Salahkah Aku Selingkuh

Jasmine dan Devan berjalan beriringan memasuki sebuah ruangan khusus tamu VVIP, disana sudah menunggu seorang pria blasteran Belanda - Indonesia yang bernama Nicholas.

Pria tampan dan menawan di usianya yang hampir kepala empat, mengadakan pertemuan kedua membahas tentang perluasan bisnis mereka di Belanda. hubungan Devan dan Nicolas terbilang cukup baik dan sangat dekat meskipun mereka jarang bertemu secara langsung.

"Anda memilih tempat yang tepat untuk membicarakan bisnis tuan Devan. Saya suka tempat ini. Sangat tenang dan lebih privasi untuk membicarakan masalah bisnis kita." ucap Nicolas sambil melirik kearah Jasmine.

Sebuah rumah makan khusus kaum elit dengan nuansa serba Indonesia. Mulai dari makanan, penyajiannya, bahkan bagian luarnya juga menyediakan tempat lesehan dan bersekat antar satu ruangan dengan ruangan lainnya. dikelilingi tanam bunga dan air mancur buatan yang memanjakan mata para pengunjung.  

"Ya, tempat ini sengaja dipilih oleh asisten saya Jasmine. Karena menurutnya selain suasananya, makanan dan minuman disini sangat enak ha....ha.." Devan tertawa ringan.

"Asisten anda sangat cantik dan menarik." Pria bermanik mata hijau itu menyeruput minuman hangat khas Indonesia yang tersaji diatas meja dihadapannya.

"What? Jangan main-main dengan asistenku! Ini Indonesia jangan samakan dengan negaramu." Sorot tajam mata Devan membuat Nicolas mengerutkan keningnya bingung.

"Oh no! Kenapa kamu jadi posesif begini? Dengan sekretarismu sebelumnya aku pernah one night stand, kamu tidak marah." Jack mengernyitkan keningnya bingung.     

"Ingatlah umurmu sudah berapa, Nicolas? Mendiang istrimu Ema pasti bersedih melihat kelakuan mu sekarang." Devan berpura-pura bijak semata agar Nicolas kali ini tidak mendekati asistennya, setelah mantan sekretarisnya Nara dulu, yang memiliki sifat penggoda sehingga Devan memilih untuk memecat nya saja.

Meskipun Jasmine juga suka menggoda dirinya, tapi Jasmine begitu spesial tidak bisa disamakan dengan wanita manapun. 

"Bukankah kamu pernah bilang agar aku tidak boleh larut dalam kesedihan, .... Oke...oke, aku tidak akan memadati asisten mu, Jasmine... karena dia sepertinya begitu spesial bagimu?" Nicolas tersenyum cerah menggoda Devan sedangkan Jasmine tersenyum senang.     

"Bapak cemburu ya?" bisik Jasmine ikutan menggoda Devan.

"Jangan buat aku marah lagi Jasmine, jika tidak pergilah dari sini..aku bisa menyelesaikan sendiri kerjasama bisnis ini tanpa kamu." Devan terlihat kesal.

"Bagaimana, jika aku perginya ke hati bapak saja?"

"Awas kamu nanti ya." ancam Devan, sebelah tangannya yang ada di bawah meja meremas paha Jasmine hingga gadis itu meringis sambil memaksakan senyumnya. 

Setelah masuk ke topik hangat pembicaraan bisnis, tidak terasa sudah satu jam berlalu. Pertemuan itupun berakhir.

"Pak Devan, setelah ini aku mau belanja ke mall dulu bersama Rose."

"Apa perlu aku antar?"

"Tidak perlu, apa kata Rose nantinya, jika melihat bapak yang mengantarkan aku ke sana. Lagian aku udah pesan taxi online." terang Jasmine bersiap meninggalkan Devan di parkiran restoran, meskipun kurang setuju tapi Devan tetap mengizinkan. Orang-orang akan curiga jika dia selalu bersama Jasmine.

Devan menatap punggung Jasmine yang berjalan memasuki mobil tranportasi online yang akan membawanya menuju sebuah mall ternama di pusat kota. jarak tempuh dari restoran menuju mall memakan waktu lima belas menit perjalanan. Begitu turun Jasmine sudah melihat sahabatnya Rose berdiri dalam lobby menunggu kedatangan nya.

"Jasmine."

"Rose."

Dua sahabat ini berjalan sambil tertawa ceria menikmati suasana mall yang mulai ramai pengunjung, mereka memasuki toko-toko untuk mencari kebutuhan pribadi mereka, seperti pakaian dan alat kecantikan. 

Mata Jasmine berbinar gembira ketika mendapati sebuah tas bermerek yang sudah lama diinginkannya. Jasmine dengan semangat lansung mengambilnya namun seorang perempuan muda datang dari arah sebelah kanan dengan kasar menarik dari tangan Jasmine.

"Tas ini milikku." menarik dari Jasmine hingga gadis itu terdorong dan jatuh. 

"Jasmine hati-hati!" teriak Rose ingin menolong tapi terlambat.

BRUKK!!     

"Aduh!"

Tubuh Jasmine jatuh kelantai begitu juga dengan perempuan yang barusan mendorongnya, karena saat jatuh Jasmine berpegangan sehingga tubuhnya ikut tertarik kebawah.

"Dasar perempuan ngak guna kamu, main tarik-tarik aja."

"Eh Nona, kamu yang mulai. tas ini jelas-jelas ada ditangan sahabat ku tapi kamu malah menariknya hingga jatuh." hadang Rose meluapkan kekesalannya pada perempuan dihadapannya.

"Oh jadi kalian berdua menyalahkan aku, lagian orang seperti kalian nggak bakalan mampu beli tas semahal ini."

Perempuan yang dipanggil Milka itu mendecih sinis melihat tampilan Jasmine dan Rose yang menurutnya sederhana. Tidak seperti dirinya yang seksi dan berkelas.