Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 ( Surga Yang Terenggut )
Regina tersenyum bahagia ketika mendengar Dirga marah terhadap Amira. Sedangkan Amira bersikap tenang karena dia tidak pernah merasa melakukan kesalahan apa pun.
"Sepertinya Mas sudah salah paham. Perkenalkan, dia adalah Rendra, saudara sekaligus sahabat karib ku," ucap Amira.
"A_apa? Jadi dia Rendra?" tanya Dirga dengan tergagap.
Rendra tersenyum sinis ketika melihat Dirga dan Regina. Dia langsung melontarkan sindiran kepada keduanya, apalagi Rendra masih merasa kesal terhadap Dirga yang sudah melakukan poligami.
"Amira tidak seperti kamu yang gampang sekali menerima tawaran dari orang lain, bahkan tanpa bertanya serta memikirkan perasaan Istri kamu sendiri. Aku pikir Istri kedua kamu lebih cantik dari Amira, tapi ternyata dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Amira."
"Dirga, kamu jangan pernah menyesal jika suatu saat nanti kehilangan berlian demi memungut batu kerikil," ucap Rendra.
Wajah Dirga memerah menahan amarah. Dia mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar sindiran yang dilontarkan oleh Rendra.
"Apa maksud kamu berbicara seperti itu? Kamu hanya orang lain, jadi kamu tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tanggaku," tegas Dirga.
"Bagi kamu aku memang orang lain, tapi tidak bagi Amira, karena aku adalah Teman sekaligus keluarganya," ujar Rendra.
Dirga dan Rendra terlibat adu mulut, sampai akhirnya Amira angkat suara untuk menghentikan perdebatan di antara keduanya.
"Cukup, kalian berdua bukan anak kecil lagi. Apa kalian masih belum puas berdebat?"
Rendra dan Dirga seketika diam saat mendengar perkataan Amira, apalagi Amira langsung masuk ke dalam rumah sehingga membuat Rendra dan Dirga bergegas mengejarnya.
"Kenapa kalian berdua mengikutiku? Aku mau mandi," ucap Amira dengan menutup pintu kamarnya.
Rendra dan Dirga masih sama-sama diam di depan pintu kamar Amira, sampai akhirnya Pak Adnan datang bersama Regina.
"Kenapa kalian berdua terus berdiri di depan pintu kamar Amira?" tanya Pak Adnan.
"Rendra sedang menunggu Amira."
"Dirga sedang menunggu Amira."
Ucap Rendra dan Dirga secara bersamaan.
"Sebaiknya sekarang juga kalian berdua ikut Ayah ke ruang keluarga," ucap Pak Adnan yang ingin berbicara dengan Dirga tentang rumah tangga Dirga dan Amira.
Setelah Pak Adnan beserta yang lainnya berkumpul di ruang keluarga, Pak Adnan kembali membuka obrolan.
"Dirga, apa kedatanganmu ke sini untuk menjemput Amira?" tanya Pak Adnan.
"Iya Yah," jawab Dirga.
Pak Adnan menghela napas panjang ketika mengetahui jika Dirga ngin menjemput Amira. Beliau rasanya tidak rela melepas Amira kembali ke rumah yang sudah membuat hidup Putri kesayangannya menderita.
"Meski pun sebenarnya Ayah merasa berat melepas Amira pergi dari sini, tapi Ayah tidak akan bisa melarang kamu membawa putri Ayah, apalagi Amira sudah menjadi tanggung jawab kamu di dunia dan akhirat," ucap Pak Adnan.
"Yah, Dirga benar-benar minta maaf atas semua kesalahan yang telah Dirga lakukan, tapi Dirga terpaksa melakukan semua itu," ucap Dirga.
Dirga terus menundukkan kepalanya. Dia tidak kuasa melihat kekecewaan yang tersirat jelas pada wajah Pak Adnan.
"Dirga, sejak awal Ayah sudah bilang jika setelah berumah tangga kamu tidak boleh membiarkan orang ketiga masuk ke dalam rumah tangga kalian, meski pun orang itu adalah keluarga kamu sendiri."
"Mungkin Amira memang bisa menerima keberadaan keluarga kamu, tapi sekarang kamu memasukan perempuan lain ke dalam rumah tangga kalian. Apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Amira?" ucap Pak Adnan dengan suara bergetar karena menahan tangis.
Dirga hanya diam mendengar perkataan Ayah mertuanya. Dia semakin merasa bersalah karena telah berbuat dzolim terhadap Amira.
Aku memang bukan Suami yang baik, aku sudah berbuat dzolim terhadap Istriku, batin Dirga.
Regina sebenarnya ingin sekali ikut angkat suara, tapi saat berada di perjalanan menuju Bandung, Dirga sudah memperingatkan Regina supaya tidak banyak bicara, apalagi sampai ikut campur ketika Dirga sedang berbicara dengan keluarga Amira.
"Yah, Dirga tau jika Dirga telah melakukan kesalahan yang fatal, tapi sekarang semuanya sudah terjadi. Apa yang harus Dirga lakukan supaya bisa memperbaiki semuanya?"
"Kita memang tidak bisa mengulang waktu, tapi kita bisa memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan. Jalan satu-satunya yang bisa kamu lakukan yaitu kamu harus mengajak Amira pindah rumah supaya dia tidak merasa tertekan karena harus tinggal satu atap dengan keluarga dan Istri keduamu," ucap Pak Adnan.
Dirga terlihat berpikir. Dari dulu dia sudah beberapa kali ingin mengajak Amira ke luar dari kediaman Cakra dinata, tapi Bu Meri tidak pernah mengijinkannya.
"Baiklah, kalau begitu Dirga akan secepatnya mengajak Amira pindah rumah."
"Rendra, apa kamu sudah mengatakan kepada Dirga tentang keinginan Amira untuk bekerja?" tanya Pak Adnan.
"Belum Yah," jawab Rendra yang memang lupa karena dia malah berdebat dengan Dirga.
"Dirga, tolong kamu juga ijinkan Amira bekerja. Mungkin dengan begitu Amira bisa memiliki kesibukan. Jadi dia tidak akan terus berlarut-larut dalam kesedihan," tutur Pak Adnan.
Dirga tidak langsung menyetujui permintaan Pak Adnan, apalagi tradisi keluarga Cakra dinata tidak memperbolehkan perempuan bekerja.
"Yah, tolong beri Dirga waktu untuk berpikir. Ayah tau sendiri jika tradisi keluarga Cakra dinata tidak memperbolehkan perempuan bekerja."
"Tradisi macam apa itu? Sekarang sudah tahun dua ribu dua puluh lima. Aku baru tau jika ada tradisi yang membeda-bedakan lelaki dan perempuan. Kamu tenang saja, Amira juga bukan bekerja di tempat lain, tapi dia akan bekerja menjadi Asisten ku," ujar Rendra.
Dirga mencoba menahan amarahnya. Entah kenapa dia semakin tidak rela ketika mendengar Amira akan bekerja menjadi Asisten Rendra.
"Dirga, kami menghargai tradisi keluarga kalian, tapi kamu harus ingat, jika ilmu itu harus di amalkan. Kamu juga pasti tau jika dari dulu Amira ingin sekali bekerja. Jadi, Ayah harap kamu mempertimbangkan semuanya," ucap Pak Adnan yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Dirga.
Setelah selesai berbicara, Dirga pamit kepada semuanya untuk menghampiri Amira ke dalam kamar, apalagi Amira tidak kunjung datang sehingga membuat Dirga merasa khawatir.
Tok tok tok
Dirga mengetuk pintu kamar Amira.
"Sayang, apa Mas boleh masuk?" tanya Dirga.
"Masuk aja Mas. Pintunya gak dikunci kok," jawab Amira yang tengah memasukan pakaian ke dalam tas nya.
Dirga menghampiri Amira, lalu Dirga mendekap erat tubuh perempuan yang sangat dicintainya tersebut.
"Mas, kangen sekali sama kamu sayang," ucap Dirga dengan menciumi kepala Amira.
"Aku pikir Mas lupa sama aku saat sedang bersenang-senang dengan Istri baru Mas," ucap Amira dengan sinis.
Dirga membalikan tubuh Amira supaya menghadap kepadanya, kemudian Dirga menangkup kedua pipi Amira.
"Sayang, kamu tau sendiri kalau Mas sangat mencintai kamu. Selama lima hari berpisah dengan kamu, Mas merasa sangat tersiksa," ucap Dirga dengan mendekatkan bibirnya pada bibir Amira.
"Tolong jangan seperti ini Mas. Sekarang masih jatahnya Regina, jadi Mas tidak boleh menyentuhku," ucap Amira dengan mendorong perlahan tubuh Dirga.
"Sayang, kenapa sekarang kamu berubah? Mas rindu kamu yang dulu," ucap Dirga sehingga membuat jantung Kamila rasanya berhenti berdetak.
"Tidak ada yang berubah dariku, Mas. Keadaan lah yang memaksaku untuk berubah. Jika aku tidak berubah dan sedikit menguatkan hati, aku tidak tau apakah aku masih bisa bertahan," ucap Amira yang mulai mengeluarkan keluh kesah di dalam hatinya.
Dirga menghela napas panjang mendengar perkataan Amira. Dia sadar diri jika dirinya telah menorehkan luka yang dalam untuk Istri pertamanya tersebut, sampai akhirnya Dirga memilih diam karena tidak mau berdebat dengan Amira.
Ceritanya lanjut gak? 😁
Sebenarnya kurang semangat karena tayangan ngesot kayak kura-kura+banyak yang pelit like, 🤭
Tapi saya ucapkan terimakasih banyak bagi Teman-teman yang sudah berkenan membaca karya receh saya, apalagi yang bersedia menekan tombol like.
Pokoknya kita saling do'akan sehat+sukses untuk semuanya, 🤲🙏
*
*
Bersambung