NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 - "AKHIRNYA KAU PULANG... CUCUKU..."

Aruni terus saja memperhatikan sosok itu, sampai mobil berlalu melewati sosok tersebut. Aruni menoleh ke belakang, melihat sosok itu dari dalam kaca belakang mobil. Dan... Semakin jauh mobil melaju, sosok itu pun menghilang perlahan dalam kegelapan. Seolah sosok itu melebur dengan suasana hutan.

Aruni tiba-tiba saja dikejutkan oleh handphonenya yang berdering. Caca yang menyetir pun harus menghentikan laju mobil. Karena handphone yang dipakai untuk membuka Google Map harus diberikan ke Aruni.

"Ar, Ibu lo nelpon nih. Angkat dulu." ucap Caca sambil memberikan handphone itu ke Aruni. Dan Aruni mengangkat telepon Ibunya itu.

"Halo Bu..." sapa Aruni kepada Bu Asih di ujung telepon sana.

"Halo Ar... Gimana? Udah sampe belom?" tanya Bu Asih.

"Sedikit lagi kok Bu, tinggal beberapa ratus meter lagi kayaknya sampe..." jawab Aruni.

"Syukurlah... Bella sama Caca gimana? Aman kan?" tanya Bu Asih kembali.

Aruni sebelum menjawab pertanyaan Ibunya itu, menekan ikon loud speaker. Supaya Bella dan Caca ikut mendengar suara Ibunya.

"Mereka berdua aman Bu, baik-baik aja kok kita bertiga." jawab Aruni. Di susul Bella yang di kursi depan ikut menyapa. "Halo Bu..."

"Eeeh... Halooo Bella... Caca mana suaranya?" ucap Bu Asih.

"Aman Bu... Caca di sini... Siap 86 pokoknya!" sahut Caca dengan meyakinkan.

"Bagus deh kalo kalian aman, kalian udah makan belom?" tanya Bu Asih.

"Udah Bu, tadi berhenti di warung makan kok." jawab Caca.

"Aruni malah terkesima sama si bapak penjualnya tau Bu, kayaknya dia suka deh sama si bapak itu..." tambah Bella mencoba mencairkan suasana.

"Aduh... Jangan jadi pelakor ah Aruni! Gak boleh kayak gitu!" jawab Bu Asih dengan nada suara candanya.

"Gak Bu! Bella boong itu, mana ada aku mau rebut suami orang?!" mata Aruni membelalak sambil tertawa setengah jengkel namun tanpa suara, lalu mencubit lengan Bella di depannya. Bella menahan suaranya sambil meringis sedikit sakit, dan Caca pun tersenyum sambil menutup mulutnya.

"Gimana perjalanan kalian? Gak ada yang ganggu kan?" pertanyaan Bu Asih itu sedikit membuat tiga sahabat itu terdiam sejenak, saling bertukar pandangan di dalam mobil.

"Gak kok Bu, aman semua selama di jalan tadi. Gak ada apa-apa kok..." Aruni menjawab dengan suara yang menenangkan Ibunya di ujung telepon sana. Namun apa yang dirasakan oleh Aruni, Bella, dan Caca, sebenarnya tak sepenuhnya baik. Tapi mereka juga tak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Bu Asih.

"Ya udah, tetap hati-hati ya... Nanti kalo udah sampe di rumah Kakek dan Nenek, harus segera istirahat. Jangan bergadang kalian." Nasihat Bu Asih kepada mereka bertiga.

"Okeee Bu... Siap!" jawab Aruni kemudian.

"Ya udah, Ibu mau tidur dulu ya. Yang penting Ibu udah tau kabar kalian di jalan." ucap Bu Asih.

"Iya Bu. Terima kasih ya udah nelpon. Mmmuahhh!" timpal Aruni. Dan disusul suara Bu Asih juga yang mencium dari kejauhan. Dan Bu Asih menutup teleponnya.

Dan perjalanan pun kembali dilanjutkan. Google Map kembali dibuka dan muncul pemberitahuan bahwa tujuan tinggal 100 meter lagi. Mobil berjalan perlahan karena kontur jalan mulai tak beraspal. Hanya jalanan tanah bercampur bebatuan, ciri khas jalanan di sebuah desa.

Tak lama kemudian, dari kejauhan mulai terlihat lampu-lampu rumah pedesaan. Mobil harus melalui jalan sedikit menurun untuk sampai di sana. Tampaklah pemandangan indah sebuah desa di kaki gunung Lanjani. Perpaduan sempurna antara gemerlap lampu berwarna kuning di desa, langit malam yang cerah sedikit berawan, dan ada beberapa cahaya bintang, tak lupa pula sang bulan menemani. Membuat tiga sahabat itu merasa takjub dengan pemandangan desa itu dari kejauhan saat malam hari. Dan seketika itu pula membuat Aruni, Bella dan Caca, terlupa dengan kejadian aneh yang telah di alami sebelumnya.

Akhirnya mobil pun melewati gapura desa yang hanya terbuat dari tiang kayu bercampur beberapa batang bambu. Di atasnya bertuliskan bahasa daerah yang terkesan kuno, namun Aruni paham apa artinya, "Selamat datang di Desa Lanjani".

Desa Lanjani... Tak banyak rumah warga yang tinggal di sana. Hanya sekitar 40-an rumah saja. Dengan jarak antar rumah agak berjauhan sedikit, karena warganya seperti memiliki pekarangan masing-masing. Suasana yang sangat tenang, asri, dan sejuk. Kaca samping dan depan mobil pun mulai muncul embun sedikit karena hawa dingin khas kaki pegunungan.

"Yang mana rumahnya Ar?" tanya Caca sambil terus mengemudikan mobil dengan perlahan.

"Terus aja Ca, rumah Kakek Nenek gue paling ujung. Pokoknya yang paling besar deh..." jelas Aruni.

Dan tak lama kemudian, mereka sampai diujung jalan desa, tak ada lagi jalan setelahnya, dan nampak lah sebuah pagar rumah yang tak terlalu tinggi, terbuat dari kayu, hanya setinggi pinggang Aruni. Dan nampak pula rumah Kakek dan Nenek Aruni di dalam area pagar itu.

Rumah itu berlantai dua. Walau saat malam hari, tetap nampak rumah itu sangat bersih dan terawat. Seperti ada seseorang yang merawatnya meski Bu Asih dan Aruni tak tinggal di sana.

Aruni turun dari mobil untuk membuka gerbang kayu itu. Lalu membantu Caca untuk memarkirkan mobil tepat di halaman. Dan Bella serta Caca segera keluar dari dalam mobil.

"Eeemmmm... Aaahhh..." suara Bella menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Tanda bahwa ia sangat suka aroma asri pedesaan yang sangat sejuk.

"Gue gak nyangka, ternyata rumah Kakek Nenek lo senyaman ini Aruni." tambah Bela.

"Iya dong, namanya juga di pedesaan, ya beginilah suasananya." Aruni menuju ke bagasi belakang mobil. Di susul Bella dan Caca. Mereka menurunkan satu persatu barang-barang bawaan. Setelah itu, mereka membawa masing-masing tas dan kopernya, lalu mengikuti Aruni dari belakang menuju pintu depan rumah.

Aruni taruh kopernya, dan meraih tas kecil di pinggangnya, mencari kunci yang memang sudah disiapkan oleh Bu Asih.

Dan... ketika Aruni hendak memasukkan kunci itu ke lubangnya, tiba-tiba saja pintu depan rumah itu terbuka sedikit dengan sendirinya.

"Loh... Kok gak dikunci Ar?" Tanya Caca.

"Eh, iya ya, kenapa gak dikunci pintunya ya?" Aruni pun heran.

"Kelupaan kali Ibu lo pas terakhir ke sini, lupa kunci pintunya. Atau mungkin ada orang lain di desa ini yang dititipkan sama Ibu lo buat rawat rumah ini..." Bella mencoba mencari alasan logis.

"Bisa jadi sih... Antara Ibu gue lupa ngunci, atau emang ada orang yang ngerawat rumah ini." sahut Aruni.

"Ya udah buruan masuk, gue udah gak betah nih, mau mandi rasanya." tambah Bella sambil menggaruk lehernya.

Aruni pun membuka pelan pintu rumah itu.

Namun...

Satu langkah kaki Aruni masuk...

Secara samar terdengar di telinga Aruni...

Ada suara menyapanya dengan lembut dari dalam...

"AKHIRNYA KAU PULANG... CUCUKU..."

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!