"tolong... tolongin saya, saya di bius!" kata seorang gadis pelayan Toko pada seorang pria tampan di depannya. Gadis itu tengah berusaha menyelamatkan diri dari pria tua yang gendut yang hendak melecehkannya.
"hey... anak muda. Jangan ikut campur. Gadis itu milikku, aku sudah membelinya dengan harga mahal." Teriak seorang pria yang baru saja menyusul gadis itu sebelum bertemu pria tampan itu.
Bagaima kisah selanjutnya? akan kah si pria tampan menyerahkan gadis pelayan itu pada pria tua itu? yook kepoin! jangan lupa Like, Subcrebs dan Komennya!
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Yasmin
Wanita yang kalap itu tak mengindahkan teriakan dan tangisan Yasmin. Ia terus memukuli Yasmin dengan brutal, mendesaknya untuk mengakui perselingkuhannya dengan sang suami.
"Katakan! Akui saja! Kamu memang selingkuh dengan suamiku, kan?" teriak wanita itu, sambil menjambak rambut Yasmin.
Yasmin menggelengkan kepalanya, air mata bercampur dengan darah yang keluar dari hidung dan mulutnya. Ia tidak bisa mengakui sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Bayi yang dikandungnya memang bukan hasil perselingkuhannya dengan pria tua itu. Bayi itu adalah milik Bramantyo, CEO perusahaan ternama yang terkenal dingin dan kejam.
Wanita itu semakin menggila. Ia mengancam akan menginjak perut Yasmin agar Yasmin mengakui perbuatannya.
"Kalau kamu tidak mau mengaku, aku akan menginjak perutmu! Biar bayi haram itu mati!" teriak wanita itu, dengan mata melotot.
Yasmin semakin ketakutan. Ia tahu wanita itu tidak main-main dengan ucapannya. Ia harus melindungi bayinya.
Dengan sisa keberanian yang dimilikinya, Yasmin berteriak menyebut sebuah nama yang selama ini ia rahasiakan.
"Cukup! Aku akan mengaku! Tapi bayi ini bukan anak suami Anda! Bayi ini anak Bramantyo!" teriak Yasmin, dengan suara bergetar.
Semua orang terkejut mendengar nama itu. Bramantyo? CEO perusahaan raksasa? Bagaimana bisa Yasmin berhubungan dengan pria seberpengaruh itu?
Wanita itu terdiam sejenak, lalu tertawa sinis. "Bramantyo? Jangan bercanda! Mana mungkin pria seperti dia mau dengan wanita murahan sepertimu?"
Namun, Yasmin tidak peduli dengan ucapan wanita itu. Ia berharap dengan menyebut nama Bramantyo, wanita itu akan berhenti menyiksanya. Apalagi saat pria tua itu sendiri juga mengakui kebenaran video yang ditunjukkan oleh Nia.
"Benar, Sayang. Aku memang bersama pelayan ini di hotel. Tapi itu hanya sekali saja, dan itupun tidak terjadi sesuatu di antara kami. Kamu harus percaya sama aku, Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," kata pria tua itu, memohon pada istrinya.
Wanita itu semakin marah mendengar pengakuan suaminya. Ia menatap Yasmin dengan tatapan penuh dendam.
"Kamu akan menyesal telah merusak hidupku! Aku akan membuat hidupmu menderita!" teriak wanita itu, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Yasmin yang tergeletak lemah di lantai.
Yasmin hanya bisa menangis. Ia tahu jika sampai Bramantyo tahu tentang kejadian ini, ia akan habis. Pria itu pasti akan marah dan menuntutnya untuk menggugurkan kandungannya.
Namun, Yasmin tidak punya pilihan lain. Ia harus melindungi bayinya, meski nyawanya menjadi taruhannya.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yasmin berusaha melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan atau injakan dari orang-orang yang mengerubunginya. Ia berharap ada seseorang yang mau menolongnya, tapi sepertinya tidak ada. Semua orang hanya menontonnya dengan tatapan jijik dan menghina.
Yasmin merasa sendirian dan putus asa. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya dan bayinya.
Di tengah keributan yang semakin menjadi-jadi, tiba-tiba Hanum, ibu tiri Yasmin, datang bersama Yolan, adik tirinya. Yasmin merasa sedikit lega. Ia pikir ibu dan adik tirinya akan membantunya dari amukan wanita yang kalap itu. Ia berharap mereka akan membelanya dan menjelaskan bahwa ia tidak bersalah.
Akan tetapi, harapan itu pupus seketika. Kehadiran ibu dan saudara tirinya malah menambah beban dan fitnah yang merundungnya.
Yolan, yang selama ini memang tidak menyukai Yasmin, ikut menambah situasi agar semakin memanas. Ia mencibir Yasmin dan menuduhnya hanya mengada-ada dengan mengakui kehamilannya bersama Bramantyo, pria berpengaruh itu.
"Jangan berbohong, Yasmin! Mana mungkin Bramantyo mau dengan wanita sepertimu? Kamu pasti hanya ingin memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan uang!" seru Yolan, dengan nada sinis.
Hanum, yang selama ini selalu bersikap dingin pada Yasmin, juga ikut menyudutkannya. Ia menatap Yasmin dengan tatapan jijik dan menghina.
"Saya malu memiliki anak tiri sepertimu, Yasmin. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kami. Seharusnya saya tahu dari dulu bahwa kamu hanya akan membawa masalah," kata Hanum, dengan suara dingin.
Yasmin semakin terpuruk mendengar ucapan ibu dan adik tirinya. Ia merasa dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya. Ia tidak menyangka mereka akan tega menyakitinya di saat ia sedang terpuruk.
Hanum dan Yolan semakin memperkeruh suasana, sehingga wanita yang kalap itu semakin mengamuk dan menyiksa Yasmin dengan brutal. Yasmin merasa kesakitan di area perutnya. Sesuatu mengalir dari selangkangannya. Ia tahu, ini tidak baik.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yasmin berteriak memanggil nama Bramantyo.
"Bramantyo... tolong aku..." lirih Yasmin, sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.
Tentu, ini dia kelanjutan novelnya:
Sementara itu, di sebuah ruangan yang jauh dari keramaian, Bramantyo bersama asistennya sedang memperhatikan layar CCTV yang merekam kejadian yang menimpa Yasmin. Pria dingin itu terperangah saat mendengar Yasmin menyebutkan namanya dan mengakui bahwa ia sedang mengandung anaknya.
Bramantyo segera mengambil sikap. Ia tidak bisa membiarkan Yasmin disiksa seperti itu. Ia pun meminta anak buahnya untuk ikut bersamanya menghentikan aksi penyiksaan yang dilakukan oleh istri si bandit tua terhadap Yasmin.
Dengan kecepatan kilat, Bramantyo dan anak buahnya tiba di lokasi kejadian. Mereka menerobos kerumunan orang dan mendapati Yasmin sudah tak sadarkan diri, tergeletak lemah di lantai. Wanita yang kalap itu sudah mengangkat kakinya, siap untuk menginjak perut Yasmin.
Namun, di saat yang bersamaan, Bramantyo dan anak buahnya berhasil menghentikan aksi keji itu. Bramantyo dengan sigap menendang wanita itu hingga terjengkang.
Dengan tatapan tajam dan suara menggelegar, Bramantyo akhirnya mengakui kebenaran yang selama ini disembunyikan.
"Cukup! Bayi yang dikandung Yasmin adalah milikku!" teriak Bramantyo, dengan amarah yang membara.
Semua orang terkejut mendengar pengakuan Bramantyo. Mereka tidak menyangka pria seberpengaruh dan sedingin itu akan mengakui memiliki hubungan dengan seorang pelayan toko.
"Siapapun yang telah menyakiti calon anakku, maka ia akan menanggung akibatnya!" teriak Bramantyo, dengan nada mengancam.
Anak buah Bramantyo segera mengamankan lokasi dan mengusir semua orang yang tidak berkepentingan. Sementara itu, Bramantyo mendekati Yasmin dan mengangkat tubuhnya dengan hati-hati. Ia melihat wajah Yasmin yang penuh luka dan air mata. Hatinya terasa nyeri.
"Bertahanlah, Yasmin. Aku akan membawamu ke rumah sakit," bisik Bramantyo, dengan suara lembut.
Bramantyo membawa Yasmin ke dalam mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat. Ia tidak peduli dengan tatapan heran dan bisikan orang-orang di sekitarnya. Yang terpenting baginya saat ini adalah keselamatan Yasmin dan calon anaknya.
Di sepanjang perjalanan, Bramantyo terus menggenggam tangan Yasmin dan memanjatkan doa dalam hati. Ia berjanji akan melindungi Yasmin dan calon anaknya dari siapapun yang ingin menyakiti mereka.