Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16: Ramalan Wanita Tua
Lukisan Mei Lin terpampang jelas di tengah pasar, membuatnya merasa aneh dan terkejut. Mei Lin bertanya kepada Rong Sheng, bagaimana mungkin lukisan dirinya berakhir di tengah pasar?
"Sejak kedatanganmu ke istana, banyak pelayan yang melihat bagaimana anehnya dirimu, dan betapa hebat kemampuan yang kau miliki untuk menyembuhkan orang. Para pelayan membawa berita itu sampai keluar istana, dan kemungkinan besar, berita tentang dirimu juga sudah tersebar ke seluruh pelosok negeri."
Mendengar penjelasan dari Rong Sheng membuat Mei Lin menyadari betapa tidak bisanya sebuah rahasia tersimpan di tempat ini. Penyebaran informasi bergerak jauh lebih cepat dibandingkan di zaman Mei Lin.
"Baiklah. Sekarang, kau tunggu dulu di sini. Aku akan masuk ke dalam untuk mencari pelukis yang bisa membantu kita." Rong Sheng menujuk kepada sebuah bangunan megah di tengah pasar, tempat dimana banyak hal bisa dilakukan di sana. Tempat perkumpulan beragama orang, dari bangsawan sampai para bandit dan perampok.
Sesuai dengan perintah Rong Sheng, Mei Lin menunggu di luar, tak ikut masuk ke dalam. Mei Lin menunggu dengan tenang dan sabar, sampai tiba-tiba seseorang meraih tangannya. Seorang nenek tua dengan kedua matanya yang buta, meraih tangan Mei Lin, tak mau melepaskan tangan Mei Lin.
"Biar ku baca garis takdirmu, Nona muda." Wanita itu tampak meraba-raba telapak tangan Mei Lin. Mei Lin berusaha untuk melepaskan tangannya, tetapi, wanita tua itu memiliki tenaga yang jauh lebih besar dibandingkan Mei Lin. Benar-benar aneh!
"Garis takdir yang sangat luar biasa," ucap wanita tua itu, melepaskan tangan Mei Lin kemudian. "Ternyata kau bukan dari zaman ini, Nona muda...."
Samar-samar mendengar kata-kata wanita tua itu, Mei Lin berusaha untuk memperjelas lagi, bertanya tentang apa yang dikatakan oleh wanita tua itu barusan.
"Maksudnya?"
Wanita tua itu tersenyum kecil. "Kau seharusnya tidak datang ke sini, Nak. Ini bukan tempat di mana kau seharusnya berada. Kedatanganmu ke tempat ini mengubah banyak sejarah. Setiap kali kau berusaha merubahnya, maka semakin banyak darah akan tumpah. Jalanmu dilumuri oleh darah, Nak. Berhati-hatilah."
Mendengar kata-kata wanita tua itu, membuat Mei Lin merasa takut. Ia seketika saja terdiam, dan saat ia ingin mengajukan pertanyaan lagi kepada wanita tua itu, wanita tua itu sudah menghilang. Pergi entah ke mana. Mei Lin berusaha untuk mencari, berjalan menjauh dari tempat yang sudah dipilih oleh Rong Sheng—tempat dimana seharusnya Mei Lin menunggu. Tetapi, Mei Lin justru bergerak menjauh dari tempat itu, masuk ke kerumunan orang-orang. Berusaha mencari dimana sosok wanita tua tadi.
"Di mana wanita tua tadi?" Mei Lin kelelahan, sudah berjalan lumayan jauh dari tempat dimana seharusnya dia berada. Keringat membasahi wajahnya, dan tepat ketika angin tiba-tiba bertiupan, kain yang melindungi wajah Mei Lin terbuka, memperlihatkan wajahnya kepada semua orang. Sontak saja, melihat wajah yang tak asing itu, semua orang langsung berlutut, memberikan hormat kepada Mei Lin.
"Tabib agung... tolong berikan berkatmu kepada kami." Salah seorang penduduk berteriak, meminta berkat dari Mei Lin.
Mei Lin, merasa sangat bingung dengan kondisi itu. Bukan hanya bingung, tetapi Mei Lin pun juga merasa sangat tidak nyaman. Dia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa. Dia benar-benar kebingungan saat itu. Dan tepat pada saat kebingungan itu menyerang dirinya, Zhi Ruo datang, menarik Mei Lin menjauh dari kerumunan itu.
Tak sempat bertanya tentang ke mana Zhi Ruo ingin membawa dirinya. Mei Lin hanya berpasrah, mengikuti ke mana Zhi Ruo membawa dirinya.
Menjauh dari area pasar, Zhi Ruo membawa Mei Lin ke tempat yang jauh lebih sepi. Membiarkan Mei Lin mengatur kembali napasnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Zhi Ruo.
Mei Lin mengangguk. "Iya. Kurasa aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah menyelamatkan aku. Jika tidak ada kau, entah apa yang akan terjadi kepadaku. Aku benar-benar tidak bisa menangani situasi seperti tadi. Itu benar-benar gila!"
"Syukurlah jika kau baik-baik saja." Zhi Ruo tersenyum kecil. "Kalau boleh tahu, apa yang kau lakukan di pasar? Kau mungkin tidak tahu, tetapi lukisan dirimu sudah tersebar luas. Orang-orang ingin bertemu denganmu."
"Aku tahu tentang lukisan itu. Tapi, aku benar-benar harus pergi ke sini. Dan lagipula, sebelumnya aku menggunakan penutup wajah. Tapi semua ini gara-gara angin! Jika bukan karena angin, aku tidak akan mungkin bisa dikenali!" Mei Lin hanya bisa menyalahkan angin pada saat itu.
Zhi Ruo yang mendengar itu hanya bisa menahan tawanya. Entah kenapa, tetapi setiap kali Mei Lin berbicara, ia terlihat sangat lucu bagi Zhi Ruo.
"Jika aku tidak salah, kau datang ke sini bersama dengan Pangeran Rong Sheng?" Zhi Ruo berusaha untuk menebak. Dan tebakannya pun betul!
"Iya, benar. Kami berdua datang ke sini untuk mencari seseorang yang ahli dalam melukis. Aku benar-benar membutuhkan seseorang yang bisa melukis. Aku ingin dia melukis wajah kakakku," ungkap Mei Lin.
"Seseorang yang bisa melukis wajah?"
Mei Lin mengangguk.
"Aku bisa," kata Zhi Ruo. "Kenapa harus susah-susah mencari? Aku bisa melakukannya. Aku bisa melukis wajah. Jika kau butuh bantuan, aku bisa melakukannya untukmu."
"Benarkah?" Mei Lin terkejut, sekaligus senang. "Terima kasih banyak jika kau ingin membantu."
"Tidak perlu berterima kasih. Anggap saja ini sebagai bayaran atas ilmu yang telah kau berikan kepadaku. Bahkan, apa yang aku lakukan ini tidak akan cukup untuk membalas jasamu." Zhi Ruo tersenyum dengan cara yang manis.
Mei Lin senang mendengarnya. Tapi yang jadi masalah pada saat ini, Rong Sheng masih ada di pasar, dan Mei Lin tidak bisa kembali ke sana. Karena jika ia kembali, orang-orang di pasar akan kembali heboh karena dirinya.
Zhi Ruo mengerti. "Aku tahu. Kau tidak bisa lagi kembali ke sana. Biar aku yang ke sana, membawa kembali pangeran ke sini. Kau tunggu saja di sini. Ini tempat yang aman. Aku akan segera kembali bersama dengan pangeran."
Mei Lin mengangguk. Kemudian, Zhi Ruo pun pergi, kembali ke pasar untuk membawa kembali Pangeran Rong Sheng. Sedangkan Mei Lin? Dia menunggu di tempat yang aman yang dikatakan oleh Zhi Ruo. Tempat yang sunyi, dan jauh dari keramaian.
Menunggu Zhi Ruo dan Rong Sheng kembali... itu benar-benar membutuhkan waktu yang lama. Mei Lin menunggu sampai ia merasa bosan. Suasana yang aneh di tempat itu, membuat Mei Lin merasa tidak nyaman. Terlebih lagi, ketika ia merasakan ada beberapa pasang mata yang mengamati dirinya. Benar-benar menakutkan.
Dan tepat pada saat itu. "Siapa di sana?!" Mei Lin berteriak, merasakan kehadiran seseorang didekatnya, namun orang itu masih bersembunyi. Tak menujukkan dirinya.
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu