Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyelamat kan si antagonis pria
***
Setelah sarapan yang penuh canda tawa bersama Arvel dan teman-temannya, Alethea menyampirkan tasnya di pundak dan melangkah keluar rumah. Matahari pagi bersinar hangat, menandai awal hari yang tampaknya akan berjalan biasa—atau setidaknya, itulah yang ia harapkan.
Perjalanan ke sekolah diiringi gurauan ringan dari Arvel dan yang lain. Sesekali Alethea tersenyum kecil, meski pikirannya masih setengah tertambat pada kejadian semalam ,
Begitu melewati gerbang sekolah, suara-suara akrab segera menyambutnya.
"Aletheaaa!" Friska berlari kecil sambil melambaikan tangan, diikuti oleh Sasha dan Bianca.
"Apa kamu berangkat bareng black dragon??
Sasha (dengan antusias): "seperti nya akan ada buih-buih cinta ini , kapal asmara akan berlayar sebentar lagi hahaha"..
alethea hanya tersenyum tipis mendengar ucapan teman-teman nya ,
Friska (menyipitkan mata melihat alethea yang hanya diam saja). "Kamu kenapa?
Alethea (hanya mengangkat bahu, senyum tipis menghiasi wajahnya). "Cuma kurang tidur aja."
Tapi di balik senyum Alethea, ada kegelisahan yang terus tumbuh. Ia tahu, dunia tempat ia berpijak mulai bergeser—dan ia tak bisa lagi jadi sekadar pemeran pendukung dalam cerita ini. Ia mengingat dimana sore nanti antagonis pria akan muncul , dan kemunculan nya bisa saja membahayakan nyawanya , tapi alethea bertekad akan mengubah alur yang sudah di tulis oleh author.
"kalau Sherly yang menolong Aliando di antagonis pria itu pasti akan menjadi masalah besar bagiku, sepertinya aku memang harus merubah total alur sampah yang di ciptakan si penulis , mungkin aku akan jadi penolong nya dengan begitu nyawa ku bisa sedikit tenang tidak terancam lagi ". Pikir alethea dalam hati .
***
Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat ,
Angin sore menerpa wajah Alethea saat ia melangkah cepat di sepanjang lorong sepi yang menuju ke gudang tua di ujung kota. Ingatannya masih segar—Aliando Angkara, pria yang seharusnya diselamatkan oleh Sherly, kini tengah dalam bahaya—sendirian, tanpa pertolongan.
Alethea menggigit bibirnya, dadanya sesak oleh kegelisahan. "Seharusnya ini bukan bagianku... Tapi jika aku tak menolong nya bisa saja Sherly yang akan menolong nya , dan saat dia jatuh cinta pada Sherly dia akan terhasut oleh Sherly untuk membunuh ku , aku tak kan diam saja, aku pasti bisa bertahan sampai akhir."
Langkahnya makin cepat, hampir berlari saat suara dentuman dan teriakan samar mulai terdengar dari kejauhan. Ia tahu itu dia. Aliando.
Begitu sampai, matanya menangkapnya—Aliando terpojok, tubuhnya penuh luka, dikeroyok oleh para lelaki bertopeng hitam. Alethea tak berpikir panjang. Ia mengambil sebatang kayu besi di dekat pintu masuk dan menerobos masuk ke dalam kekacauan itu.
"Hei!" teriaknya, suara tajam memotong udara. Para penyerang menoleh, cukup memberi waktu bagi Aliando untuk bangkit dengan sisa tenaganya.
Aliando (mendongak, matanya sempat menyiratkan keterkejutan melihat Alethea berdiri di sana). "Kau... Sedang apa kau disini , ini bukan tempat mu cepat lah lari sebelum mereka menyerang mu"...
Alethea: "gue tau apa yang gue lakukan ini membahayakan diri gue sendiri tapi gue ga mungkin ninggalin Lo sendirian disini".
“Lepaskan dia,” katanya dingin, matanya menatap tajam.
Salah satu pria mendengus meremehkan. “Anak kecil ikut campur? Pulang sana!”
Tapi sebelum pria itu selesai tertawa, Alethea sudah bergerak. Ia menghentakkan kakinya ke tanah, meluncur ke depan dengan tendangan berputar yang mendarat tepat di rahang pria pertama. Tubuhnya terhempas ke belakang, menghantam dinding.
"Aaarrrrgghhhhh" . jerit pria itu
Empat lainnya langsung menyerbu.
Yang pertama datang dari kiri—Alethea menghindar ke samping, menangkap lengan pria itu, lalu memelintirnya dan melempar tubuhnya ke atas meja kayu hingga meja itu pecah berkeping-keping.
Yang kedua mencoba menyerangnya dari belakang dengan rantai. Tapi Alethea berjongkok, menangkap kaki pria itu, lalu memutarnya dengan teknik kuncian hingga pria itu jatuh menjerit.
Aliando yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa terdiam—matanya lebar, tak percaya.
“Dia bukan cuma penyelamat…” gumamnya lirih. “Dia petarung.”
Dua pria terakhir mencoba menyerang bersamaan. Alethea bergerak cepat seperti bayangan. Ia melompat, menendang wajah salah satu lawan sambil memutar tubuh dan menghantam perut pria lainnya dengan siku.
Suara keras—DUK! DAK!—mengisi gudang. Pria-pria bertopeng itu satu per satu tumbang, mengerang kesakitan di lantai, tak sanggup berdiri lagi.
Napas Alethea memburu, tapi sorot matanya masih tajam. Ia menoleh ke Aliando.
alethea berjalan mendekati Aliando yang tengah merasakan kesakitan di sekujur tubuh nya , alethea mulai mengambil tisu basah dari saku jaket nya , ia pun mulai membersihkan luka Aliando ,
Aliando (memperhatikan alethea yang tengah membersihkan luka nya): " terima kasih, jika kau tak ada untuk menolong ku , aku tak tau apa yang akan terjadi kepada ku".
Alethea (menatap Aliando sejenak) : "sama-sama, kebetulan aku hanya lewat sini dan tak sengaja mendengar perkelahian.
Aliando (mengulurkan tangan) : "nama ku Aliando bisa di panggil Ali atau juga Ando , siapa namamu?"...
Alethea (melihat uluran tangan itu dan menatap ke arah aliando) : "aku alethea biasa di panggil Thea".
Alethea : "luka nya sudah bersih ayo kita keluar , akan ku bantu kau untuk berjalan". Sambil memapah Aliando .
Aliando : "sekali lagi terima kasih Thea, apa kau membawa kendaraan??"
Alethea : "aku tak membawa kendaraan, aku hanya berjalan-jalan tadi di sekitar sini ," . Tak mungkin aku memberi tau nya kalau sebenarnya aku kesini itu memang sengaja karna ingin menolong nya , dan hanya naik taksi kesini " dalam hati nya
Aliando : "kalau gitu pakai punya ku aja , kebetulan aku tadi bawa mobil , tapi aku tak bisa menyetir untuk sekarang hehehe , bisa kah kau menyetir mobil ???".
Alethea : "tentu saja bisa , tunjukan saja jalan nya ke arah mana aku akan membawamu pulang kerumah mu tapi sebelum itu kita mampir ke apotik dulu membeli obat untuk mengobati semua luka mu".
Sore pun mulai berganti senja Alethea duduk di balik kemudi mobil Aliando. Tangannya mantap menggenggam setir, pandangan fokus menembus jalanan kota yang mulai lengang.
Di kursi penumpang, Aliando duduk diam dengan satu tangan menekan perban sementara di pelipisnya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Alethea—perempuan yang beberapa jam lalu menerobos medan bahaya hanya demi menyelamatkannya. Wajah Alethea serius, fokus, tapi ada ketenangan dalam geraknya yang membuatnya sulit memalingkan pandangan.
“Kamu tau cara nyetir mobilku?” tanya Aliando akhirnya, mencoba memecah keheningan.
Alethea (mengangguk tanpa menoleh). “Setirnya masih bulat, pedalnya masih tiga. Sama aja.”
Lalu dengan nada bercanda ringan, ia menambahkan, “Atau kamu mau aku tabrakkan kita ke trotoar biar dramanya lebih maksimal?” dia ga tau aja di dunia nyata gue punya mobil lebih mahal dari ini . Lanjut nya dalam hati
Aliando (tertawa kecil, lalu meringis karena luka di pipinya). “Lain kali jangan terlalu hebat mukulin mereka, ya. Aku kasihan liat lantai gudang kena darah mereka.”
Alethea (hanya menggeleng, senyum sekilas menghiasi wajahnya). “Beruntung aku masih punya hati ngga ngebuat mereka semua koid ".
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan apotek yang masih buka 24 jam. Alethea turun lebih dulu. “Tunggu di sini. Aku beli beberapa salep, perban , sama antiseptik. Dan mungkin minuman isotonik buat kamu biar gak pingsan.”
Aliando hanya mengangguk. Tapi saat pintu mobil tertutup dan Alethea masuk ke apotek, matanya tak lepas dari bayangan gadis itu.
Diam-diam, ia bergumam pada dirinya sendiri, “Kenapa baru sekarang kita bertemu…”
Maaf guys 2 hari kemaren ga update karna lagi sakit , see you later guys .......
Tpi saya mw sedikit berkomentar, saya membaca novel kk karna tertarik membaca sinopsisnya.
Tapi menurut saya, percakapan ringannya terlalu banyak, membuat pembaca cepat bosan. Coba kakak kurangi percakapan2nya, tpi lebih menggambarkannya aja dan alur konfliknya buat lebih dalam kata2nya.
Terus penggambaran tokohnya agak kurang menjalankan perannya. seperti papa bram( kaya, hebat, punya banyak pengawal) tpi knapa anaknya kurang terjaga, gk ada pengawal yg memantauan dari dekat/jauh.
Arvel ( berjanji mau jaga adeknya di sekolah) tpi gk tw adek tersesat, pergi menyelatkan Aliando.
Gitu aja sih thor, semoga kedepannya lebih bagus, dan mohon jangan tersinggung dengan komentar saya.😊