permisi."
Corvina kembali terhenyak di kursinya. Jemarinya yang halus menggenggam sandaran kursi begitu erat hingga buku-bukunya memutih. Ia belum bisa bernapas lega, belum sampai semua berjalan sesuai rencananya.
Bayangan pesta kemenangan, Meriel, dan Count Felix terus berputar di kepalanya. Sekali saja ia lengah, sejarah bisa terulang kembali dan jika itu terjadi, mungkin saja ia tak akan mendapat kesempatan kedua lagi.
"Cesie, mulai malam nanti suruh para pengawal dan pelayan memperketat penjagaan," perintah Corvina, suaranya tegas namun dingin. "Tak seorang pun boleh masuk ke istana ratu tanpa alasan yang jelas."
"Baik, Yang Mulia," jawab Cesie, menunduk hormat. Lalu pergi untuk melaksanakan perintah.
bertele2