Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 16
Sandra menerima ajakan Leo untuk mencari udara segar di tengah panasnya malam ini. Meski begitu Sandra tetap menolak ajakan Leo untuk menjalin hubungan. Karena dia tidak mau menyakiti Leo.
Tempat makan pinggir jalan menjadi pilihan keduanya, hanya menikmati segelas dinginnya es jeruk yang menyejukkan tenggorokan.
"Kau sudah mendapatkan pekerjaan lagi belum?."
"Sudah, baru tadi aku mendapatkan tawaran pekerjaan dan aku langsung mengiyakan."
"Wow, selamat Leo. Kau memang layak mendapatkannya."
"Terima kasih."
"Tapi di perusahaan mana kau bekerja?."
"Pak Arya yang menewariku untuk posisi manager keuangan."
"Hebat dong."
"Iya, itu karena kedua orang tuaku yang terus mendukungku."
Seketika obrolan terhenti karena ada seorang pengamen yang bersuara merdu menyanyi di hadapan mereka. Leo dan Sandra ikut bernyanyi dengan pengamen yang terus memainkan gitarnya. Keduanya begitu menikmati suasana malam itu.
Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang, Leo yang mengemudikan kendaraannya.
"Kau dan Pak Damian bagaimana?."
"Aku tidak ingin mengatakan apapun tentangnya."
Leo tersenyum. "Baik, tapi bagaimana dengan Pak Noval?."
Sandra mengangkat bahu, dia juga malas membicarakannya.
"Aku lebih senang kau dengan Pak Noval kalau kau mau. Ya...walau usia kalian terpaut jauh. Tapi seharusnya itu tidak masalah. Pak Noval single sementara Pak Damian dia seorang suami dan juga seorang ayah."
Sandra tidak merespon, dia lebih senang menatap jalanan yang lancar. Leo sudah berada di lobi, hanya sampai di sana dia mengantar Sandra. Kemudian Sandra masuk ke dalam yang akan membawanya sampai ke unit apartemen.
*
Sandra yang sedang sibuk di ruanganan Damian harus terganggu dengan kedatangan Pak Noval, Juwita dan Aurora. Dia hendak keluar dari sana tapi Pak Noval melarangnya, justru di temani Pak Noval yang duduk di sebelahnya. Jadi dia berada di antara mereka. Aurora terlihat begitu manja pada Damian.
"Besok aku ulang tahun, Papa."
"Papa tahu."
"Aku mau minta hadiah."
"Hadiah apa, sayang?."
"Besok saja aku mintanya kan ulang tahunnya besok."
"Oke."
"Aku juga meminta hadiah dari Mama."
"Katakan saja kau mau apa, sayang?."
"Kalian janji akan memberikannya untukku?."
Keduanya pun menjawab bersamaan. "Tentu saja, sayang."
Sandra terharu dengan interaksi Aurora dan Damian, sudah seharusnya mereka bahagia tapi dia juga mau bahagia bersama Damian. Dia pun ingin memiliki Damian seutuhnya dan membangun sebuah keluarga. Pak Noval yang menyadarinya itu tersenyum dan bicara pada Sandra.
"Kau bahagia melihat mereka?."
"Tentu saja saya bahagia."
"Semoga mereka tetap bersama seperti itu."
Sandra terdiam, tidak merespon perkataan Pak Noval. Rasanya sangat tidak rela.
Tidak lebih dari satu jam Pak Noval, Juwita dan Aurora di sana sebab Damian harus meeting. Tapi sebelum pulang Juwita sempat bicara pada Sandra, mengundang perempuan itu untuk hadir di acara ulang tahun Aurora yang akan diadakan di rumah. Tentu saja Sandra akan menghadirinya meski harus mengesampingkan perasaannya.
"Meetingnya sudah akan dimulai, bos."
"Iya, saya ke sana sekarang."
Sandra dan Damian keluar dari ruangan kerja, tapi mereka berpisah di depan ruang kerja Sandra karena perempuan itu tidak memiliki kepentingan di sana. Sandra mengambil cincin dari dalam tasnya, menatap sendu benda berkilau itu.
Malam pun datang, Sandra sudah berada di apartemen. Dia berdiam diri di dalam kamar dengan pikiran yang terus berkecamuk. Rasanya tidak ingin apapun selain bisa keluar dari masalah yang dibuatnya sendiri, jatuh cinta pada bosnya dan rela menjadi simpanannya.
Tepat pukul dua dini hari Damian masuk ke dalam kamar. Dia menemukan perempuan itu masih menggunakan pakaian yang tadi pagi, berdiri menghadap ke jendela yang terbuka sedikit.
"Kau masih belum tidur?."
"Saya belum mengantuk."
"Apa yang kau pikirkan?."
"Tidak ada."
"Jangan bohong, saya tahu pasti ada yang menganggu pikiranmu."
Sandra menoleh ke arah suara. Mendekatinya lalu berdiri di depan pria itu sembari tersenyum. Sebuah ciuman hangat Sandra berikan Damian, pria itu membalasnya dengan penuh perasaan. Sisa malam itu menjadi milik mereka berdua.
Sandra terbangun dari tidur nyenyaknya menjelang siang, tidak ada Damian lagi di sisinya. Dia pun menghela napas panjang dan segera bersiap pergi ke acara pesta ulang tahun Aurora.
Kali ini Sandra melihat ada banyak anak-anak yang sangat lucu dan menggemaskan, selain itu cantik dan tampan. Dia menyerahkan hadiah ulang tahun untuk Aurora.
"Selamat ulang tahun, Aurora."
"Terima kasih, Aunty Sandra."
Perayaan ulang tahun Aurora begitu sangat meriah, nyanyian selamat ulang tahun menggema di dalam rumah itu untuk princess Aurora yang berbahagia. Juwita sangat sibuk dengan Aurora dan teman-temannya sehingga tanpa sadar Damian dan Sandra telah menghilang dari acara tersebut. Mereka berada di kamar yang digunakan Damian setelah menggugat cerai Juwita. Damian masih belum mau melepaskan ciumannya sampai Sandra hampir kehabisan oksigen.
"Kau gila, bos!."
Damian mengelap saliva yang yanh berada di sekitar bibir Sandra yang kini tampak tebal.
"Saya sangat menyukainya."
"Tapi ini tidak baik!."
"Siapa suruh kau begitu menggoda?."
Sandra tersenyum tapi jujur dia tidak ingin berada di sini saat momen bahagia untuk Aurora. Rasanya dia tidak sejahat itu.
Sandra pun merengek pada Damian. "Lebih baik kita segera keluar bos sebelum ada yang melihat kita."
Bukannya mengabulkan permintaan Sandra justru pria itu mengangkat bawah gaun Sandra hingga menampakkan area kesukaannya. Kepala Sandra bergerak ke kanan ke kiri, menandakan penolakan tapi Damian tetap saja melakukan aksinya hingga mereka menyatu.
"Ahhh..."
"Kau selalu menolak tapi si paling yang berisik dan menikmati."
Blus
Sandra menyembunyikannya wajah memerahnya karena malu pada ceruk leher Damian. Memang benar apa yang dikatakan bosnya. Tapi dia juga tidak bohong kalau dia merasa takut dan malu kalau sampai ketahuan melakukan itu bersama Damian.
Satu jam telah berlalu, kini Juwita menyadari Damian yang tidak ada bersama mereka setelah Aurora memanggil Papanya tapi tidak ada respon dari Damian dan tidak ada juga yang melihat keberadaannya.
"Tenanglah, sayang. Jangan menangisi, Papa pasti ada di sini."
"Papa hilang."
Semua anak-anak dan para orang tua melihat Aurora yang menangis dalam pelukan Mamanya. Mereka ikut menghibur Aurora, mengajak Aurora bermain. Memberikan kesempatan Juwita untuk mencari Damian. Setiap tempat itu tidak luput dari pemeriksaan Juwita hingga langkah tergesa-gesanya berhenti kalau melihat Damian dan Sandra keluar dari kamar.
Deg
Seperti ada ribuan pisau belati yang menghunus hatinya. Ciuman pasangan yang sedang dilanda asmara juga tidak luput dari penglihatannya. Juwita diam mematung, membiarkan dirinya menyaksikan keromantisan yang dulu miliknya. Menikmati rasa sakit yang tidak sanggup diungkap lewat kata. Menampakkan dirinya di hadapan mereka yang sedang berjalan ke arahnya dengan saling menggenggam erat.
Pun dengan mereka cukup terkejut, terdiam tanpa kata. Tapi genggaman tangan tidak terlepas karena Damian juga mau memperkenalkan Sandra pada Juwita. Akan tetapi seketika genggaman tangan itu dilepas Damian kala sang putri hadir di antara mereka.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫