NovelToon NovelToon
Lima Langkah Takdir

Lima Langkah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Beda Usia / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Alfaira_13

Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.

Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Bubur Ayam

**Tin**!

Suara klakson motor Satya membelah keheningan pagi. Tak lama, suara derit pagar menyusul. Sekar muncul dengan seragam sekolah lengkap dibalut dengan jaket berwarna merah. Sebagian rambutnya dikuncir ke belakang, sementara sisanya dibiarkan tergerai lembut di bahu. Membuat kesan manis seorang gadis. Bagi Satya, terlihat sederhana dan cantik.

"Sabar kenapa sih!" omel Sekar mengunci kembali pagar rumahnya. Kemudian, memastikannya sudah terkunci sekali lagi.

"Cepet, nanti lo yang terlambat! Gua sih gak peduli. Paling nanti lo yang dihukum." Satya, sudah siap menyalakan mesin motornya. Tampilannya sederhana, hanya pakai kaus pendek dan celana panjang yang diambil asal dari lemari bajunya.

Sekar naik perlahan di jok belakang dengan helm yang sudah terpasang. Kemudian menepuk pelan pundak kiri Satya. "Udah, yuk!"

"Fotocopy yang mana?" tanya Satya, melirik ke kaca spion sambil memajukan motornya.

"Yang di deket lampu merah," jawabnya cepat.

"Pegangan!"

Angin pagi menyentuh kulit langsung. Sejuk bercampur hangatnya mentari yang mulai terbit. Masih pukul enam pagi. Rakha sudah berangkat sejak sepuluh menit yang lalu.

Jalan pagi ini cukup ramai. Mungkin karena hari ini adalah hari Senin. Bagi Satya yang sudah terbiasa melaju kencang di jalan, itu bukan masalah. Ia masih bisa mempercepat lajunya. Dan di waktu yang sama, tetap menaati aturan lalu lintas.

"Pelan aja Bang! Gua takut jatoh," omel Sekar. Matanya setengah tertutup. Merasakan embusan angin pagi yang menerpa wajahnya kasar.

"Nanti lo telat," balas Satya. Suaranya beradu dengan desiran angin.

"Masih lama masuknya," cibir Sekar, mengeratkan pelukannya di pinggang Satya.

Satya menunduk sesaat, melihat kedua tangan Sekar yang memeluk pinggangnya erat. Kepalanya menempel di punggung Satya.

Sampai di tempat fotokopi, Satya menunggu di atas motor sambil melihat suasana pagi di sekitar. Anak-anak sekolah yang berangkat bersama, orang tua yang sibuk membeli peralatan sekolah untuk anaknya, dan pedagang kaki lima yang mulai menata dagangannya di atas meja jualan. Sekar hanya butuh waktu beberapa menit untuk membeli sekumpulan kertas hvs, kemudian kembali dengan langkah ringan.

"Udah?" tanya Satya setelah Sekar memegang kedua pundaknya di atas motor.

Sekar menunjukan plastik transparan berisi beberapa lembar hvs. "Udah, cuma butuh hvs doang."

Satya melirik jam tangannya, masih ada waktu sebelum bel sekolah berbunyi. Perutnya meminta diisi. "Kita sarapan dulu."

"Mau bubur ayam ya!" pinta Sekar antusias.

"Tapi gua maunya sarapan ketupat sayur," timpal Satya yang mulai melajukan motornya pelan.

"Gak mau ah," tolak Sekar cemberut. Meski Satya sendiri tak melihat ekspresi Sekar.

"Gua yang nganter, kenapa jadi lo yang ngatur!?"

Sekar dengan manja mengguncang pundak Satya pelan. Tapi cukup untuk membuat Satya hilang keseimbangan di atas motor. "Ihhh bang Satya~"

"Oii... lo mau kita kecelakaan di jalan!?" omel Satya setelah berhasil menyeimbangkan kembali motornya yang sempat oleng karena gerakan Sekar yang tiba-tiba.

"Oke fiks, kita makan bubur ayam berarti!" seru Sekar bersemangat. Satya tak menjawab lagi. Fokus melajukan motornya, kali ini lebih santai.

Warung bubur yang mereka datangi tak terlalu besar, tapi cukup ramai di pagi hari. Kebanyakan siswa sekolah yang tak sempat sarapan. Aroma kaldu ayam dan taburan bawang goreng menyeruak begitu mereka duduk di bangku plastik warna-warni.

"Bu, pesen dua. Yang satu gak usah pake kacang, kerupuknya dipisah," kata Satya pada ibu penjual. Ibu penjual itu mengangguk dan mulai membuatkan pesanannya.

Tak butuh waktu lama, dua mangkuk bubur hangat disajikan. Bubur dengan suwiran daging, daun bawang, dan kerupuk yang disajikan di atas piring terpisah. Satya langsung mengambil sendok, meniup pelan permukaan bubur sebelum menyendok suapan pertama.

Di sampingnya, Sekar juga mulai menyendok bubur tanpa kacang miliknya. "Enak banget," ungkapnya tersenyum lebar.

"Gua tetep lebih milih ketupat sayur," komentar Satya dengan suara pelan.

Sekar mencibir. "Tapi enak kan?"

Satya diam. Tapi Sekar tahu, Satya menikmatinya. Ia hanya terlalu gengsi untuk mengakui. Terlihat dari gerakan tangannya yang tidak berhenti menyendok bubur di mangkuk. Tanpa sadar, Sekar menyunggingkan senyumnya. Melihat bagaimana Satya makan dengan sangat lahap.

"Gua tau—gua ganteng. Tapi gak usah diliatin sambil senyum-senyum gitu!" tegur Satya yang merasa diperhatikan sejak tadi. Tanpa mengalihkan perhatian dari mangkuk bubur miliknya.

Sekar terkesiap. Ia mengalihkan pandangannya. Kembali fokus dengan mangkuk bubur miliknya. "Geer banget lo! gua liatin cara lo makan bubur. Berantakan!"

"Apanya?" tanya Satya, mengambil kerupuk di atas piring dan mengaduknya bersama bubur.

"Bubur tuh gak perlu diaduk," kata Sekar menjelaskan.

"Orang kaya lo yang aneh. Bubur itu harusnya diaduk. Itu perpaduan sempurna namanya."

Sekar tak lagi menjawab. Ia lebih memilih untuk menghabiskan buburnya. Takut terlambat jika terus-terusan bertengkar dengan Satya. Terlebih lagi, Satya tidak mau kalah.

"Guys, pulang sekolah kita mampir dulu ke tempat sewa kostum ya!" ajak Aidan menatap keempat temannya.

"Gak mau ah gua, males banget" tolak Binar cepat.

"Mau ngapain sih emangnya?" tanya Nala sambil mengaduk es jeruk miliknya. Di sampingnya, Niel duduk sambil makan batagor kuah.

Aidan mengangkat alis. "Kalian lupa sama janji yang waktu itu?"

"Janji yang mana?" tanya Nala.

Aidan menepuk keningnya. "Kalian lupa ya? Kan kalian harus jadi model foto gua."

"Kenapa harus ke tempat sewa kostum?" tanya Sekar. Ia mulai mengingat janjinya di Minggu lalu. Saat mereka mendatangi toko donat milik Satya.

Mendengar kostum saja membuat perasaannya tidak nyaman. Ia kembali teringat dengan kostum ayam kuning yang dipakai sebelumnya. Bagaimana jika keempat temannya tahu, Sekar cosplay menjadi ayam belanja di supermarket?. Hancur sudah harga diri seorang Sekar Ayu.

"Gua mau suasana foto yang beda, jadi kalian semua harus pake kostum yang bakal gua pilihin!"

"Kostumnya apa?" tanya Sekar ragu. Suaranya mengecil.

"Itu... Rahasia."

Niel berhenti menyendok batagor miliknya. "Kalian aja. Pulang sekolah, gua mau nyalin catatan."

Nala memutar bola matanya malas. Melirik sinis sang kekasih, yang menurutnya—terlalu gila belajar. Memang positif, tapi menurutnya, Niel terlalu berlebihan.

"Jangan sering-sering belajar. Nanti lo mati muda," sahut Sekar.

"Justru kalo gak sering belajar dari sekarang. Nanti gagal di usia muda," balas Niel tak mau kalah.

Sekar diam. Merasa keempat temannya menatap di waktu bersamaan. Sekar sendiri tidak menyangkal, ia memang malas belajar. Mungkin, jika ada tugas dan ujian saja ia mau membuka kembali catatannya.

"Sehari aja lo libur! Gak bakal ilang juga tuh pelajaran dari otak lo," cemooh Nala.

"Iya. Kita buat foto kenang-kenangan," sambung Aidan menyetujui.

"Kaya mau pisah aja," celetuk Sekar.

"Ya kalo kita udah lulus kan bakal pisah," kata Binar.

Sekar mengaduk siomay miliknya dengan garpu, menyuap sekali—lalu menjawab. "Masih ada satu tahun lagi."

"Tapi... jangan kostum ayam ya," sahutnya lagi.

Hening sesaat. Kemudian, keempatnya tertawa bersamaan. Sedangkan Sekar merengut sebal. Mereka tak tahu saja apa yang sudah dialami Sekar sebelumnya.

Aidan menggelengkan kepalanya. "Gua gak kepikiran ke kostum ayam sih!"

"Lagian lo aneh aja! Buat apa kostum ayam!?" tanya Niel yang juga tak habis pikir dengan ucapan Sekar.

"Tenang. Tema fotonya bagus ko," kata Aidan meyakinkan.

Binar menyenggol lengan Sekar pelan. "Tapi kalo lo tertarik jadi ayam... kayanya lucu juga."

Seketika, tawa keempatnya mendominasi area kantin. Dan hanya Sekar yang diam tanpa suara. Penampilannya saat menggunakan kostum ayam dan membeli barang di supermarket masih teringat jelas di benaknya. Bagaimana wajah puas Satya melihat dirinya menderita. Dan orang-orang di sekitar yang menatapnya sambil menahan tawa.

1
Eli sulastri
apa nantinya mereka jadi pasangan kekasih?
Alfaira: Boleh ditebak2 sendiri 🫰🏻 tapi keknya udah ketebak sii 😅
total 1 replies
Eli sulastri
bahagianya liat adik kakak akur
Alfaira: Haruss dong kakakk, kan tetap keluarga 🫰🏻
total 1 replies
Roxanne MA
haii ka aku mampir nih, yuk mampir juga di novel ku yang berjudul "dokterku berprofesi menjadi banci" kita bisa saling support ya kak salken
Alfaira: boleh bangett kakkk
total 1 replies
Roxanne MA
haha lucu bngt nih couple
Roxanne MA
haha maksa banget
Roxanne MA
bisa bisanya dia ngomong kaya gitu
elica
wihh kerenya✨❤️
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
elica: jangan lupa like nya juga ya kak❤️
Alfaira: Seneng bangettt. bolehh ko. aku baca karyamu juga yaaa walaupun gak langsung semua 😚
total 2 replies
Reaz
tetap semangat thor.../Ok//Good/
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Alfaira: wahhh bolehhh bangettt, ditunggu ya kedatanganku pas lagi senggang
total 1 replies
Bulanbintang
Sedikit masukan, Kak. Di kalimat ... dari makam Rinjani, Satya berhenti.
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉
Bulanbintang: gk papa, emang suka kelewat aja biasanya. 😄
Alfaira: makasiii, akuu revisi 🫡 masih suka gak fokus kadang
total 2 replies
Bulanbintang
Greget sama nama kontaknya. Mana bacanya sambil ngegas pula. 😂😂🤣
Alfaira: hihiii , gak ngegas gak asik kak di hidupku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!