Arkan Bagaskara seorang duda yang dijodohkan dengan seorang mahasiswanya yang hobi membuat masalah dikelasnya. Arkan merasa diumurnya yang cukup matang menjalin hubungan dengan Febriana Indriana adalah hal yang sulit, dia ingin hubungan yang serius bukan seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Apalagi sifat kekanak-kanakan dan memberontak yang Febri miliki membuat kepalanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi keluarganya memiliki hutang budi dengan keluarga Febri dan mau tak mau Arkan harus menikahi Febri. Namun apakah semua berjalan Lancar disaat Febri jatuh Cinta dengan pria yang lebih muda darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
BAB 13
Febri menatap Arkan sebal, setelah seharian merapikan toko buku milik Arkan tubuh-nya terasa remuk. Arkan tersenyum kecil membalasnya. Saat ini mereka sedang berada di salah satu restoran sea food. Arkan berjanji untuk meneraktirnya, restoran ini terlihat mewah dan mahal dengan desain interior yang modern. Ketika pesanan mereka tiba, Febri mengerutkan kening mendengar suara pria bernyanyi. Suara yang akhir-akhir ini menganggunya. Febri menatap ke arah panggung yang memang dikhususkan untuk bernyanyi.
Mata Febri membulat melihat sosok Dikau disana. Pria itu terlihat tampan dengan kemeja abu-abu dan celana hitam tak lupa kacamata yang bertengger di hidungnya. Pria itu terlihat manis dan mempesona, Febri tersenyum tanpa sadar.
"Lagu ini saya nyanyikan untuk seorang gadis bernama Febri yang sedang tersenyum manis di hadapan saya." Jantung Febri berdebar mendengar itu, ia tidak menyangka jika Dikau akan menyanyikan lagu untuknya. Padahal mereka tidak janjian di tempat ini, tapi seolah-olah Dikau memberikan sebuah kejutan yang menyenangkan untuknya.
Dikau pria itu menyanyikan lagu milik Devano yang berjudul Menyimpan Rasa. Febri begitu menyukainya, suara Dikau sangatlah bagus.
Kau diam-diam aku jatuh cinta
Kepadamu
Ku bosan sudah ku menyimpan rasa
Kepadamu
Tapi tak mampu
Ku berkata didepanmu
Dikau menyakinkan itu seakan-akan dia sedang mengungkapkan perasaannya pada Febri. Febri tersenyum malu-malu, bahkan sesekali ia menunduk tidak berani melihat wajah Dikau. Namun setiap kali mendengar suara dikau dalam lantunan lirik membuatnya penasaran ingin menatap wajah pria yang akhir-akhir membuatnya terkena virus merah jambu.
Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa
Arkan mendengus, ia sudah tidak nafsu makan. Niat awal membawa Febri makan malam kesini agar ia bisa lebih lama menghabiskan waktu berdua dengan Febri malah sebaliknya. Tempat ini malah merusak rencannya karena kehadiran bocah tengil itu yang seolah-olah mengajaknya perang. Arkan meremas tangannya, ia akan meladeni permainan bocah itu. Liat saja siapa di sini yang benar-benar akan menang.
Ku bosan sudah ku menyimpan rasa
Kepadamu
Tapi tak mampu
Ku berkata didepanmu
Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cintaTuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa
Dikau semakin intens mengamati Febri, disela-sela nyanyiannya ia berpikir kejaggalan-kejanggalan yang ada pada Febri dan Arkan, ada sedikit rasa tidak suka melihat kehadiran Arkan di sini. Sebenarnya ada hubungan apa di antara keduanya, rasa penasaran Dikau tumbuh begitu saja di dalam hatinya. karena menurutnya sangatlah tidak wajar jika seorang dosen pergi berdua bersama mahasiswinya malam-malam begini, terlebih mereka terlihat seperti orang yang tidak pulang ke rumah terlebih dahulu. Dikau hanya bisa berdoa semoga tebakkannya salah, jikalaupun benar ia akan merebut Febri dari pria itu bagaimanapun caranya.
Tak bisa ku paksakan dirimu
Tuk jadi kekasihku
Bila tak jodoh ku
Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Apalagi ketika tatapan mata mereka saling bertemu, jantung Febri berdebar merasakan itu. dikau tersenyum senang melihatnya, Febri tidak jadi merutuki harinya yang ia anggap sial tapi bertemu Dikau harinya terasa indah. Hingga Febri melupakan sosok pria yang berada di sampingnya. Kekesalannya berubah menjadi kebahagian hanya dengan melihat dan mendengar aksi dikau menyanyi
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa
Akhirnya tiba di penghujung lagu, Febri berseru senang sambil bertepuk tangan untuk Dikau. Sedangkan Dikau bersiap-siap untuk menghampiri Febri. Namun sepertinya gerakannya terbaca oleh Arkan. Karena Arkan mengamati Dikau dengan waspada.
Arkan mengeram dalam hati, ia menatap tajam Dikau yang berhasil mencuri perhatian Febri. Ia tidak suka jika gadis itu lebih perhatian pada pria lain dibanding dirinya. Arkan mencengkram sendoknya erat-erat lalu melepasnya. Arkan rasa ia sudah kehilangan kewarasaanya. Ia harus melakukan sesuatu untuk memisahkan keduanya.
Arkan memutar kedua bola matanya ia mengakui jika urusan menyanyi ia kalah telak dengan anak kecil itu, Arkan mengusap wajahnya kasar. Sudah cukup Febri mengabaikannya, Arkan bangun dari kursi membuat suara berdecit yang bahkan tidak bisa mengalihkan Febri dari panggung. Arkan langsung menarik tangan Febri dan membawanya keluar sebelum Dikau menemui Febri lagi.
"Aw sakit pak, lepaskan." Pinta Febri, ia merasa terkejut tak kala Arkan menarik tangannya dan membawanya pergi dari restaurant itu padahal ia yakin Dikau ingin menghampirinya namun pria itu malah membuatnya menjauh dari Dikau.
"Pria tua menyebalkan." Guman Febri.
Arkan hanya diam, ia seolah tuli dengan sebutan yang diberikan Febri padanya. Ia masih saja menarik Febri hingga ke tempat parkiran dimana Arkan menaruh mobilnya.
"Pak Arkan," Febri meringis dan berusaha memberontak, tapi tarikan Arkan sekaligus genggaman tangannya sangatlah kuat.
Arkan langsung menyuruh Febri masuk, dan membawa mobilnya pergi meninggalkan tempat itu.
"Kita mau kemana pak?"
"Pak Arkan,"
"Jawab dong pak."
Febri mendengus kesal karena tak mendapat satupun balasan dari Arkan. Akhirnya ia memilih diam dari pada tenaganya habis untuk menghadapi dosen terkutuk ini.
"Turun,"
"Apa?" Febri menatap Arkan tidak mengerti.
"Sudah sampai di rumah kamu, sekarang kamu turun."
Febri mendengus, ia membuka sabuk pengaman lalu keluar dari mobil Arkan. Ketika Febri aka masuk ke dalam rumah, ia teringat ponselnya yang masih di bawa Arkan. Ia kembali mendekat ke Arkan mengetuk jendela mobilnya.
"Ada apa lagi?"
"Ponsel saya mana pak?"
"Ponsel kamu saya sita sampai waktu yang belum bisa ditentukan, sekarang kamu tidur."
"Tapi pak," Febri menatap Arkan tidak percaya.
Arkan langsung pergi meninggalkan Febri yang menatap kepergian mobil Arkan sebal. sialan pria itu hobi sekali membuat hidupnya susah. Febri masuk dengan langkah gontai ke dalam rumah, lalu bagaimana caranya menghubungi Kak Dikau. Jika ponsel saja dia tidak punya. Semua gara-gara dosen menyebalkan itu, pdahalkan mereka sudah buat perjanjian, lalu percuma dong ia sudah babunya Arkan seharian kalau ponselnya masih di sita. Bodoh kenapa ia bisa di tipu oleh Arkan. Febri tidak bisa membayangkan jika Dikau menghubinya. Pasti Dikau berpikiran macam-macam karena ia tidak bisa membalas pesannya, untungnya saja ponselnya ia beri kode. Febri menarik napas lega paling tidak dosen itu tidak bisa main-main dengan ponselnya.
"Arghhh,"
"Dasar Pria Gila!!!"
mohon maaf kak author cantik
batuk nih dudanya meresahkan