NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Sambung

Menjadi Ibu Sambung

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cintamanis / Duda / Ibu Pengganti / Pengasuh / Pernikahan rahasia
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: CovieVy

Naila baru saja turun dari bus dari luar pulau. Ia nekat meninggalkan keluarga karena demi menggapai cita-cita yang terhalang biaya. Naila lulus jalur undangan di sebuah kampus negeri yang berada di ibu kota. Namun, orang tuanya tidak memiliki biaya hingga melarangnya untuk melanjutkan pendidikannya hingga memaksanya menikah dengan putra dari tuan tanah di kampung tempat ia berasal.

Dengan modal nekat, ia memaksakan diri kabur dari perjodohan yang tak diinginkan demi mengejar mimpi. Namun, akhirnya ia sadar, biaya perguruan tinggi tidak bisa dibayar hanya dengan modal tekad.

Suatu saat Naila mencari pekerjaan, bertemu dengan balita yang keluar dari pekarangan tanpa penjagaan. Kejadian tak terduga membuat ia bekerja sebagai pengasuh bagi dokter tampan yang ditinggal mati oleh istri yang dicintainya.

#cintaromantis #anakrahasia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Dua Hadiah

Naila membuka paperbag itu perlahan. Jemarinya menyentuh sesuatu yang lembut dan halus. Sebuah gamis sederhana berwarna krem dengan potongan anggun dan manik-manik kecil di bagian kerahnya tampak elegan.

"Ini... kenapa ngasih aku baju?" bisik Naila dengan bingung.

Marvel menyandarkan bahu ke tembok, menatapnya tanpa malu. "Karena kamu cocok pakai itu. Lagian... aku mau kamu datang ke acara kantorku aku minggu depan. Kamu akan aku jadikan sebagai tamu spesial di sana."

Naila tersentak. "A-aku? Kenapa aku?" Tiba-tiba, Naila teringat pada sebuah bacaan novel di perpustakaan sekolah.

'Sepertinya aku tak pantas ikut acara-acara seperti itu. Lagian, aku ini siapa?'

"Jangan aku! Aku ini hanya—"

“Jangan bilang ‘hanya pengasuh’, ya. Sebenarnya, arti kehadiranmu di sini lebih dari sekedar itu. Dan kamu tahu itu,” potong Marvel cepat.

Belum sempat Naila menjawab, suara langkah kaki yang berat terdengar mendekat. Pintu terdorong dengan kasar membuat mereka serentak memutar kepala ke sana.

Martin berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatap adik dan pengasuh anak-anaknya yang kini berada dalam posisi yang begitu dekat. Tatapannya singgah pada gaun yang kini berada di pangkuan Naila. Suasana kamar mandi yang sejuk tiba-tiba terasa semakin dingin.

"Marvel, bisa kutanya, apa maksud semua ini?" suara Martin rendah namun menekan.

Marvel berdiri, memasang senyum santai. "Cuma memberi hadiah untuk Naila. Aku rasa, untuk ini, aku tak membutuhkan izin darimu."

Martin menahan rasa jengkelnya mendengar pernyataan sang adik. Tak lama, pandangan beralih kepada Naila tanpa menyembunyikan rasa kesal.

"Dan kamu? Apa kamu memang selalu begitu? Apa memang mudah bagimu menerima semua pemberian dan perhatian dari seseorang?"

Naila berdiri buru-buru, wajahnya panik. Ia teringat kembali pada sahabat masa sekolahnya. Ada pun Reyzil, memang sering turut membelikan jajanan-jajanan sekolah. Dan di saat itu, ia sangat bahagia menerimanya karena memang tak dibekali uang oleh orang tuanya.

"Bukan begitu, Om—eh, Pak Martin. Aku hanya—"

“Sudah,” potong Martin dingin. Ia mengambil gaun itu dari tangan Naila dan melemparkannya dengan kasar ke dada Marvel.

“Kalau kamu ingin memberi hadiah, jangan di rumah ini. Jangan di depan anak-anakku. Dan jangan pada seseorang tak paham maksud terselubung yang kamu miliki. Dia terlalu lugu untuk itu.”

Marvel menyeringai sinis. "Ah... jangan katakan hatimu membara melihat ini semua. Jika begini, aku bisa berpikir bahwa kau sedang cem—"

Wajah Martin menggelap.

Tepat saat ketegangan memuncak, suara tangisan Reivan terdengar dari dalam kamar mandi. Tangisnya merengek, penuh ketakutan, membuat Naila langsung panik dan bergegas mengecek keadaan bayi itu. Air rendaman dalam bak sudah mulai mendingin. Tubuh mungil Reivan menggigil meski hanya sebentar ia ditinggal sebentar.

"Lebih baik, kamu masuk dan memakaikan pakaian yang hangat untuk Reivan," titah Martin. Naila mengangguk cepat dan masuk menuju kamar dan melirik sejenak ke arah kamar mandi.

Sejenak, Naila mengusap dadanya. Kembali pada peringatan yang diberikan Marvel. "Sepertinya memang tak boleh terlalu dekat dengan Pak Martin. Bukan hanya Pak Martin saja, Om Marvel juga."

Di dalam kamar mandi, Marvel memutar tubuh memperhatikan kepergian Naila, diiringi seringai puas. “Dia bukan properti, Kak. Kau gak bisa terus-terusan mengendalikan semua yang ada di rumah ini, termasuk hati seseorang.”

"Sekarang, lebih baik kau kembali ke apartemenmu. Jangan khawatir! Di rumah ini tak hanya ada aku dan dia saja. Kau tak perlu takut, aku tak akan melakukan hal buruk terhadapnya."

Kali ini, rahang Marvel tampak mengeras. "Jadi, masih menggunakan cara yang sama? Apa kau tak pernah merasa bersalah telah merebut semua yang hampir masuk ke dalam genggamanku?" Marvel pun keluar dari ruang mandi tersebut diiringi suara benturan keras pintu yang dibanting oleh sang adik.

"Kali ini aku pastikan bahwa tak akan ada yang bisa menghalangiku. Aku bukan lah Marvel lemah seperti yang dulu lagi. Saat ini aku telah memiliki segala yang aku inginkan," ucapnya di balik pintu. Marvel berjalan dengan raut datar.

Martin membeku. Ia hanya menatap pintu yang telah tertutup, raut wajahnya menggambarkan banyak hal yang tak terungkap.

Tak mungkin ... Mana mungkin ...

...

Di tempat lain.

Hujan turun pelan, menetes di luar jendela besar yang terbingkai tirai tipis. Di baliknya, Inge duduk anggun di kursi rotan tua, menatap layar laptop yang menampilkan dokumen hasil penyelidikan. Aroma teh melati menguar, tapi tidak mengalahkan hawa dingin dari niat yang tersembunyi di balik senyumannya.

Di layar terpampang nama dan foto seorang gadis muda berkerudung berseragam putih-abu: Naila Azzammi Fitri.

“Lahir di desa kecil di pulau seberang… anak kedua dari lima bersaudara... Ternyata, dia lolos PTN jalur undangan dan mendapat beasiswa penuh karena orang tua yang tidak mampu dan prestasi yang ia dapat selama bersekolah … dan—” Ia mengetuk layar dengan ujung kukunya.

“Ternyata, ia pernah didaftarkan dalam pernikahan, tetapi dia tidak hadir sebagai mempelai wanita. Apakah ini artinya dia kabur dari pernikahan itu?"

Vini, yang duduk bersilang kaki di sofa, mencondongkan tubuh. “Jadi begitu? Dia kabur dari pernikahan dan sekarang bekerja sebagai pengasuh di rumah Mas Martin?”

Inge mengangguk pelan. “Apakah semua yang ada di sana mengetahui masa lalu anak ini?”

“Bagaimana dengan Papa? Apakah papa tahu juga? Apalagi papa tiba-tiba saja membawanya ke sini saat kita semua telah terlelap?” tanya Vini.

“Entah lah. Mama pikir setelah membuat anak itu menyesal, kita tak akan berjumpa lagi dengannya. Namun, kenyataannya berbalik dan kini ia menyerang kita." Inge menutup laptopnya perlahan.

“Tapi itu bukan masalah. Yang penting, sekarang kita harus tahu langkah yang harus diambil.”

Vini mendesah. “Aku sempat menyerahkan pakaian-pakaianku padanya karena dipaksa papa. Semua itu pakaian yang sengaja aku simpan karena memang sayang sekali dengan semuanya. Entah lah, aku makin menyesal melepas pakaian kesayanganku padanya.”

Inge tersenyum samar. “Jangan menyesal. Justru, kita jadi tahu siapa lawanmu. Dan tahu harus mulai dari mana.”

“Mama mau apa?”

Inge menatap keluar jendela, menatap hujan yang semakin deras. “Kita bersihkan jalannya... tapi tanpa menyentuh. Biarkan dia menggali kuburannya sendiri. Kita hanya perlu memberi... dorongan kecil.”

Vini mengangguk, matanya menyala. “Dia tak akan bisa mengalahkanku karena aku lebih segalanya dari dia.”

***

Malam harinya, setelah Reivan dan Rindu pulas dan mimpi, Naila membuka paperbag dari Marvel yang masih sempat ia simpan. Di dalamnya, ternyata bukan hanya terisi oleh gaun.

Ada sebuah kotak ponsel elegan, dengan logo buah tergigit di atasnya. Saat dibuka, sebuah ponsel model terbaru bersinar dari dalamnya, lengkap dengan kartu kecil bertuliskan:

>"Supaya kita tetap bisa terhubung. Kalau butuh apa-apa, cukup satu panggilan. – M"<

Naila menahan napas. Ini bukan barang yang pernah berani ia mimpikan. Ia menggigit bibirnya.

"Apa aku boleh menerima ini? Kalau Pak Martin tahu..."

Ia menggelengkan kepala, hendak memasukkan semuanya kembali—namun sesuatu menarik perhatiannya. Ada kotak lain, terbungkus lebih rapi, dengan kertas hitam mengilap dan pita abu-abu lembut. Di sela lipatan, sebuah kartu kecil terselip:

> “Untuk seseorang yang sudah bekerja terlalu keras demi mengisi sebuah kekosongan. Jaga dirimu, ini bukan lah hadiah, tapi bentuk rasa terima kasih. – M.”<

Naila membuka kotak itu. Jantungnya kembali terlonjak.

Sebuah ponsel juga... namun berbeda. Desainnya lebih sederhana, tak terlalu mencolok. Namun saat ia menyalakannya, wallpaper awal membuat matanya berkaca-kaca: Foto Rindu dan Reivan tersenyum ceria, diambil diam-diam saat mereka bermain pada suatu masa.

Ada satu pesan yang telah disimpan otomatis di dalam ponsel:

> "Jangan merasa sendiri. Karna kamu tak pernah benar-benar sendiri di rumah ini."<

1
MomyWa
jangan jahat2 lah duo maut tu..
Eva Karmita
jangan buat pisah ya otor biarkan Martin dgn Naila tetap bersatu
SoVay: hihihi, simak terus ya kakaaa
total 1 replies
Safira Aurora
thor, mau ada eksien kah ini?
SoVay: ayo ikuti terus yaaa
total 1 replies
Safira Aurora
afa2an ini?
Safira Aurora
mungkin kamu sebenarnya anak pungut /Smile/
Safira Aurora
gletak gletuk bunyinta thor?
FieAme
aku kasih vote tapi janji harus keren kelanjutannya
SoVay: terima kasih yaaaah
total 1 replies
FieAme
bisa ga ya, ceritanya lurus2 aja thor?
arielskys
duh, dikirain keluarga mereka akan adem ayem
SoVay: minta doanya yaaaa
total 1 replies
Syahril Maiza
duet maut kerja sama
SoVay: harus semangat
total 1 replies
FieAme
weeeh, syukur laaah..martin tetep bela istri. wooi lah, jangan lama2 konfliknya thor
FieAme
walah, kemarin sibuk dunia nyata thor, waaah..aku mleyooott
Safira Aurora
udah Naila, gak perlu pikirkan marvel. katanya mau jd soleha
MomyWa
thor, kasian om apel. jodohkan sama azwa gih. dia pengen om2 kan 🤣
MomyWa
sabar ya om
MomyWa
makan tuh ego
MomyWa
nah, ini baru suamik. ga kayak cerita lain saat istri diserang keluarga hanya diam aja
MomyWa
soalnya mama yg jodohin mereka, bilang gitu ma..biar meisya paham
MomyWa
nah, lawan dong. jangan mewek aja
MomyWa
gemes euy sama meisya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!