NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:637
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungakapan Kata Yang Di Ucapkan Dalam Kebohongan Harapan.

.

.

Kini dia berada di sebuah ruangan yang begitu luas dengan meja panjang dan kursi-kursi empuk yang telah terisi oleh orang-orang yang tidak dia kenal mengenakan pakaian terapi mereka.

Di pagi hari ini, seluruh kepala divisi dan direktur harus hadir dan menyiapkan presentasi pada layar besar yang ada di ujung ruangan itu menampilkan laporan hasil kerja mereka selama beberapa bulan belakangan ini, dengan menunjukkan visi-misi mereka, strategi dan juga angka-angka yang terlalu banyak untuk dia mengerti.

Di sisi ujung meja panjang yang lain, terdapat sosok pria berambut cokelat itu, tersenyum dingin yang berhasil membuat dua puluh satu kepala divisi dan direktur perusahaan ternama ini, dan beberapa orang lainnya yang menjadi asisten mereka menegang, bergerak cepat namun begitu kaku, serta berbicara setegas mungkin tapi begitu takut akan salah satu perkataan yang akan keluar dari mereka.

Tapi.....

Kali ini....

Sosok gadis mengenakan pakaian terlalu berbeda dari mereka yang ada di sana.

Mata beriris hitam gelap nan bulat besar.

Rambut hitam panjang tergerai indah.

Baju sweater putih dengan lengan yang lebih panjang dari tangannya.

Dan terduduk pada kursi empuk lainya bertepatan pada kursi kebesaran dari sang pria pemilik Evangrandene itu.

Dia terlihat begitu asing dan tidak sesuai dengan tempatnya.

Namun tidak ada dari orang-orang di sana yang berani berkomentar, ataupun bertanya tentang hal ini. Walaupun melihat ekspresi wajah mereka sudah terbaca jelas sebuah pertanyaan yang sama.

‘Siapa dan kenapa sosok dari Nona Revander itu berada di sini, duduk di samping Tuan mereka.’

“So what do you think is the strategy to do a field demonstration for the next six months to them, within these two months??" Flauza menyenderkan badannya pada sandaran kursi itu.

“Yes Mister Evangrandene... We have conducted a brief education on this from several senior talents, beginners or students from several well-known campuses, and the results of their responses are quite positive.”

“Being positive enough means not completely positive? What obstacles do you get?”

“Because of the uncertain natural conditions of the terrain, it is always raining, making some of them say it will be very difficult to move from manual farming methods to more modern methods. While they are also racing against nature and time." Terang seseorang di ujung sana berusaha menjelaskan hal ini.

Flauza sedikit tertawa pelan saat mendengar hal itu. “Such a liar and fool excuse, for people who ask for help huh. And I do really love people who always being fool and greedy enough to play some game with me.” Balas Flauza dengan kini senyuman pria itu tampak bak predator yang mengerikan di ruangan tersebut. “Let me guess, those are the words of the people there right? Government?”

Dia bisa melihat orang-orang di sana semakin menegang saat Flauza berkata seperti itu.

“So what do they want after saying all those things?”

“They say to give the farmers samples cheaply or for free, and add some extra budget to speed things up Mr. Evangrandene.”

Flauza sedikit tertawa saat mendengar hal itu. “Ohh, They do... do they? Of course, give them the extra cost they want, and some samples for free too.” Flauza memajukan tubuhnya menatap dingin dengan senyuman mengerikan pada wajah tampannya itu. “Hearing from the report you mentioned earlier, the technology only lasts for two uses, right?”

“Yes, Mr. Evangrandene, We are still trying to...--”

“Oh.... You do not need to rush to make something perfect, really I'm not one to do everything quickly.” Dia tertawa pelan. ”You can do that for the next year or two, and I hope it is the best and most perfect result of you. With everything that will be permanent and the only one here”

Semua orang yang ada si sana langsung merasakan kebingungan dengan apa yang di pikirkan sang Tuan Evangrandene itu.

Sedangkan Sang gadis yang berada di samping itu, hanya melirik pelan kepada Flauza tanpa tahu harus berbicara apa.

Karena jujur....

Dia tidak mengerti ini semua....

Dia tidak tahu apa arti ini semua....

Tapi.....

Satu yang pasti....

Ekspresi Flauza.....

Itu seperti sesosok yang memasang jebakan lubang yang dalam dan tidak akan ada cara ataupun jalan untuk keluar dari sana.

Berbahaya.....

Dan tidak akan ada pilihan lain selain tetap tinggal dan mengambil uluran tangannya. “In six months, and with just two sweet chances, I think that’s enough to throw the right bait for the bees around us, don’t you think?

After all… bees are loyal creatures.

And loyalty—when lured with sweetness—often makes them willing to part with a little piece of themselves… for something that only looks golden from the outside...”

Flauza tersenyum tipis, lalu menyilangkan jari-jarinya di atas meja seolah telah menyegel keputusan itu.

“Use that extra budget to start claiming pieces of themself. Slowly. Quietly. Eventually… it’ll all balance out, won’t it?"

.

Revander dan Flauza terus berjalan dalam diam sepanjang koridor pada lantai tujuh itu, di mana lantai ini adalah tempat ruangan pertemuan sering di lakukan. Setelah pertemuan menegangkan itu berakhir, dengan dirinya yang tidak sengaja menguap karena lelah dan kantuk yang tidak dapat di tahan.

Ekspresi Flauza seketika berubah seratus delapan puluh derajat.

Tentu dia masih tetap tersenyum, tapi bukanlah senyuman dingin menusuk hati seperti beberapa menit yang lalu.

Itu....

Seperti senyuman lembut yang biasa pria itu berikan kepada dia.

Mengelus rambutnya dengan lembut dan segera menutup pertemuan itu dengan beberapa kata-kata dan perintah mutlak lainya kepada bawahan-bawahannya, lalau segera keluar dari ruangan itu dengan menarik lembut sang gadis berambut hitam itu.

Lama mereka berjalan pada koridor panjang itu, dan sang gadis itu...

Kembali menguap lagi tepat di sampingnya.

Uuuhhh....

Tidak mendapatkan tidur kemarin malam ,adalah salah satu alasan kenapa dia menjadi seperti ini di siang harinya.

Mengantuk...

Tidak fokus.....

Dan tidak terlalu peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya....

Uuhh....

Hah..... sejak kapan kamu tidak mengalami ketiganya di sepanjang hidupmu....

Selama ini yang kamu tahu adalah makan dan tidur tanpa peduli hal yang terjadi di sekitarmu... Oh... Revander... lihatlah dirimu.... begitu memalukan....begitu tidak bisa di banggakan...

Oh diamlah kamu!

Dia tidak bisa tidur juga ini karena dirimu yang selalu memutar-mutar hal-hal yang tidak penting di kepala ini sampai akhirnya dia tidak bisa merasakan kantuk lagi!!!!

Sang gadis kembali menguap lagi.

Dan langkah Flauza seketika berhenti.

Tentu saja sosok berambut hitam di sampingnya tidak langsung menyadari itu, sebelum dia berada beberapa langkah lebih depan di bandingkan sang pria berambut cokelat itu.

“Revander...... kamu terlihat begitu lelah hari ini.” Flauza melangkah mendekat kepada sang gadis itu. “Ada apa Reva? Apakah ada sesuatu yang telah terjadi?” dan dia menundukkan tubuhnya berupa menyejajarkan wajahnya kepada wajah sang gadis.

Sontak gadis itu terkejut dan memundurkan tubuhnya secara refleks dan mengedipkan matanya dengan cepat beberapa kali.

Uuuhh.....

Terlalu dekat!!!

Terlalu dekat!!!

“T-Tidak ada apa-apa kok!!!....” balas sang gadis dengan gugup yang luar biasa. Tapi pria itu kembali mendekat kepada sang gadis itu.

Kedua alis wajah pria itu terangkat saat mendengar jawaban Revander tanda dia tidak terlalu percaya dengan ucapannya.

“Really?” tanya Flauza lagi dengan suara yang lebih memberat. “Tapi, kantung matamu terlihat begitu jelas untuk hari ini, menandakan jika kamu tidak mendapatkan istirahat yang cukup.” Tanpa gadis itu sadari, Flauza mengangkat tubuh sang gadis berambut hitam itu dalam satu gerakan yang cepat.

“F-Flauza!!!” pekik Revander kuat membuat orang-orang lain yang di sekeliling mereka langsung menoleh kepada mereka. “Apa yang kamu lakukan ?!!! Hey!!!!....”

“Apakah kamu sendiri tidak menyadari jika, dirimu berjalan dengan tidak benar hm..?” kini wajah pria itu sedikit mendongkak ke atas untuk melihat sang gadis yang kini lebih tinggi sedikit di bandingkan dia. “Aku khawatir, dengan kondisimu yang seperti ini, dirimu bisa saja mengalami kecelakaan yang dapat melukai dirimu sendiri.”

Uuuhhh.....

“I-itu adalah sebuah alasan aneh yang keluar dari mulut orang seperti dirimu!!!” balas sang gadis menatap lurus pada iris kecokelatan, namun tidak menutupi kilat kesal dan malu dari sang pemilik iris malam itu.

Dan Flauza hanya tertawa kecil mendengar protes itu, kembali berjalan dengan tujuan ruang pribadi miliknya.

Ruangan di lantai lima belas itu.

Tobito dan Elena yang berada di belakang Tuan dan Nona mereka, melihat semua tindak-tanduk pria itu dan reaksi gadis itu hanya bisa diam.

Tentu Tobito sudah tahu, jika Tuan mereka akan menunjukkan sisinya ini hanya kepada sosok gadis berambut hitam panjang itu.

Dan bagi Elena.....

Mungkin ini sudah hampir tiga minggu lamanya sejak kehadiran gadis itu ada di sini.

Membuat Tuan yang dia kenal......

Sebagai, sosok dingin tak tersentuh di atas sana, kini begitu hangat bak langit berawan putih menutupi hitamnya badai di tempat yang lebih tinggi.

Dan mereka tidak bisa berkomentar apa pun dengan semua ini.

Atau mereka terlalu takut untuk sekedar mengetahuinya?

Entahlah....

Namun yang pasti sejak hari pertama sang Nona muda itu datang, dan terus datang menjadi tamu spesial tuan mereka.

Ada satu peraturan tidak tertulis, dan itu dapat terbaca dengan jelas di dalam gedung ini.

Jika...

Gadis itu adalah milik sang Tuan Flauza Evangrandene.

Iris hitam itu menatap kepada keduanya dari bahu lebar milik sang Tuan Evangrandene.

Seperti anak kecil yang tengah mengintip sesuatu, dan malu-malu.

Namun kembali menguap dengan kuat.

“Tidurlah My Revander, jika kamu terlalu lelah dan tidurlah...” bisik pria itu pada telinga sang gadis, yang perlahan menutup matanya.

Mereka melangkah memasuki lift itu dalam diam dan tenang.

“hhmm....” seperti mantra lembut yang menidurkan, tapi gadis itu masih sedikit melawan akan rasa lelah pada dirinya.

“Tenanglah..... semua akan baik-baik saja”

“itu..... adalah....sebuah perkataan yang terdengar begitu sederhana untuk di katakan kepada seseorang Tuan...” balas sang gadis yang juga setengah berbisik dalam gendongan pria itu.

“tapi itu semua adalah kebohongan belaka, bukan?” lanjut Revander.

Dia tidak tahu apa yang dia katakan saat ini, atau apa yang sedang dia lakukan saat ini. “Dan hari ini kamu...... seperti...... berbicara sebuah kebohongan......”

.

.

.

Semua orang yang ada di sana....

Terdiam kaku mendengar itu.

Bahkan untuk seorang Flauza Evangrandene......

Itu adalah hal yang tidak dapat dia perkirakan untuk dapat terjadi.

.

.

.

Mereka semua melangkah keluar dari lift saat mereka sampai di lantai lima belas itu.

Suasana putih yang di sinari oleh mentari itu menjadi dingin efek dari sosok pria berambut cokelat yang kini senyum di wajahnya itu telah berubah.

Tobito segera membukakan pintu kayu cokelat berukir rumit itu agar pria itu masuk di susul dengan Elena yang masih setia mengikuti Tuan Evangrandene.

“Tell me Tobito.” Dengan lembut dia meletakkan gadis yang tampak telah kalah dengan rasa kantuk dan lelahnya itu pada sofa cokelat di ruangan itu. “What really happened?”

“Mr. Flauza...-“

“I really hate people who lie and are fool...” potong cepat Flauza kini berjalan kepada meja kerjanya di sana. Iris mata cokelat itu mendingin, dengan senyuman yang kembali terpasang di wajah tampannya itu.

“But this girl.... is a bad liar but she is not a fool” Dia terduduk di kursi kebesar itu.

“So tell me Tobito, everything you see, and you know about what has happened to my girl”

Hening semakin menekan kedua orang yang masih berdiri tegak di hadapan sosok yang tersenyum lebar itu.

“As you wish Mister Flauza, I will tell you everything I see and know about what happend to Miss Revander..” dan seperti seorang yang menggerakkan tali boneka kepada mereka, Tobito dan Elena segera membungkukkan tubuh mereka memberikan hormat yang dalam dan rasa takut kepada sang Flauza Evangrandene.

.

.

.

1
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!