Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden

"Enak dan rasanya pas. Rupanya kau pintar memasak." puji Eden tanpa ada kebohongan didalam kalimatnya ketika dia memakan sup jagung buatan Elara.

"Terimakasih." jawab Elara singkat tanpa menoleh pada Eden dan lebih memilih fokus menikmati masakan buatannya sendiri diatas meja makan.

Sebenarnya sup jagung ini memang sengaja Elara buat khusus untuk Eden.

Malam tadi ketika mereka selesai bercinta dan Eden terlelap lebih dulu, Elara yang tak bisa tidur karena memikirkan apa yang terjadi pada pria itu, tak sengaja mendengar gumaman-gumaman kecil tak jelas keluar dari mulut pria itu.

Eden seperti sedang mengumpat seseorang.

Elara mencoba membangunkan tetapi pria itu tak kunjung membuka mata. Bahkan ketika kulit mereka bersentuhan, Elara dapat merasakan sengatan panas yang berasal dari tubuh Eden.

Pria itu demam?!

Elara segera mengecek dahi Eden dengan punggung tangannya dan ternyata benar dugaannya, Eden mengalami demam.

Elara hendak bergegas turun dari ranjang berniat pergi kedapur untuk mengambil kompres, tetapi tiba-tiba Eden malah menahan lengannya dan memeluknya erat membuat Elara kesulitan bergerak.

Pria itu menahannya dengan mata masih terpejam.

Elara sampai mengerutkan kening, bingung. Sebenarnya Eden pura-pura tidur atau memang sedang tidur? Tetapi mendengar dengkuran halus dari bibir pria itu dan melihat napasnya yang teratur, Elara bisa pastikan bahwa Eden menahan dirinya tanpa sadar.

Akhirnya Elara pun memutuskan untuk berdiam diri didalam dekapan Eden, sampai pria itu melonggarkan pelukannya. Tetapi rupanya kantuk menyergap Elara, sampai akhirnya dia tertidur dan baru terbangun dipagi hari.

Ketika Elara membuka mata yang dilakukannya pertama kali adalah langsung mengecek kondisi Eden, dan dia menghela napas lega karena demam pria itu sudah turun.

Melihat Eden yang masih terlelap, Elara pun memutuskan untuk pergi kedapur, membuat sup jagung untuk pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Dan sekarang disinilah mereka berada, diruang makan sembari menikmati sup jagung buatan Elara.

Sesekali Elara mencuri pandang kearah Eden. Sepertinya lelaki itu sudah kembali sehat.

Elara berdeham, berusaha mencari obrolan agar suasana diantara mereka tidak canggung.

"Ekhm, hari ini Ibuku sudah diizinkan pulang dari rumah sakit, kemungkinan aku akan menjemput dan mengantarnya kerumah yang kau belikan. Apa kau mengizinkanku pergi?" tanya Elara dengan hati-hati.

Eden yang tengah menyantap sup jagung tampak menjawab dengan santai.

"Hem, aku mengizinkanmu, pergilah. Reymond akan mengantarmu. Atau kau ingin aku temani?" tawar Eden.

"T-tidak perlu! Biar Reymond saja yang menemani." jawab Elara cepat.

"Baik, asal kau ingat peraturanku, pulang sebelum aku pulang." peringat Eden.

Elara menatap jengkel.

Hishh, lelaki ini sudah kembali kewujud aslinya, menyebalkan!

"Ekhm, bisakah kau izinkan aku menginap semalam saja? Aku rindu Ibuku."

"Tidak Elara. Kau bisa menjenguk Ibumu kapanpun kau mau. Tapi tidak dengan menginap."

"Semalam saja."

"Tidak."

"Eden."

"Elara."

"Hanya semalam."

"Baik, tapi aku ikut menginap denganmu."

"APA?! MANA BISA BEGITU?!" seru Elara dengan ekspresi kesal.

"Kalau kau tidak setuju, batalkan rencanamu."

"Ha?!" Elara tampak tercengang.

Sungguh demi apapun, lelaki ini benar-benar menyebalkan!

Elara berusaha mengatur napas, menetralkan emosinya. Dia harus tenang sebab dia masih memiliki satu permintaan lagi.

"Baiklah, jika tidak boleh menginap tidak apa. Tapi izinkan aku kembali bekerja!"

Seketika netra Eden berkilat, menatap Elara dengan pandangan tajam.

"Kau sadar dengan ucapanmu? Kau ingin kembali bekerja?" desis Eden.

Elara mengangguk mantap.

"Ya, aku ingin kembali bekerja ditempat kerjaku yang lama. Aku tidak mungkin seharian berdiam diri dirumah dan hanya menunggumu terus-menerus tanpa melakukan kegiatan apapun. Sedangkan para pelayan dirumah ini sama sekali tak mengizinkanku memegang pekerjaan. Aku terbiasa bekerja dan berdiam diri membuatku bosan." keluh Elara.

"Kau bisa pergi kesalon atau berbelanja agar tidak bosan. Aku sudah memberimu black card, pakailah sesuka hatimu. Kau tidak perlu bekerja Elara, cukup melayaniku dirumah." Eden menekankan kata melayani, yang tentu saja langsung dipahami oleh Elara.

"Sampai kapan? Sampai kau bosan dan membuangku?" tebak Elara, menyindir namun tepat sasaran.

"Elara."

"Aku sudah kenyang, aku akan kembali kekamar!" Elara beranjak dari duduknya dan berbalik badan hendak meninggalkan Eden.

Hatinya dongkol sekali karena lelaki itu serba melarangnya.

Eden menggertakkan gigi seraya meremas sendok ditangannya, menahan emosi saat Elara hendak meninggalkannya begitu saja.

"Berhenti Elara." titah Eden dengan nada tegas. Sementara netranya menatap lurus kearah meja makan.

Sontak Elara pun menghentikan langkahnya, menunggu apa yang akan dikatakan lelaki itu dengan enggan.

Eden menghembuskan napas kasar lalu dia menyandarkan punggungnya pada kursi yang dia duduki.

"Aku mengizinkanmu bekerja, tapi bukan ditempat kerjamu yang lama, melainkan diperusahaanku. Menjadi sekretarisku!"

🌿🌿🌿

Kediaman Tuan Wilson.

"Jadi Eden memiliki istri lain selain Alexa?" Laura bertanya dengan ekspresi tak percaya.

"Hem. Aku kecolongan." jawab Tuan Wilson. Saat ini keduanya tengah menikmati sarapan bersama. Lander sendiri sudah pergi dari kediaman Tuan Wilson dari setengah jam yang lalu.

Nyonya Laura tampak mengulum senyum. Dia seolah mendapatkan angin segar saat tahu hubungan ayah dan anak itu semakin merenggang.

"Putramu benar-benar keterlaluan." desis Nyonya Laura. "Seandainya saja kau mau memberi kesempatan pada Arash untuk ikut terjun meneruskan bisnis keluarga Dwight, aku yakin kau pasti tidak akan pusing seperti ini."

Tuan Wilson langsung menatap istrinya tajam.

"Kau bicara seolah-olah aku adalah Ayah yang pilih kasih.. Bukankah kau tahu, kalau aku pernah berniat memasukkan putramu yang tidak berkompeten itu kedalam bisnis keluarga Dwight?"

"Tapi apa yang dia lakukan? Dia malah mencoreng nama baik keluarga kita dengan memakai obat-obatan terlarang hingga mengharuskannya mendekam dipenjara. Lalu bagaimana mungkin aku akan memberi kesempatan pada seorang mantan narapidana narkoba? Apa kata para petinggi perusahaan yang saat ini bekerjasama dengan perusahaan Dwight Company?"

Mendengar ucapan suaminya, raut wajah Nyonya Laura merah padam. Antara marah dan menahan malu.

"Suamiku, itu masalalu. Aku yakin Arash sudah berubah..."

"Tidak Laura. Cukup aku menyokong kehidupannya dengan memberinya separuh hartaku. Aku tidak akan membiarkannya masuk kedalam perusahaan keluarga Dwight."

🌿🌿🌿

Apartemen Green Lake Hills.

"Berhentilah bersedih sayang, kalau tidak kecantikanmu akan luntur." ucap seorang pria yang tak lain adalah Arash Lemos, putra kandung Nyonya Laura.

Dia menyodorkan segelas air minum kearah wanita cantik yang duduk disisi ranjangnya.

Sejak datang ke apartemennya menjelang pagi tadi, wanita itu terus saja menangis. Menumpahkan kesedihannya karena ditolak untuk kesekian kalinya oleh sang saudara tiri, Eden Dwight.

Alexa menyeka air matanya dan menerima minuman tersebut lalu menenggaknya hingga tandas.

Wanita itu tampak kacau setelah semalam Eden meninggalkannya begitu saja.

Arash mengambil kembali gelas dari tangan Alexa, lalu berjongkok dihadapan wanita itu sembari menggenggam kedua tangannya.

"Lupakan Eden, dia tidak akan pernah bisa mencintaimu seperti aku mencintaimu sayang. Dengan kau melepaskan perasaanmu pada bajingan itu, kita bisa memulai hidup baru, hm?"

Alexa melepaskan genggaman tangan Arash, lalu dia menangkup wajahnya dan kembali terisak.

"Aku tidak bisa Arash! Aku sangat mencintai Eden!"

"Tapi Eden tidak mencintaimu Alexa, kau harus sadar itu!"

Alexa kembali menangis. Arash yang kesal segera berdiri dan duduk disamping wanita itu. Dia memeluk Alexa erat.

"Belajarlah mencintaiku sayang, aku berjanji akan membahagiakanmu." ucap Arash.

Ya, bagaimana pun caranya Arash harus bisa membuat Alexa bertekuk lutut padanya supaya tujuannya segera tercapai.

Dia dan Alexa sudah menjalin hubungan gelap selama beberapa bulan terakhir sejak wanita itu menikah dengan Eden. Saat itu mereka bertemu disebuah klub malam.

Alexa yang merasa kesepian karena tak mendapat belaian dari Eden, akhirnya menerima tawaran Arash untuk menjadi kekasihnya.

Bahkan keduanya sering melakukan hubungan intim entah itu di hotel maupun di apartemen Arash ketika ada kesempatan.

Dari hubungan gelap itu Alexa jelas mendapat kepuasan, namun tidak dengan hatinya yang tetap tertaut pada Eden.

Sementara Arash sendiri, dia hanya menganggap Alexa sebagai pion supaya dirinya bisa melengserkan posisi Eden sebagai pewaris utama keluarga Dwight.

Arash ingin merebut semua yang dimiliki Eden. Dia berambisi untuk menjadi orang nomor satu dalam lingkaran pebisnis yang saat ini diduduki oleh Eden.

Dan hanya tinggal beberapa step lagi, tujuannya akan tercapai.

Arash menyentuh dagu Alexa lalu menghadapkan wajah wanita itu kearahnya. Tak membuang waktu dia langsung menunduk dan mengulum bibir Alexa penuh nafsu, setelahnya mereka saling menyatu.

*

To be continued

Halo kakak, jangan lupa like, komen, hadiah, vote dan ulasannya yaa. terimakasih ❣️🥰😘