NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mantan Calon Mertua

Lucas tertatih menyusul Amori yang lebih dulu kabur ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Wajahnya terlihat jelas khawatir dengan kondisi Amori yang tiba-tiba mual.

“Amor, are you okay?” teriaknya dari luar kamar mandi wanita. “Boleh saya masuk?”

“Sebentar!” teriak Amori dari dalam, dengan suara yang terdengar sumbang. Tak puas dengan jawaban Amori, jemari Lucas mengepal tak tenang. Ia menunduk, dengan telinga yang mendekat pada pintu.

“Amor please, saya khawatir. Kamu nggak pingsan kan?” Suara siraman air terdengar samar dari dalam. Tak lama, pintu terbuka dengan perlahan. Sosok Amori keluar dengan wajah yang pucat, matanya berair dan bibir yang kehilangan warna.

“Hei, should we go to the doctor?” Amori menggeleng lemah. Lucas terus menyelidik wajahnya yang  menunduk untuk menghindari tatapan. “Amor, saya khawatir. Say something.” katanya pelan, penuh cemas.

“Kan saya udah bilang, jangan nyusul. Kaki kamu belum pulih.” Amori melepas tangan Lucas yang menopang tubuhnya, lalu gantian merangkul tubuh Lucas untuk membantu pria itu berjalan kembali ke ruangan.

“Amor, saya bisa jalan sendiri.”

“Saya juga.” kata Amori tak kalah keras kepala. Melarang Lucas untuk menjauh dan melepas rangkulannya. “Saya cuma masuk angin.” Lucas mengentikan langkah mereka yang tertatih itu. Tatapannya semakin serius, jelas-jelasan tidak percaya dengan alasan yang Amori berikan.

“Nggak ada penyakit yang namanya masuk angin, Amor. Kamu muntah sampai pucat, itu bukan hal sepele.” nada suaranya rendah, bukan marah, tapi pekat dengan rasa khawatir.

“Saya cuma kecapean karena masalah kemarin, terus belakangan ini lupa minum vitamin. Itu aja. Nanti sampai rumah saya istirahat. Happy?” Amori berusaha menampilkan senyumnya walau tipis. Tapi tetap, Lucas sulit puas.

Pria itu menangkup sisi wajah Amori dengan lembut. “Untuk sekarang, saya akan pura-pura percaya kalau wajah pucat ini cuma karena masuk angin.” matanya menggulir malas. “Tapi please, kamu harus bilang saya kalau kamu butuh apa-apa. Ya?” hati Amori mencelos untuk yang kesekian kali karena perhatian dari Lucas.

Untuk sejenak ia kehilangan kata-kata, dan hanya bisa mengigit kecil bibir bawahnya dengan gugup. Karena hujaman tatapan Lucas padanya yang belum lepas, ia akhirnya menyerah dan mengangguk pelan. Sekeras apapun ia menghindar dari Lucas, pria itu rasanya akan lebih kuat lagi untuk menariknya mendekat.

Tapi, kondisinya—

Amori menarik napas panjang dan kembali merangkul Lucas. “Ayo, kamu nggak boleh lama-lama berdiri. Nanti aku dimarahin Dani.” Lucas terkekeh kecil.

“Aku marahin balik kalau dia berani marahin kamu.” Amori ikut terkekeh kering. Perasaannya campur aduk. Jika Lucas terus perhatian dan memperlakukannya dengan manis begini, ia yakin kalau hati kecilnya sebagai wanita yang sedang butuh sandaran akan kalah. Tapi rasanya, tidak adil bagi Lucas jika harus mendapatkan gadis bermasalah sepertinya.

***

Tak seperti janjinya pada Lucas, kondisi Amori tak membaik hanya dengan beristirahat. Jadi ketika Lucas sibuk melakukan terapi untuk cederanya, Amori memanfaatkan waktu untuk pergi ke dokter. Sendiri, tanpa Nora yang memang sedang sibuk sekali dengan urusan perkerjaannya.

“Apa kata dokternya, Mor?” tanya Nora lewat panggilan telepon. Amori sengaja menelepon sahabatnya itu di jam makan siang untuk menemaninya menebus obat dan vitamin.

“Ya morning sickness. Kata dokter masih aman, berat badan gue juga masih normal. Tapi ya gitu, mualnya nggak ketahan banget.”

“Terus lo nggak bisa makan apa-apa? Dulu waktu istrinya Tristan hamil, nyokap bilang dia sampe nggak bisa makan kecuali makan buah.”

“Untungnya gue nggak separah itu sih, Ra. Tapi ya gitu, abis makan, setengahnya keluar lagi.” Nora menghela di seberang sana.

“Terus, dapet obat?”

“Dapet, tapi cuma buat jaga-jaga kalau mualnya sampe parah banget. Lebih banyak vitaminnya.”

“Yaudah, nanti kalau ada apa-apa lo jangan sungkan—” Amori mendengarkan petuah panjang Nora sambil memindai antrian orang-orang yang ingin menebus obat, sama sepertinya. Sampai tatapannya kemudian terpaut dengan tatapan seorang paruh baya familiar yang ketika melihatnya, langsung sumringah dan berjalan menghampiri.

“Amori, kamu disini.” Sonya, ibu Damian, langsung membawanya kedalam pelukan. Wanita yang masih cantik di usia 50an itu terlihat tulus senang bertemu dengannya.

Ketika pelukan mereka terurai, Sonya mengamati penampilan Amori dari atas ke bawah. “Kamu sendirian? Kamu lagi nggak sehat, sayang?” Amori tersenyum sungkan. Tanpa berpamitan, Amori memutus sambungan telepon Nora.

“Oh, nggak Tante. Cuma nebus vitamin aja.” katanya sambil tertawa canggung.

“Kenapa sendiri? Damian mana? Anak itu, udah tante suruh beruangkali untuk ajak kamu ke rumah, tapi iya iya aja terus. Pelit dia kalau soal kamu tuh.” Kening Amori mengerut. Kok rasanya ada yang aneh?

“Dia udah sebulan lebih nggak pulang ke rumah. Aduh, lagi sibuk apa sih dia Mor?”

“Tante, maaf tapi—” belum sempat melanjutkan, sosok Damian tiba-tiba datang dan merangkul bahu Amori yang tersentak terkejut.

“Loh, panjang umur kamu. Kenapa disini? Nyusul Amori?” Damian tak menjawab. Tangannya diam-diam menahan Amori agar tak melepas rangkulannya. Ia sebenarnya datang untuk menjemput sang ibu, yang kata ayahnya sedang mengambil obat di rumah sakit tempat biasa ibunya itu kontrol gula darah. Tapi bagai ketiban rejeki besar, ia malah bertemu dengan gadis yang sudah lama sekali ia cari-cari.

“Iya, mau anter Amori pulang.”

“Ck, ck, ck seharusnya sejak awal ditemani. Ini juga, mamanya nggak disapa? Nggak kangen memang?” Damian terkekeh, lalu mendekat pada sang mama untuk mencium dan memeluk singkat. Tentu tanpa melepaskan tangannya dari milik Amori.

Tak lama nama sang mama dipanggil oleh kasir. “Sebentar, mama tebus obat dulu. Kamu jangan kemana-mana.” tunjuk Sonya pada Damian yang terkekeh. Setelah kepergian Sonya, Amori langsung menepis kasar tangan Damian.

“Kamu nggak bilang sama tante Sonya kalau kita udah putus?!” tanyanya sengit. Posisi mereka yang berada di sisi paling luar ruang tunggu untungnya membuat perdebatan mereka tidak terlalu mencolok.

“Mor, kita nggak putus. Kamu cuma salah paham, sayang.”

“Salah paham apa?! Aku jelas-jelas liat kamu tidur seranjang sama perempuan lain. TE-LAN-JANG Damian!” Damian menggeram marah.

“Aku mabuk. Makanya kamu denger aku dulu, biar aku jelasin. Kamu nggak bisa ninggalin aku gitu aja, Mor!”

“Gak waras! Jelas aku bisa pergi kapanpun, kalau kelakukan kamu sebrengsek itu! Udah, tolong jangan ganggu aku lagi.”

“Gamau, Mor. Kita bisa perbaiki kok. Aku sayang kamu, aku nggak mungkin nyakitin kamu lagi. Aku nggak akan ngelakuin kesalahan yang sama Mor. Aku janji.”

“Engga, sekarang lepas. Dan kamu silakan pergi dan jujur sama mama kamu tentang hubungan kita.” perdebatan mereka terhenti ketika Sonya kembali sambil tersenyum sumringah.

“Amori, ikut makan siang yuk, sama tante? Kita udah lama banget nggak ngobrol.”

“Tapi, tante—”

“Aku nggak diajak?” kata Damian memotong Amori yang ingin menolak.

“Ah, kalau ada Amori, kamu nggak diajak juga ngikut. Giliran disuruh pulang aja, susah banget.”

“Masalahnya Amori lagi ngambek sama aku Mah, gara-gara aku nggak bisa anter dia tadi. Jadi bantuin aku dong.” Sonya langsung nyolot dan malah memarahi Damian yang memang suka sok sibuk sampai membuat Amori marah. Namun omelan itu tak membuat Damian ciut. Pria itu malah kesenangan karena setelah obat Amori selesai ditebus, mamanya langsung menarik Amori untuk ikut makan siang bersama tanpa memberikan gadis itu kesempatan untuk pergi.

“See, kamu nggak bisa kemana-mana sayang.” bisik Damian sambil pura-pura membantu Amori memakai seatbelt. Membuat Amori kesal setengah mati, walaupun ia tak memiliki cara untuk terlepas dari situasi menyesakkan itu.

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!