Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dominic vs Firman
Arka hanya bisa melongo melihat pertarungan mereka, bukan melongo tanpa suatu alasan. Tapi ia melihat semua jual beli serangan di antara keduanya.
Sedetik setelah mereka berhadapan, Dominic meninju tulang rusuk firman, tinjuan itu memang berhasil mendarat, akan tetapi firman berhasil berputar sebelum tinjuan itu memberikan damage yang kuat ke dalam tubuhnya. Firman berputar dengan kencang dan melakukan tendangan yang sangat kencang di akhir manuver perputaran itu tepat di dada Dominic. Kecepatan itu tak bisa dan bahkan tak akan pernah bisa di react oleh Dominic. Akibatnya, Dominic berhasil di buat mundur oleh Firman. Ya, bukan terpental, melainkan hanya mundur.
"Hahaha.. segini aja ?" Dominic tertawa kecut.
Firman melompat lompat kecil sambil jinjit. "Aha, masih pemanasan gendut!"
Firman kembali beraksi, dengan kecepatannya yang tak bisa di lihat itu kini ia berada tepat di depan Dominic. Sebelum Dominic berhasil menangkap lehernya, Firman memutari badannya dan kini ia tepat berada di belakang Dominic. Dominic yang tau dengan cekatan ia menunduk dan menendang perut Firman.
Namun kecepatan Dominic tak setara kecepatan Firman, Firman bersalto dan melancarkan tendangan dari atas tepat di ubun ubun Dominic. Namun di serangan itulah Dominic sengaja membuka pertahanan agar bisa menangkap kakinya.
"Tertangkap Anj*Ng" Dominic nyengir.
Tanpa membuang peluang, Dominic langsung mencengkram pergelangan kaki Firman dan membantingnya nya ke tanah. Firman mengeluarkan dahak karna dada dan lehernya terhempas begitu kuat ke tanah. Bahkan membuat lantai itu retak dan remuk.
Orang lain hanya bisa melihat hasil akhir dari pertarungan.
Tetapi tidak untuk dia orang jenius ini.
Ruhus dan Arka, mereka berhasil menganalisa dan melihat setiap pertarungan mereka berdua. Memang mata Ruhus agak jeli, jika Ruhus bisa melihat gerakan mereka dalam sekelebat, Arka benar benar bisa nge-react semua serangan Firman.
Andai, aku bisa meniru kekuatan mereka berdua.
Batin Arka. Di dadanya ada perasaan sesak, bahwa dalam imajinasinya ia bisa menirunya tetapi tubuhnya masih belum merespon.
Melihat tatapan serius Arka yang melihat ke arah pertarungan, si siswa bertindik yang di samping arka mengernyit kan dahi.
"Kamu mau meniru mereka? Di fisik mu yang sekarang?" tanya si tindik.
Arka menoleh dan mengangguk.
"Mereka sudah melatih tinju dan kecepatan mereka masing masing, sulit untuk kau praktekan dalam sekali lihat atau bahkan meniru damage mereka. Kau harus berlatih lebih keras dan harus melatih tubuh mu yang kurus itu agar bisa melampaui mereka." si tindik mengeluarkan rokok dan membakarnya .
"Ingat, di sekolah ini, kekuatan adalah segalanya."
Arka paham benar kalimat itu. Di sekolah ini, memang kekuatan di atas segalanya. Tapi Arka bertekad bahwa kelak, ia akan membuktikan bahwa kekuatan saja tak cukup untuk menjadi puncak di sekolah ini.
"Ada banyak tujuan ku selain meraih kekuatan, yaitu uang " Arka mulai berdiri dan merapikan seragamnya.
"Uangpun juga butuh kekuatan untuk meraihnya" Kata si tindik .
"Nggak, akan ku buktikan bahwa kekuatan saja tak bisa mendapatkan uang dan kekuasaan" Jawab Arka dengan tatapan yang tegas.
Kemudian si tindik teringat perkataan seseorang.
"Di dunia yang kejam ini, kekuatan adalah fondasi yang kokoh. Namun dengan kekuatan saja tak akan bisa menaklukan dunia yang kejam ini ."
Si tindik tersenyum dan berbalik berjalan meninggalkan Arka.
"Nama mu Arka ya?" tanya si tindik.
Arka menoleh kepada si tindik. "Ya, kenapa?"
"Namaku Eddy Hardian. Aku menunggu kontribusi mu" kata si tindik sambil melambaikan tangan tanda pamitan.
Arka hanya mengernyit tak mengerti .
Dbum!!!
Suara nyaring itu berhasil membuat perhatian Arka kembali teralihkan ke pertempuran dua orang ini.
Si Firman berhasil menendang Dominic ke tembok lorong kantin dan membuat tubuh Dominic terbenam di tembok itu.
"Hei br*ngsek, kalau mau ganggu anak buah ku jangan sampai keliatan aku ya bajing*n!" Firman mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Ayok gengs" Firman melambaikan tangan nya ke arah kawanannya dan membawa mereka pergi dari kantin.
Namun sebelum mereka benar benar pergi, Firman melihat Ruhus yang merupakan ladang uang jajan. Ia tersenyum dan menjambak rambut Ruhus.
"Ayok ikut aku" kata Firman.
"Lepaskan !" Arka berdiri di depan Firman.
Firman melirik Arka yang kini berdiri di depannya.
"Apa? Ini anggota mu juga?" kata Firman.
"Mereka sumber jajan ku, jangan ganggu brengs*k, cari yang lain saja " Si Dominic kembali berdiri dengan nafas yang terengah engah.
"Sudah sudah, kau kalah jadi ini milikku"
Ketika Firman menoleh untuk melihat Dominic ke belakang, dengan cekatan Dominic meninju wajah Firman. Tinjuan telak itu berhasil mendarat mengenai wajah Firman dan membuat ia terpental hingga keluar dari lorong kantin, bahkan tubuh Firman mendarat kasar ke lapangan bola.
Arka tercengang dengan damage dari tinjuan Dominic.
"Br*ngsek, baru bisa menghempaskan ku ke dinding bukan berarti kau menang bajing*n!" Dominic meludah ke samping .
Firman berdiri dengan sempoyongan. Ia mencoba menepuk nepuk pelipis bagian kanan nya.
"Ah, pusing sekali rasanya." Firman kembali melakukan ancang ancang dengan melompat lompat kecil. Ia memejamkan mata sebentar lalu kemudian menghembuskan nafas pelan .
Sedetik setelah ia menarik nafas, ia melompat dengan cepat dan kini sudah ada di depan Dominic. Dominic yang kaget langsung ingin mencengkram tulang rusuk Firman, namun Firman berhasil berkelit dan malah Firman lah yang berhasil mendaratkan tendangan berputar ke tulang rusuk Dominic. Membuat bunyi renyah dari tulang rusuk yang retak, Dominic kembali terhempas ke tembok kantin.
"Yah, ini untuk hidungku yang hampir patah." ujar Firman sambil mengurut-ngurut pelan batang hidungnya.
"Hadehhh pagi pagi sudah ribut, rebutan apa sih anak ini?" Suara yang berat itu datang dengan sangat santai ke tengah tengah mereka berdua .
Deg!
Dada mereka yang ada di lorong kantin semuanya berdebar. Jantung mereka seolah olah ingin berhenti, nafas mereka yang sedang makan kini tercekat. Dengan hanya hawa keberadaanya saja sudah berhasil membuat lorong kantin ini untuk diam.
Pemilik suara itu adalah anak SMP kelas tiga yang sudah memiliki nama di luar. Bahkan ia berhasil berkali kali menghancurkan fraksi kakak kelas SMA . Orang itu bertubuh sedikit tinggi sekitar seratus tujuh puluh enam. Rambutnya agak gondrong yang di kepang mambo. Bahunya yang lebar, dadanya yang bidang, tubuhnya yang full otot kekar saja sudah bisa membuat orang yang melihat ingin tunduk di hadapannya.
Dia adalah orang yang sering di gadang gadang saingan sang Lone wolf. Orang ini bernama Jefry Bara Rain.
Orang ini melihat sekelilingnya yang terdiam kaku. Ia paham benar reaksi reaksi orang yang seperti ini, kemudian ia teralihkan pandangannya ke dua orang ini. Ruhus dan Arka yang saling melindungi.
Arka berdiri tegak melindungi Ruhus yang untuk berdiri saja sudah susah.
Jefry teringat posisi itu, posisi di mana masa kelam dia dahulu sewaktu masih umur lima tahun di tengah pasar gelap.
"Jadi.." Jefry berjalan pelan ke arah dua anak itu yang sedang terpojok.
"Kalian merebut dua kroco ini untuk di jadikan uang saku berjalan?" Jefry kini telah berdiri di hadapan Arka.
Arka sama sekali tak bergeming walaupun berhadapan dengan Jefry. Ia tetap menatap tegas lurus ke pandangan Jefry.
Jefry benar benar tau nyali anak ini, ia tau bahwa anak ini ingin melindungi temannya. Dan ia tau bahwa tubuh anak ini begitu kecil untuk ia banting ke tanah .
"Dua anak ini mulai sekarang milikku." ujar Jefry yang membuat semua orang melongo .
"Kalian berdua ada dua pilihan. Yang pertama menjadi anjing ku, yang kedua duel dengan ku."
Kata kata itu membuat semua orang makin tercengang .
Namun tidak dengan Arka, ia diam diam memikirkan sebuah rencana yang menguntungkan.
...****************...