NovelToon NovelToon
Obsesi CEO Psikopat

Obsesi CEO Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mantan Perawat

Aluna gadis yatim piatu berusia 21 tahun, menjalani hidupnya dengan damai sebagai karyawan toko buku. Namun hidupnya berubah setelah suatu malam saat hujan deras, ia tanpa sengaja menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya. Di sebuah gang kecil ia melihat sosok pria berpakaian serba hitam bernama Darren seorang CEO berusia 35 tahun yang telah melenyapkan seorang pengkhianat. Bukannya melenyapkan Aluna yang menjadi saksi kekejiannya, Darren justru membiarkannya hidup bahkan mengantarnya pulang.

Tatapan penuh ketakutan Aluna dibalik mata polos yang jernih menyalakan api obsesi dalam diri Darren, baginya sejak malam itu Aluna adalah miliknya. Tak ada yang boleh menyentuh dan menyakitinya. Darren tak ragu melenyapkan semua yang pernah menyakiti Aluna, entah itu saat sekarang ataupun dari masa lalunya.

Ketika Aluna perlahan menyadari siapa Darren, akankah ia lari atau terjatuh dalam pesona gelap Darren ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mantan Perawat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.16

©Di Dalam Mobil : Aluna Tertidur Dalam Perjalanan©

Darren melirik ke sisi penumpang. Aluna tertidur dengan kepala menyandar ke pintu mobil, napasnya teratur, sesekali bibirnya sedikit terbuka. Piyama beruang yang dikenakannya semakin menambah kesan polos dan kekanakan.

Darren terkekeh kecil. "Baby Chubby..." gumamnya pelan.

Tangannya tetap mantap di kemudi, tapi pikirannya sudah jauh ke depan. Perlahan tapi pasti, ia akan membuat Aluna nyaman. Sedikit demi sedikit, gadis kecilnya ini akan terbiasa dengan kehadirannya.

Gadis ini miliknya.

Darren berbelok ke arah kos Aluna. Lima menit kemudian, mobilnya berhenti tepat di depan bangunan kos yang sederhana. Ia menepikan mobil, mematikan mesin, lalu menoleh ke samping.

Aluna masih tertidur.

Darren menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya keluar dari mobil. Ia berputar ke sisi pintu penumpang, membuka pintunya, lalu menepuk pipi Aluna pelan.

"Baby Chubby, bangun."

Aluna mengerjapkan matanya. Saat pandangannya mulai jelas, ia menyadari wajah Darren begitu dekat dengannya. Bibirnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari pria itu.

"E-Ekh..! Kak Darren!" Aluna langsung mundur, pipinya memerah.

Darren hanya tersenyum miring, kemudian membuka seat belt Aluna tanpa berkata apa-apa. Setelahnya, ia menggenggam tangan gadis itu, menariknya keluar dari mobil.

Begitu berdiri di luar, Darren membantu melepas mantel yang tadi disampirkannya di bahu Aluna.

Di atas balkon lantai dua, Rayyan melihat semuanya.

© Di Balkon Kos Lantai Dua : Rayyan Memanas ©

Rayyan yang sejak tadi menunggu kepulangan Aluna, kini bisa melihat pria yang mengantarnya dengan jelas.

Darren Arvanindra.

Kemeja hitam dengan dua kancing atas terbuka, lengan digulung hingga siku, celana hitam, jam tangan mewah yang harganya mungkin bisa membeli gedung kos ini tiga kali lipat.

Rayyan mengingat ucapan Reta.

"Rayyan? Hah! Itu mah cuma butiran upil semut."

Darah Rayyan mendidih. Dan kini, ketika melihat Darren membantu melepas mantel Aluna, kemarahan dalam dirinya semakin meledak.

Cukup.

Rayyan turun dari lantai dua, melangkah cepat menuju lantai satu.

©Depan Pintu Kos : Cemburu Rayyan Berakhir Debat©

Saat Rayyan tiba, Darren baru saja mengantar Aluna ke depan pintu kosnya.

"Aluna!" Rayyan memanggil dengan nada tajam.

Aluna menoleh, Darren bersandar santai di tiang teras, menatap Rayyan dengan ekspresi datar.

"Kenapa jam segini baru pulang?" Rayyan bertanya, nada suaranya penuh tuntutan.

Aluna mengerutkan kening. "Aku habis makan malam sama kak Darren. Memangnya kenapa kalau aku pulang jam segini? Aku juga sering pulang kerja jam sebelas dari toko buku."

Rayyan menghela napas panjang. Matanya bergeser ke Darren yang hanya diam, tapi auranya terasa mengintimidasi.

"Kau selalu menolak ajakanku untuk jalan, tapi dengan orang baru, kau langsung mau?" suara

Rayyan sedikit bergetar. "Apa masalahnya? Atau... kau memang cewek matre? Giliran CEO kaya yang ajak, langsung setuju?"

Aluna membeku. Kata 'matre' itu menusuk hatinya. Bibirnya bergetar, matanya berkaca-kaca.

Darren yang sejak tadi diam, kini rahangnya mengeras.

Dengan suara pelan, Aluna akhirnya berbicara, "Apa maksud kak Rayyan? Kenapa aku disebut matre?"

Rayyan tak menjawab.

Aluna mengepalkan tangannya. "Aku menerima ajakan kak Darren bukan karena uangnya! Tapi karena dia menyelamatkanku hari ini! Kalau kak Darren dan temannya tidak datang siang tadi, aku mungkin sudah mati! Apa salah kalau aku makan malam dengan orang yang menyelamatkan nyawaku?"

Rayyan terdiam.

© Kamar Kos : Reta & Yumna Menguping ©

Sementara itu, di dalam kamar kos, Reta dan Yumna yang sejak tadi menguping langsung menekan mulut mereka sendiri.

"Ini panas, Yum."

"Ini... ini udah bukan drama dunia novel lagi, Ret! Ini FTV Indosiar!"

© Ancaman Dingin Darren©

Darren akhirnya bergerak. Ia berdiri tegak, mendekati Rayyan.

Rayyan refleks mundur, tapi Darren lebih cepat.

Dalam hitungan detik, tangan Darren sudah mencengkeram kerah baju Rayyan, menariknya mendekat.

"Kau tidak punya hak untuk berbicara seperti itu pada Aluna," suara Darren begitu datar, tapi setiap kata terdengar mengancam.

Rayyan menelan ludah.

Darren menatapnya lebih dalam. "Dan kau tahu? Aku tidak masalah jika Aluna matre."

Rayyan mengerjap.

Darren tersenyum tipis, tapi matanya dingin. "Bukan matre,lebih tepatnya hanya realistis. Jika dia ingin menghabiskan uangku, aku tidak keberatan. Aku punya banyak,punya segalanya. Tidak akan habis tujuh turunan,selama orangnya adalah Aluna."

Darren mendekatkan wajahnya ke telinga Rayyan."Kata 'matre' hanya keluar dari mulut pria dengan banyak omong kosong... tapi dompet kosong."

Rayyan terdiam.

Darren melepaskan cengkeramannya, lalu berbalik, menunduk menghapus air mata Aluna.

© Kamar Kos : Reta & Yumna,Fans Fanatik ©

Reta dan Yumna saling sikut di dalam kamar.

"RET, AKU DULUAN YANG KENA SERANG! GILA, BARU NONTON DOANG UDAH PENGEN PINGSAN!"

"INI SUMPAH KELAS BERAT, YUM! CINTA DAN DOMPET ADALAH KEKUATAN UTAMA!"

Mereka akhirnya keluar dari kamar.

Yumna langsung menarik lengan Rayyan. "Udah, balik kamar. Mulutmu tuh ember, maksa lagi! Nyebelin!"

Rayyan tak bisa melawan. Ia hanya bisa pasrah saat Yumna menyeretnya ke tangga agar naik ke lantai dua.

Sementara itu, Reta menoleh ke Darren. "Ehm, permisi, Pak Darren. Maaf soal Rayyan tadi."

Darren tidak menanggapi. Ia hanya menatap Aluna, mengacak rambut gadis itu, lalu berkata, "Tidurlah. Jangan pikirkan apa pun."

Aluna mengangguk pelan.

Reta menyikut Yumna, lalu keduanya langsung menarik Aluna masuk ke dalam kamar mereka.

Darren melangkah menuju mobilnya.Begitu masuk ke dalam, ia menghidupkan mesin.Dan dengan senyum dingin di wajahnya, Darren melaju pergi.

© Di Dalam Kamar Kos Reta : Sesi Ghibah Dimulai ©

Aluna duduk di kursi kecil dengan gelas air putih di tangannya. Matanya masih sembab, tapi setidaknya suasana hati sudah lebih baik berkat Reta dan Yumna yang terus berceloteh.

"Jadi, jadi..." Yumna menyenggol Aluna. "Kalian makan malam di mana tadi? Jangan bilang restoran mahal gitu."

Aluna menyesap air putihnya sebelum menjawab, suaranya masih sedikit serak. "Di... villa pribadinya kak Darren."

Glek!

Reta yang sedang makan keripik hampir tersedak. Yumna langsung menepuk punggungnya sambil menatap Aluna dengan mata berbinar.

"V-Villa?! PRIBADI?!" Reta hampir berteriak.

"Iya..." Aluna mengangguk pelan. "Di dekat pantai... Kak Darren bilang aku butuh ketenangan setelah kejadian tadi siang."

Yumna langsung membanting bantal kecil ke lantai. "GILA! PAK DARREN EMANG GAK ADA OBENG!"

Reta ikut mengangguk heboh. "IYAAA! LUAR BIASA! Gak cuma nyelametin, dia juga langsung bantu nenangin?!"

Aluna tersenyum kecil, tapi segera menghela napas. "Aku tadinya mau ganti baju, tapi kak Darren bilang nggak apa-apa..."

Yumna langsung ngakak. "JADI KAMU MAKAN MALAM DI VILLA MEWAH DENGAN PIYAMA BERUANG INI ?!"

Aluna mengangguk pelan, sementara Yumna sudah tertawa sampai memeluk perutnya. Reta juga tidak kalah heboh.

"Sumpah, Lun! DARREN ITU UNREAL,DIA PASTI TOKOH FIKSI DARI NOVEL VIP YANG TERLEMPAR KE DUNIA NYATA !" Reta berkata sambil memakan keripik lagi.

Tiba-tiba Yumna menyipitkan mata. "Tapi ya... dibanding si upil semut sih, pak Darren jauh lebih unggul."

Aluna mengerutkan alis. "Upil semut?"

Yumna menyeringai. "Rayyan."

Reta tertawa terbahak. "Sumpah, Yum! Itu julukan paling ngena! Si upil semut yang mulutnya kayak keranjang bocor!"

Yumna mengangguk mantap. "Besok lihat aja, aku bakal kasih dia pelajaran!"

Aluna langsung panik. "Jangan, kak Yumna! Nanti kak Rayyan makin marah!"

Yumna melipat tangan di dada. "Biarin! Harus dikasih pelajaran! Udah ceplas-ceplos, nyebelin lagi!"

Reta menyikut Aluna pelan. "Lagian, jujur deh, Lun. Setelah dia bilang kamu matre tadi, kamu masih peduli sama dia?"

Aluna terdiam.

© Kamar Kos Rayyan : Penyesalan Yang Terlambat ©

Rayyan menatap langit-langit kamarnya, merasa frustrasi.Kenapa dia sebodoh itu? Kenapa dia menyebut Aluna matre?

Rayyan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kata-kata Darren masih terngiang di telinganya.

"Bukan matre. Lebih tepatnya hanya realistis. Jika dia ingin menghabiskan uangku, aku tidak keberatan."

Giginya terkatup rapat. Darren benar-benar mempermalukannya di depan Aluna. Dan sekarang? Pasti Aluna semakin menjauhinya.

"Aku harus minta maaf..." gumamnya pelan.

Tapi bagaimana caranya?

© Di Markas Darren : Malam Yang Penuh Darah ©

Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tatapannya tajam, bibirnya menyunggingkan senyum iblis.

"Bocah sialan itu beruntung ada Aluna di sana. Kalau tidak, dia sudah aku lenyapkan.Tunggu saja waktunya,aku akan bermain sedikit denganmu bajingan,kau sudah membuat 'Baby Chubby-ku menangis."

Mobilnya berhenti di depan markas. Tanpa ragu, ia keluar dan berjalan masuk.Di dalam, Hernan dan Arga sudah menunggunya.

"Bos, semuanya sudah siap," kata Hernan sambil menyeringai.

Darren mengangguk. "Bawa aku ke bawah."

Mereka bertiga melangkah menuju penjara bawah tanah. Udara di sana dingin, lembab, dan dipenuhi aroma besi karat bercampur darah.

Arga berbisik pelan di telinga Hernan." Sepertinya suasana hati bos sedang buruk."

Begitu tiba di sel utama, teriakan terdengar.

"LEPASKAN KAMI!" Ayah Yasmin mengguncang jeruji.

Ibu Yasmin menangis tersedu. "Kumohon, Tuan... lepaskan Yasmin. Dia hanya khilaf..."

Darren tertawa pelan, suara yang membuat bulu kuduk meremang. "Lucu sekali. Begitu mudahnya kalian memohon setelah Yasmin mencoba membunuh kesayanganku."

Hernan dan Arga tertawa kecil di belakangnya.

Darren menatap Zion, salah satu penjaga setianya. "Bawa Yasmin ke sini."

Zion mengangguk, lalu berjalan menuju ruangan khusus tempat Yasmin dikurung. Beberapa menit kemudian, Yasmin sudah duduk di depan Darren, terikat di kursi besi yang dingin. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetar ketakutan.

Darren menatapnya dengan dingin. "Kau seharusnya tahu, Yasmin. Aku sudah memperingatkanmu. Tidak ada yang boleh menyentuh Aluna."

Yasmin membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar.

Darren melirik Zion. "Belati."

Zion menyerahkan sebuah belati kecil dengan gagang berukir. Darren memutarnya di tangannya, lalu menatap orangtua Yasmin.

"Lihat baik-baik. Aku akan memberikan pelajaran pada putri kalian."

Dalam satu gerakan cepat, Darren menyayat lengan Yasmin.

"AARGH!!" Yasmin berteriak kesakitan.

Darah mengalir deras, menetes ke lantai. Darren tersenyum miring, mengangkat dagu Yasmin dengan ujung belati.

"Kau merasa sakit?" suaranya rendah dan berbahaya. "Bagus. Itu hanya seujung kuku dari apa yang kau coba lakukan pada Aluna."

Ibu Yasmin menangis semakin keras. "Kumohon... jangan sakiti anakku..."

Darren mendesah, seolah bosan. "Sudah kubilang, aku tidak suka permohonan sia-sia."

Arga terkekeh. "Bos, mau lanjut atau kita buat permainan lain?"

Darren menatap Yasmin yang masih terisak. Lalu, ia tersenyum tipis. "Aku belum puas. Tapi untuk malam ini, cukup. Biarkan dia merasakan luka itu sampai besok."

Zion dan Hernan mengangguk, menarik Yasmin kembali ke ruangan khusus.

Darren menoleh ke orangtua Yasmin. "Nikmati malam kalian. Ini baru permulaan."

Lalu, dengan langkah santai, ia berjalan keluar dari penjara bawah tanah, meninggalkan suara tangisan dan erangan kesakitan di belakangnya.

Begitu tiba di ruang utama, Darren menghela napas dan duduk di sofa besar. Ia merogoh ponselnya, membuka galeri foto.

Di sana, ada foto Aluna,tersenyum dengan pipi chubby-nya yang menggemaskan.

Darren menyentuh layar dengan lembut, senyum dingin masih terukir di wajahnya.

"Baby Chubby... aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu,termasuk bajingan kecil tadi."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!