NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 — Rencana Proyek Baru

Pintu kamar mandi terbuka lebar, Nerios keluar dari dalam dengan handuk yang melingkari tubuh bagian pinggang ke bawah. Di tubuhnya masih banyak sisa tetesan air, rambutnya yang juga setengah kering membuatnya terlihat begitu tampan dan panas.

Pria itu menyandarkan tubuhnya pada daur pintu, menatap ke arah ranjangnya yang masih ditiduri oleh Camelia. Wanita itu masih tertidur pulas dengan suara dengkuran halus keluar dari mulutnya.

Nerios harus mandi pagi sekali karena hawa tubuhnya yang meningkat sejak semalam, itu disebabkan Camelia yang tiba-tiba memeluknya saat tengah malam, sepertinya wanita itu mengira Nerios itu guling.

Senyum miring muncul di bibirnya, perlahan tapi pasti semuanya terasa normal. Camelia akan segera luluh, Nerios yakin sekali. Beruntung ia mendengarkan saran dari Rayhan yang berkata bahwa jika dirinya ingin mendekati wanita keras kepala maka dekati secara perlahan, ambil hatinya, buat dia merasa nyaman. Mesti susah menahan diri tapi Nerios akan terus berusaha agar Camelia benar-benar jatuh padanya.

Dengan langkah perlahan Nerios mendekati Camelia, ia membungkuk untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik Camelia, bibir ranum yang selalu membuatnya terbayang itu terlihat begitu lucu saat ini. Lalu dengan lembut ia mengecup kening Camelia, membuat Camelia sedikit menggeliat.

Tok!

Tok!

Suara pintu kamar yang diketuk membuat Nerios menegakkan tubuhnya, lalu ia menatap sebentar Camelia yang sudah kembali tenang sebelum akhirnya melangkan menuju pintu.

Begitu pintu dibuka, Nerios langsung melihat keberadaan Rayhan yang memegang tablet, pakaiannya sudah sangat rapih siap untuk berangkat ke kantor. Tapi karena permintaan Nerios, dia harus singgah sebentar di rumah mewah ini, untuk memberikan informasi.

"Bagaimana?" tanya Nerios.

Rayhan menunjukan layar tablet yang ia pegang. "Sudah dibenarkan, dan ini sudah sangat akurat, bukan?"

Nerios mengambil alih benda persegi itu, ia mengamati lokasi yang ditampilkan dengan seksama, lalu mengangguk kecil. "Bagus, ini sudah sangat akurat. Pastikan tidak ada kesalahan atau error tiba-tiba!"

"Iya, aku sudah memberitahu pada orangku agar memeriksa hampir sesering mungkin supaya tidak ada kesalahan lagi," jelas Rayhan sambil mengambil lagi tabletnya dari tangan Nerios.

Rayhan melirik ke arah kamar Nerios karena pintu yang terbuka lebar, ia tersenyum miring begitu menyadari ada wanita yang tidur di atas ranjang sahabatnya, dan dia jelas tau siapa wanita itu.

"Hanya tidur bersama, tidak lebih!" jelas Nerios saat ia mengikuti arah pandang Rayhan, ia juga langsung menutup sedikit pintu itu agar Rayhan tidak bisa memandang wanitanya.

"Tapi itu artinya saranku berhasil, kan?" goda Rayhan dengan alis yang naik turun.

Rayhan sudah memiliki seorang kekasih sejak lama, bahkan dia berencana akan bertunangan. Dan wanitanya itu sedikit keras kepala, jadi dia tau apa yang ahrus dilakukan. Kemudian dia menyarankannya pada Nerios yang sangat kurang pengalaman dalam percintaan.

Nerios menatap datar Rayhan, lalu menggeleng pelan. "Belum sepenuhnya berhasil, hanya beberapa persen!"

"Tapi kau bisa tidur satu ranjang dengannya. Jadi mana rasa terima kasihmu itu?!" tagih Rayhan, dia tau Nerios pasti paham maksudnya.

"Kau ingin apa?"

"Ada jam rolex bagus yang belum sempat aku beli."

Nerios mengendus kesal, ia membalikkan tubuhnya, lalu sebelum masuk ke dalam kamar ia berkata, "Siang nanti jam itu sudah ada di mejamu!"

Rayhan memandang datar pintu yang sudah tertutup sebelum akhirnya dia beranjak pergi dari rumah itu menuju kantor.

Begitu pintu tertutup, Nerios segera menyadari gerakan kecil di atas ranjang. Kedua kelopak mata Camelia mulai terbuka perlahan, membuat pria itu refleks melangkah cepat menghampirinya.

“Kau sudah bangun?” suara berat Nerios terdengar rendah namun jelas, cukup membuat Camelia terperanjat.

“Kenapa kau ada di sini?!” pekiknya panik.

Jantungnya berdetak tak karuan saat mendapati sosok Nerios begitu dekat dengannya. Lebih parah lagi, pria itu hanya mengenakan handuk di pinggang—pemandangan yang langsung membuat pikirannya melayang ke arah yang tak seharusnya.

Tuk!

Camelia mengerjap kaget ketika dahi mungilnya disentil pelan. Nerios menatapnya dengan senyum gemas. “Kau lupa kalau semalam kau setuju tidur bersamaku di sini?”

“Aduh!” ringis Camelia sambil mengusap dahinya. Matanya menatap kesal ke arah pria itu. “Kenapa sekarang kau jadi hobi sekali menyentil dahiku?!”

“Tingkahmu yang membuatku gemas,” jawab Nerios santai sambil menyilangkan tangan di dada. “Apalagi melihatmu yang sok lupa padahal semalam kau sendiri yang mau tidur di kamarku.”

Mata Camelia melebar, wajahnya memerah karena malu sekaligus kesal.

“Jadi ini… kamarmu?”

Nerios memutar bola matanya malas, lalu berbalik menuju walk-in closet.

“Kau kebanyakan drama. Lebih baik bersiaplah. Kita harus segera berangkat ke kantor,” ucapnya datar sebelum akhirnya menghilang di balik pintu ruang ganti.

Camelia mendengus kesal melihat sikap menyebalkan itu. Tapi ia memilih menuruti ucapan Nerios, bangkit dari ranjang, lalu melangkah cepat keluar dari kamar dengan perasaan campur aduk.

...———...

Camelia dan Nerios turun bersamaan dari dalam mobil, lalu Nerios memberikan kunci mobilnya pada penjaga yang ada di depan pintu lobby agar mobilnya dipindahkan ke basement.

Karena ada rapat penting pagi ini, jadi Nerios berjalan cepat masuk ke dalam kantor. Sedangkan Camelia berusaha mengikuti langkah besar pria itu sambil menggerutu kecil di dalam hati.

Beberapa kali Camelia membalas sapaan dari karyawan karena Nerios tidak membalasnya, pria itu terlalu terburu-buru jalan ke arah lift—untunglah lift CEO sudah dibenarkan jadi tidak perlu berdesakan di lift karyawan lagi.

Di dalam lift tidak ada percakapan sedikit pun, tapi begitu pintu terbuka barulah Nerios berkata, "Siapkan dirimu, ini adalah rapat antara dewan direksi."

Mereka keluar dari dalam lift dengan Camelia yang berjalan di belakang Nerios, lalu Camelia mengangguk walau Nerios tidak dapat melihatnya. "Baik, Tuan!"

Ruang rapat di lantai 30 itu begitu megah, dinding kaca menampilkan pemandangan kota. Meja panjang dari kayu mahoni mengkilap dipenuhi dokumen, laptop, dan cangkir kopi. Para direktur sudah menempati kursinya masing-masing, menunggu sang CEO.

Tak lama, pintu terbuka. Nerios melangkah masuk dengan jas hitam rapi, langkahnya tegas. Ia duduk di kursi utama, menatap seluruh dewan direksi dengan wibawa. Sedangkan Camelia langsung melangkah menuju kursinya yang ada dibagian pojok.

“Selamat pagi,” ucapnya tenang. “Mari kita mulai rapat. Agenda utama hari ini, rencana proyek teknologi baru yang akan menjadi fokus kita tahun depan.”

Seorang pria berkacamata, Direktur Riset dan Inovasi, berdiri lalu menyalakan proyektor. Slide pertama muncul dengan tulisan besar: Artificial Intelligence Integration for Smart Business.

“Bapak dan Ibu,” ucapnya mantap, “kami mengusulkan proyek pengembangan platform berbasis AI yang mampu mengintegrasikan produk lama perusahaan kita dengan kebutuhan pasar digital saat ini. AI ini bisa menjadi otak yang menghubungkan layanan kita ke ekosistem lebih luas.”

Direktur Keuangan, seorang wanita elegan dengan setelan biru tua, mengangkat alis. “Angka, tolong. Berapa biaya awal, dan bagaimana proyeksi keuntungan?”

Direktur Riset menggeser slide. “Estimasi biaya awal sekitar 30 miliar rupiah. Tapi berdasarkan riset pasar, dalam tiga tahun kita bisa mendapatkan ROI hingga dua kali lipat. Pasar menuju otomatisasi, dan kalau kita terlambat, pesaing akan mengambil kesempatan.”

Direktur Pemasaran yang dikenal vokal, mengetuk penanya di meja. “Konsepnya memang bagus. Tapi ingat, teknologi secanggih apa pun tidak akan laku kalau tidak dipasarkan dengan benar. Branding harus kuat, harus punya image premium dan user-friendly. Konsumen kita tidak semuanya paham teknologi, tapi mereka ingin merasakan manfaatnya.”

Direktur Operasional menimpali. “Selain itu, SDM internal kita harus siap. Apa gunanya teknologi baru kalau karyawan kita masih gagap? Training harus masuk dalam rencana awal.”

Suasana rapat makin dinamis, tapi kemudian Direktur Keuangan bersuara lebih tegas. “Maaf, saya harus menentang. Angka ini terlalu besar, dan risikonya tinggi. Kalau proyek gagal, perusahaan bisa merugi triliunan dan reputasi kita hancur. Saya tidak yakin ini langkah yang tepat.”

Beberapa direktur terdiam. Tegangan meningkat.

Direktur Pemasaran langsung bereaksi, nadanya meninggi. “Ibu terlalu pesimis! Justru kalau kita tidak berani, kompetitor akan melesat. Mereka sedang mempersiapkan hal serupa, kalau kita diam saja, kita akan kalah di pasar global.”

Direktur Keuangan menyilangkan tangan dengan dingin. “Dan jika gagal, apa Anda mau menanggung kerugian investor? Angan-angan tidak cukup untuk membangun masa depan.”

Ketegangan makin terasa. Beberapa direksi berbisik, suasana seakan siap meledak.

Nerios mengetuk meja dengan tenang, tapi tajam. “Cukup.” Suaranya menembus ruangan, membuat semua hening. “Perbedaan pendapat itu wajar. Tapi jangan biarkan rapat ini berubah jadi arena perdebatan kosong.”

Ia menatap lurus pada Direktur Keuangan. “Risiko memang ada. Tapi risiko terbesar justru kalau kita tidak berani melangkah. Saya sudah menyiapkan rencana mitigasi, dan dana cadangan tidak akan menyentuh kas inti perusahaan.”

Kemudian ia menyapu seluruh ruangan dengan pandangan tajam. “Kalau ada yang masih ragu, angkat tangan. Jika mayoritas tidak setuju, proyek ini batal. Tapi jika setuju, kita jalankan tanpa ada lagi yang menghambat.”

Beberapa detik hening. Perlahan, satu per satu tangan terangkat mendukung. Direktur Pemasaran paling lantang mengangkat tangannya lebih dulu. Akhirnya, dengan wajah enggan, Direktur Keuangan pun mengangkat tangannya juga.

“Baiklah… saya ikut mayoritas. Tapi jangan sampai saya benar,” ucapnya dingin.

Nerios mengangguk tipis. “Bagus. Kalau begitu, proyek disetujui. Saya ingin laporan detail dalam dua minggu, biaya, risiko, strategi pemasaran, dan rencana SDM. Bulan depan, saya ingin prototipe sudah ada di meja saya.”

Ruang rapat kembali hening, lalu para direktur saling pandang dengan wajah tegang. Mereka tahu keputusan ini bisa jadi titik balik besar perusahaan.

“Rapat saya tutup. Bekerjalah dengan cepat, jangan mengecewakan saya.” Nerios bangkit, lalu meninggalkan ruangan dengan wibawa, menyisakan para direktur yang langsung sibuk berdiskusi teknis.

Camelia yang duduk di sudut sebagai notulen internal menutup laptopnya perlahan. Dalam hati ia takjub—Nerios bukan hanya karismatik, tapi juga tahu cara mengendalikan badai di ruang rapat.

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa like dan komen

Koreksi aja kalau ada kesalahan kata atau typo ya!

Salam cinta, biebell

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!