Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Perselingkuhan Raffael.
Raffael Senzio berselingkuh.
Ruangan keluarga itu begitu sunyi, hanya detak jam dinding yang menghentak keras seperti godam. Rania mengangkat wajahnya, menatap ayahnya yang kini sudah duduk di sofa di hadapannya dengan wajah keras dan mata tajam yang mengarah pada Raffael.
Di atas meja, tergeletak berkas perceraian yang Rania ajukan, beserta bukti perselingkuhan Raffael. Bukan Rania yang memberikan semua itu, tapi ternyata ayahnya sudah memilikinya lebih dulu.
"Ini semua salah paham. Aku tidak seperti yang dituduhkan. Aku tidak mungkin berani mempermainkan putri kalian." Raffael membela dirinya dari tuduhan yang langsung istrinya layangkan.
Raffael sempat terkejut dengan Rania yang berani mengatakan tentang perceraian di hadapan orang tuanya secara langsung. Karena Rania, selama mereka bersama, terus berusaha membuat pernikahan mereka agar terlihat sempurna di mata seluruh keluarga besar Raksa.
Raffael masih duduk dengan tenang, tapi tatapan mata ayah Rania yang menusuk membuatnya tidak nyaman. Pembicaraan yang seharusnya dilakukan di ruang kerja itupun kini terjadi di ruang keluarga karena situasi yang sama sekali tidak terduga.
"Natalie memang sekertarisku. Wanita itu memiliki kebiasaan menggoda yang tidak bisa aku tolerir," terang Raffael di hadapan ayah Rania. Dan melihat mertuanya itu yang diam saja, Raffael kembali melanjutkan ucapannya. "Malam itu, Natalie kembali berusaha merayuku, tapi aku tidak tahu bahwa Rania melihat semuanya dan membuat dia salah paham padaku. Aku sudah memecat Natalie karena membuat Rania kesal dan cemburu. Aku hanya mencintai Rania, Daddy."
Panjang lebar Raffael menjelaskan pada ayah mertuanya. Rania yang duduk di sebelahnya mencibir berulang kali. Pria ini ternyata mulai bersilat lidah dan mengarang cerita.
"Jangan coba mengubah cerita sebenarnya," kata Rania dengan menatap Raffael. "Aku melihat semuanya. Bagaimana kalian saling menyentuh dan... menikmati." Suara Rania sangat pelan, tapi tersirat tekanan luka yang besar di sana. Dikhianati suami? Siapa yang tidak sakit hati dan kecewa?
Bertahun-tahun menjalin rumah tangga bersama Raffael, bukannya Rania tidak pernah mencoba untuk membuka hati pada suaminya itu. Hanya saja, Raffael tidak pernah mau berusaha mengambil hati Rania bahkan tidak merasa bersalah jika melakukan hal-hal yang tidak Rania sukai.
Raffael akan tetap dengan pilihan dan keputusannya, termasuk saat memutuskan untuk pindah ke New York yang Raffael tahu adalah tempat yang tak ingin Rania datangi.
Rania mengalah, ia memutuskan untuk menyusul sang suami dan mengambil keputusan untuk ikut bersama Raffael. Tapi, apa yang ia dapatkan setibanya di sana? Sesuatu yang mengguncang jiwa. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat pengkhianatan suaminya. Rania sampai tak bisa membuka suara saat itu. Ia terpaku pada pasangan yang tengah bercumbu.
Detik itu jua, Rania menyerah, menyerah untuk bertahan, menyerah untuk mencoba, dan menyerah untuk terus mengorbankan kebahagiaannya.
"Aku sudah cukup mendengar kebohonganmu," kata Rania pada Raffael dan setelahnya ia menatap pada ayahnya, Agam Raksa. "Aku ingin mengakhiri rumah tangga ini, Dad." Suara Rania terdengar lirih, tapi penuh tekad yang tak bisa lagi diubah. Tangan Rania bergetar, tapi Rania berusaha kuat.
Rania sangat tahu, dalam keluarga Raksa, pernikahan begitu dipandang sakral. Bukan permainan yang dengan begitu mudah dimulai, lalu jika bosan bisa diakhiri begitu saja.
Mendengar suara putrinya yang sudah mantap mengucapkan kata perpisahan, air mata Hena, ibunya, terlihat berkumpul di sudut mata, tapi dia tidak bisa berkata apa-apa. Hena sudah syok saat Rania mengatakan tentang perceraian, sekaligus apa alasan yang mendasarinya.
Putrinya dikhianati? Ibu mana yang tidak sakit hati mendengar hal itu? Hena rasanya ingin sekali mengumpat pada menantu bajingannya, tapi Hena tidak bisa, hingga hanya air mata tanpa suara yang menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.
Raffael menggeleng, ia menatap panik pada Rania dan Agam secara bergantian. "Aku bersumpah itu hanya kesalahpahaman, Dad. Aku tidak pernah berniat untuk menyakiti Rania." Raffael berusaha mempertahankan rumah tangganya.
Agam Raksa yang dari tadi diam dengan wajah keras dan dinginnya itu menatap putrinya. Seakan mencoba menyelam jauh ke dalam netra anak perempuan satu-satunya itu. Agam terhenyak.
"Daddy akan mendukung keputusanmu."
Rania terbelalak mendengar ucapan ayahnya, begitu juga dengan Raffael.
Raffael jelas tidak terima, ia berusaha mengubah keputusan ayah mertuanya dengan terus bersuara dan mengatakan tidak akan pernah menceraikan Rania.
Agam Raksa menatap Raffael dengan mata yang tajam. "Jadi, kau ingin bilang bahwa kau tidak bersalah apa-apa setelah menyakiti putriku?!"
"Aku tidak menyakiti Rania, Dad. Aku tidak berselingkuh dan semua ini hanya salah paham." Raffael merasa sedikit terkejut saat Agam Raksa menyetujui keputusan istrinya, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Foto-foto ini semua palsu, hanya rekayasa untuk memisahkan aku dan istriku." Raffael menunjuk bukti-bukti perselingkuhannya yang ada di atas meja.
Raffael yakin, foto-foto itulah yang mempengaruhi ayah mertuanya. Dan entah dari mana Agam Raksa mendapatkannya. Tidak mungkin ayah mertuanya itu meminta seseorang untuk membuntuti dirinya. Karena jika hal itu sampai terjadi, Agam sudah akan lama tahu bagaimana kondisi rumah tangganya bersama Rania yang sebenarnya.
Agam Raksa terlihat tak menggubris menantunya itu yang bersuara dengan menggebu-gebu. Tangan pria yang tak lagi muda itu bergerak, memberikan isyarat, hingga tiba-tiba, pintu salah satu ruangan terbuka dan tiga orang keluar dari dalam sana.
Seorang wanita berdiri dengan wajah yang familiar di mata Raffael. Darah Raffael langsung membeku saat melihat wanita itu berdiri dengan percaya diri, senyum tipis menghiasi bibirnya.
Tapi yang membuat Raffael benar-benar terkejut adalah sosok pria yang berdiri di belakang Natalie, juga kakak iparnya, menghisap rokok dengan begitu santainya dan menghembuskan asapnya pelan, seakan tengah memberikan ejekan pada nasib Raffael Senzio.