Sebelum baca sebaiknya baca novel aku yang berjudul, Love You Kak Kenan. soalnya cerita ini ada kaitannya dengan cerita tersebut.
🕊️🕊️🕊️
Kevano Aiden Alaska, adalah seorang pemuda yang kejam dan apa yang ia inginkan harus di turuti. Ia mencintai seorang gadis yang bernama Vania Keyla Clarissta.
Vania adalah seorang gadis yang sangat baik, akibat kebaikannya orang di sekitanya memanfaatkannya dan selalu menjadi bahan bullying di sekolahnya. Ia sangat takut kepada Aiden dan membenci sosok Aiden.
Raiden Azra Alaska, Raiden merupakan adik dari Aiden dan sifatnya berbanding terbalik dengan Aiden, Raiden sangat ceria dan ramah, ia juga mencintai Vania tetapi dalam diam dan tidak berani mengungkapkan perasaannya.
kalau kalian suka, baca langsung ajalah.
ig: fj_kk17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriishn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Putus
HAPPY HAPPY AJAAA ~~~~
Sudah satu Minggu Vania tidak sekolah dan pada hari ini ia sekolah di antarkan oleh ibunya. "Kamu baik baik ya nak sekolahnya, ibu gak bisa jemput kamu pulang sekolah dan kamu hati hati di jalan pulang." Ujar Emma.
"Iya Bu, Vania sekolah dulu ya?" Pamit Vania sembari menyalim tangan ibunya.
Vania melangkah memasuki sekolahnya dengan langkah pelan dan senyum yang selalu ia tampilkan.
Ia berjalan menuju kelasnya dengan santai tanpa banyak drama seperti hari hari yang lalu.
Saat memasuki kelasnya ia disambut dengan sapaan Rani dan Riska, "haiii Vaniii... Gimana keadaan kamu?" Tanya Rani begitu antusias hingga memutar-mutar badan Vania.
"Aku udah sembuh kok! Buktinya aku udah sekolah." Ujar Vania tersenyum mendengar ucapan Rani yang mengkhawatirkannya.
"Lo tau Van?" Tanya Riska menjeda ucapannya.
"Engga!" Ujar Vania dengan polos.
"Yah iya, orang gue belum kasih tau." Ucap Riska.
"Emangnya apa?"
"Kakaknya kak Raiden sekolah di sini dan tiap hari selalu nanya tentang Lo Van! Dan juga kak Raiden ikut juga, Lo ada masalah apa sama mereka?" Tanya Riska.
"A-ku g-ak punya hubungan apapun sama mereka." Gugup Vania dengan bohong.
"Kalau kamu gak punya hubungan apa-apa, kenapa kamu selalu di cariin? Apa jangan jangan kamu punya utang sama mereka?" Tanya Rani.
"A-ku beneran gak ada hubungan apapun dan gak punya utang juga sama mereka."
"Lalu kenapa kamu panik?"
"Aku gak tau!"
Setalah mengatakan itu, bel pertanda masuk berbunyi, Vania dan kedua temannya sudah diam dan menunggu guru datang.
Pelajaran hari ini adalah pelajaran bahasa Indonesia, mata pelajaran yang sangat disukai oleh Vania sejak dulu.
Guru di depan menerangkan pembelajaran hingga bel istirahat berbunyi, tetapi 5 menit sebelum bel itu berbunyi, Vania sudah keluar dengan alasan ke kamar mandi.
Nyatanya Vania bukan pergi ke toilet, ia melangkah pergi menuju perpustakaan untuk bersembunyi. Ia takut semua temannya tau, apa hubungannya dengan kedua kakak beradik itu.
Rencananya ingin menghindar dari keduanya, tetapi ia malah harus di pertemuan dengan Aiden yang sedang berkutat dengan buku pelajaran di salah satu meja perpustakaan. Vania panik dan hendak keluar dari sana.
Tapi naasnya, terlebih dahulu Aiden melihat. "Woi Vani? Sini." Panggil Aiden menggunakan tangannya.
Vania gugup, "kenapa harus ketemu kak Aiden sih?" Batinnya kesal.
Vania melangkah mendekat Aiden, "k-enapa kak?"
"Lah ngapain Lo nanya gitu?" Tanya Aiden balik bertanya.
Vania seketika kiku, "oh iya, aku kesini cuman mau ngambil buku..." Vania tampak binggung hendak mengambil buku apa. "Ahh iya buku Biologi?" Ujar Vania membaca salah satu buku paket yang berada di dekatnya.
Aiden tertawa mendengar ucapan Vania, "hahaha Lo kan IPS, kelihatan sih bohongnya." Ujar Aiden geleng-geleng.
Vania meratapi kebodohannya yang tidak bisa terkontrol.
"Lo kesini mau ngapain?" Tanya Aiden menatap Vania dengan datar.
Vania yang tidak biasa mendapatkan tatapan seperti itu menunduk takut, "a-ku pengen sembunyi kak." Ujar Vania dengan jujur.
Aiden terlihat binggung mendengar perkataan Vania, "Sembunyi? Sembunyi dari siapa? Lo dibully?"
Vania menggeleng, "kakak gak perlu tau."
"Gue harus tau lah, gue pacar Lo! Wajar gue harus tau apa yang terjadi sama pacar gue."
"Itukan kemauan kakak sendiri, bukan aku." Batin Vania, ingin rasanya Vania mengatakan hal itu, tapi ia takut dan hanya bisa terdiam.
"Kenapa diam?" Tanya Aiden membuyarkan lamunan Vania.
"Aku pengen hubungan kita private ya kak?"
"Kenapa?"
"A-ku malas di tanya ada hubungan apa sama kamu."
"Oke! Tidak jadi masalah." Ujar Aiden mengangguk membuat senyum Vania mekar.
"Terimakasih kak." Ucap Vani dibalas anggukan oleh Aiden.
"Sekarang jujur sama gue! Siapa yang buat Lo takut dan harus sembunyi di sini?"
"Kakak!"
Aiden terkejut sembari menunjuk dirinya sendiri, "k-enapa gue?" Tanyanya.
"Wajah kakak seram, aku takut." Ujar Vania mengigit bibir bawahnya.
"Semenyeramkan itu ya wajah gue??"
Vania binggung hengkang menjawab apa, ingin bohong tapi gak bisa. "Maaf kak tapi aku akan berusaha kok." ujar Vania memberi keyakinan.
Aiden mengangguk mengerti akan perkataan Vania.
🕊️🕊️🕊️
Sedangkan Raiden, ia berjalan beriringan dengan Marcel menuju kelas Vania.
Sesampainya di sana, ia melihat kelas itu yang tampak sepi dan hanya tersisa satu dua orang saja, "Lo sebenarnya nyari siapa sih Rai? Satu Minggu kita bolak-balik kesini." Kesal Marcel.
"Ada Lo diam aja!"
"Dek, saya mau nanya Vania udah masuk sekolah belum?" Tanya Raiden kepada salah satu siswa yang ada di kelas tersebut.
"Udah kak, cuman tadi dia izin ke kamar mandi sebelum bel istirahat berbunyi dan sekarang kami gak tau dia di mana." Jelas siswa tersebut dengan sopan.
"Ohh gitu ya dek, makasih." Ujar Raiden melangkah pergi meninggalkan kelas itu.
"Apa gue ada salah?" Batinnya.
🕊️🕊️🕊️
Pulang sekolah Vania sengaja lama untuk menghindari Aiden dan Raiden. Saat ini ia berjalan di koridor dengan langkah santai, di sekolah masih tertinggal beberapa murid yang ikut ekstrakulikuler.
"DORR!" Teriak Raiden yang tiba-tiba datang mengagetkan Vania.
"Astaga..." Kaget Vania.
"Lo kenapa ngilang?" Tanya Raiden menyamakan langkahnya dengan Vania.
"Ngilang? Maksud kakak gimana?" Tanya Vania kebingungan.
"Lo menghindari gue kan?"
"I-ya."
"Kenapa? Gue ada salah? Atau ada perkataan gue yang melukai hati Lo?" Tanya Raiden bertubi-tubi.
"Kak? Aku mau kita putus!" bukannya menjawab Vania malah mengatakan hal demikian.
Mendengar ucapan Vania, membuat langkah Raiden berhenti. Sama halnya dengan Vania.
"Kenapa? Ada yang gak terima sama hubungan kita? Bilang sama gue? Lo di bully gara-gara gue atau apa Van?"
"Bukan itu kak! Cuman aku memang pengen putus sama kamu!"
"Apa alasannya?"
Vania menarik nafasnya panjang dan membuangnya agar ia lebih rileks, "aku gak kenal sama kak Rai dan surat itu! Itu bukan punya aku, dan kejadian itu semuanya salah paham kak. Surat itu resmi punya Diva, kalau kakak terima aku itu artinya kamu terima Diva. Dan aku gak pengen pacaran kak, aku harap kakak lupakan hal ini dan aku mohon anggap aku hanya sebatas murid yang lainnya, terimakasih." Ucap Vania panjang lebar sembari memberikan kalung pemberian Raiden kepadanya sewaktu ia menang lomba melukis.
Setelah memberikan kalung itu Vania bergegas pergi meninggalkan Raiden yang terdiam mematung, sangat sulit mencerna perkataan Vania dan itu jauh lebih sakit di banding apapun. "Oke kalau itu mau Lo? Lo kira Lo udah secantik apa? Sok sokkan bilang gitu." Ucap Raiden dengan songong dan masih bisa Vania dengar.
Vania yang mendengarnya hanya acuh dan fokus kejalannya, ia berharap perkataan Aiden benar benar jujur dan Aiden tidak menyimpan perasaan untuknya.