Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANCAMAN LEMBUT
Sambil membawa kopernya, Zeva berada dirumah sakit.
Gia dan Pablo menurunkannya di depan UGD tanpa ikut turun.
"Ibu dan kakakmu harus mengejar jadwal pesawat. Kembali dan jagalah suamimu dulu, Zeva. Kami akan kembali saat tahun baru" ucap Gia.
Dengan rasa berat di hati, Zeva pun menggangguk.
Mereka pun berpisah di sana.
"Apa ibu tidak merindukanku? Apa dia tidak peduli dengan kesusahaan ku? Kenapa dia tidak mengatakan atau menghubungi ku jika keadaannya sudah membaik?" batinya gelisah dan bertanya tanya tentang ibunya yang ia ketahui juga sakit hampir sama seperti ayahnya yaitu lumpuh diarea kaki ke bawah.
Tapi sekarang setelah lebih dari 6 bulan tidak bertemu, ternyata ibunya sudah membaik.
Zeva yang ragu untuk masuk ke lorong rumah sakit dimana suaminya berada.
"Apakah ibu Gia akan benar benar menolongku setelah tahun baru?"
"Apakah aku benar benar bisa bercerai dari Anthon?"
"Apa yang harus aku perbuat jika bersama dengan Anthon kembali?"
"Bagaimana aku bisa menghadapi ayah Herjunot dan ibu Bora setelah aku mencelakai putranya?"
"Bagaimana dengan Theo? Apa yang akan dia lakukan padaku? Pada hubungan kita"
Otak Zeva bekerja menduga duga apa yang akan ia hadapi didepan.
Lalu baru saja ia melangkah, ada tangan yang menepuk pundaknya.
"Theo" lirihnya.
"Aku ingin berbicara denganmu" ucap pria itu dingin.
Zeva cukup tidak nyaman dengan sikap Theo yang seperti ini padanya, namun merek memang perlu berbicara.
"Ikut aku" ajak Theo kemudian berjalan mendahului Zeva keluar lobby rumah sakit menuju parkiran.
Theo berhenti disaat posisinya tidak terlihat lalu lalang orang lain.
Zeva berhenti tepat dihadapan pria itu.
"Apa yang ingin kamu katakan sampai membawaku kesini, Theo?" tanyanya.
Theo menatap lekat dan dingin kearah Zeva
"Kenapa kamu menatapku seperti ini? Aku sungguh gak suka kamu kayak gini. Cepat katakan apa yang ingin kamu katakan padaku" minta Zeva yang mulai kesal.
"Aku tidak berfikir jika hubungan kita akan berjalan lagi sejak insiden tadi malam, Zeva. Aku ingin berpisah baik baik denganmu" ucap Theo.
Deg!
Theo benar benar akan meninggalkan Zeva sendiri setelah kecelakaan Anthon jatuh dari tangga.
"A..apa yang kamu katakan hah? Kamu meninggalkanku setelah semua ini? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Zeva dengan nada marah.
"Kamu harus bertanggung jawab dengan Anthon, Zev. Dia saudaraku dan sahabatku, ternyata aku menganggapnya seperti itu setelah selama ini bersama" jawab Theo.
"Bertanggung jawab? Kamu ikut menyalahkanku atas kejadiaan tadi malam dimana aku hanya ingin melindungi diri ku sendiri hah? Apa ini yang kamu nama kan cinta kepadaku setelah sekian lama menahannya?" serang Zeva dengan air mata yang sudah mengalir di pipi.
"Aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja saat ini kondisi Anthon sangat parah. Ayah dan Ibu sangat menyayangkan kejadian ini. Mereka sangat kecewa dengan mu dan aku, Zeva. Mereka adalah orang tuaku yang sangat aku sayangi, aku tidak bisa membuat mereka lebih kecewa dengan hubungan kita" sahut Theo.
Tawa Zeva terdengar nyaring menggema di parkiran.
"Hahahahahahahhaaaa"
"Astagaaa...Theo...ucapanmu ini ucapan seorang pengecut dimana suka menarik omongan sendiri" ucapnya dengan sarkasme.
Theo hanya diam saja mendengarnya.
Zeva semakin geleng geleng kepala. Pria yang ia yakini akan membawanya keluar dari ketidakbahagiaan bersama Anthon, ternyata seorang pengecut yang tidak memperjuangkannya.
"Aku salah. Aku salah telah memberikan hatiku padamu" lirih Zeva sambil menyeka air matanya.
"Maafkan aku. Setelah ini sepertinya kita juga tidak bisa bertemu lagi. Aku akan pergi dari Paris" sahut Theo.
Semakin mirislah perasaan Zeva. Tanpa berkata apa apa, ia membalik badan lalu berjalan meninggalkan Theo.
"Maafkan aku, aku benar benar harus meninggalkanmu untuk mempertanggungjawabkan kesalahan kita menyakiti Anthon, Zeva" lirih pria yang sedang merelakan cintanya pergi untuk memenuhi janji kepada Herjunot dan Bora yang telah ia buat beberapa jam lalu.
...*Flasback on...
Setelah Herjunot beristirahat menemani Bora di ruang rawat inap VVIP, pria tua ini terbangun di pukul 7 pagi dan berniat keluar ruangan berbicara dengan anak angkatnya, Theo.
Dan benar saja, Theo duduk di depan ruangan.
"Ayah" panggilnya setelah berdiri dan menghampiri Herjunot.
"Ayo berbicara" ajak Herjunot dan Theo mengangguk.
"Kita akan berbicara di kantin sekalian sarapan" lanjut pria itu memberikan intruksi.
Theo hanya menurut dan mengikuti langkah kaki ayah angkatnya.
Sesampainya disana, mereka memesan makan dan minuman. Lalu duduk berhadapan.
"Ayah kecewa denganmu, Theo" ucap Herjunot.
"Aku tau, Yah. Aku sangat minta maaf kepada ayah, ibu dan Anthon" sahut Theo dengan wajah penuh penyesalan.
"Apa yang membuatmu bisa melukai Anthon seperti ini? Apa kah kamu ingin balas dendam dengannya karena ia telah menyakitimu selama ini?" ucap Herjunot.
Theo heran, bagaimana tebakan ayah angkatnya ini hampir benar.
"Ayah tau, Anthon telah salah dimana setiap insiden yang mencelakai kalian adalah perbuatan Anthon sendiri. Dia ingin menjadi pahlawan untukmu namun ternyata dia juga menjadi tersangkanya" jelas Herjunot.
"A..ayah tau?" tanya Theo terkejut.
"Bagaimana ayah tidak tau jika hal seperti ini berulang lebih dari 3 kali" jawab Herjunot.
"Tapi ayah tidak menyangka jika kamu tega menyakiti Anthon sekeras ini, Theo. Masa depan Anthon bisa rusak jika dia menjadi lumpuh karena benturan di kepalanya. Pendarahan yang dia alami sangat hebat. Bisa bisa ada konsekuensi besar saat dia sadar nanti" lanjutnya.
Theo tidak sempat memberikan respon kesal datau marah kepada Herjunot karena pria itu mengerti bahwa selama ini kecelakaan yang terjadi padanya akibat perbuatan anak Herjunot sendiri.
Rada bersalah lebih menggerogoti hatinya.
"Maafkan aku, Ayah. Sekali lagi maafkan aku" ucap Theo.
Lalu sebelum Herjunot menyahuti permintaan maaf dari anak angkatnya itu, pesanan datang.
"Makan dulu. Kita lanjutkan setelah ini" ucap Herjunot.
Theo menurut dan memulai memakan sarapannya bersama ayah yang ia kenal sebagai pria paling bijaksana di hidupnya.
Namun, setelah menyadari bahwa Herjunot sudah tau kesalahan Anthon pada dirinya lalu membiarkan begitu saja, ada rasa kecewa Theo pada pria itu.
"Memang anak angkat selamanya akan menjadi anak angkat, tidak akan seperti anak kandung" batin Theo sambil menatap Herjunot beberapa kali dengan mengunyah makanan di mulutnya.
Ia mengamati wajah Herjunot yang terlihat sedih namun tidak terlalu sedih, tidak terlihat marah namun juga tidak terlihat senang. Herjunot terlihat seperti menahan perasaannya sendiri.
Di ruangan rawat inap, Bora masih terlelap dari tidurnya setelah pingsan dini hari tadi.
Sedangkan Anthon masih berada diruangan ICU setelah keluar dari ruangan operasi.
Kembali ke kantin, Herjunot dan Theo kembali berbicara setelah menghabiskan sarapan mereka.
"Bora sangat marah kepadamu, Theo" ujar Herjunot.
"Aku tau ayah. Aku pantas mendapatkan kemarahan ini dari kalian" ucap Theo.
"Aku sudah melihat cctv, Zeva yang menendang Anthon kan? Apa yang terjadi kepada kalian bertiga hingga bisa bisanya terjadi insiden tadi malam?" tanya Herjunot.
"Aku yang salah ayah. Zeva tidak salah karena aku yang memulai pertengkaran dengan Anthon. Aku memang sudah mengkhianati Anthon. Aku yang telah membuat Zeva tergoda kepadaku. Aku yang telah menggoda Zeva sampai Anthon cemburu dan marah" jawab Theo membujuk ayahnya itu.
Ia ingin melindungi Zeva.
"Mengkhianati? Apakah kamu berselingkuh dengan Zeva didepan Anthon?" tanya Herjunot to the point.
"Iya..ayah.. maafkan aku" jawab Theo jujur, meskipun sebenarnya ia hanya ingin menolong Zeva namun tidak dipungkiri ia telah memiliki hubungan dengan wanita itu.
Theo mengepalkan tangannya di bawah meja makan. Ia sangat sangat marah tapi ia sudah menduga karena beberapa hari memperhatikan interaksi Theo dan menantunya itu yang berbeda.
"Maafkan aku" lirih Theo lagi.
"Astagaa, Theeeo!!! Ayah benar benar sangat kecewa kepadamu! Kamu anak ayah yang bisa ayah banggakan kenapa seperti ini" curahan hati Herjunot disampaikan dengan kata kata bukan tindakan kasar penuh amarah.
Theo hanya bisa menunduk dan meminta maaf.
Herjunot menghembuskan nafas kasar dan terdiam beberapa saat.
"Kamu harus meminta maaf kepada Anthon dan meninggalkan Zeva mulai detik ini juga. Jika kamu memang menganggap Anthon sebagai saudara lalu menganggap ayah dan ibu , orang tuamu, maka lakukan yang ayah bilang" ucapnya.
"Aku tidak bisa meninggalkan Zeva bersama Anthon, Yah. Ayah pasti tau apa yang telah ia lakukan kepada istrinya sendiri. KDRT. Zeva sangat menderita hidup bersama Anthon" ungkap Theo.
"Meskipun dia sebelumnya menderita, tapi saat ini mungkin penderitaan Anthon juga mulai terjadi. Ayah tidak berharap Zeva melepaskan Anthon dalam keadaan yang buruk. Wanita itu harus tetao bertanggungjawab, Theo. Kamu juga" ujar Herjunot.
"Jika kamu tidak melakukan apa yang ayah katakan, maafkan ayah jika melaporkan Zeva kepada polisi dan menyuruhmu untuk keluar dari IT Galio, perusahaan milik Galio" ancam Herjunot.
"Maaf kan ayah, ayah hanya bisa mengancam seperti ini agar Anthon bisa memperbaiki diri bersama istrinya nanti, Theo" batinnya.
"Jangan laporkan Zeva! Dia tidak salah ayah" ucap Theo dengan penuh penekanan.
"Maka dari itu lakukan apa yang ayah katakan dan kamu akan ayah berikan perusahaan baru terlepas dari IT Galio maupun keluarga Galio agar kamu bisa membuat perusahaanmu sendiri di luar Paris. Ayah pun tidak akan mengancam mu lagi dengan hal semacam ini" ujar Herjunot.
"Ayah..apa yang serius mengusirku dari Paris dan keluarga ini?" tanya Theo tidak percaya.
"Hanya dengan kamu pergi dari Paris dan membangun perusahaan baru atas namamu sendiri, maka sepertinya keluarga kita akan baik baik saja, Theo. Mengertilah" jawab Herjunot.
Theo pun terlihat lemas dan menyandarkan punggungya di kursi.
"Ayah akan membuatkanmu perusahaan di Amerika. Disana ayah memiliki lahan dan teman untuk membantumu membantun perusahaan IT" ujar Herjunot.
"IT Galio akan dipegang oleh Grup Galio. Kamu tenang saja kerja kerasmu selama ini tetap akan ayah lanjutkan diperusahaan. Anggap saja IT Galio membuka partner kerja di Amerika" lanjutnya.
Theo masih diam dan belum merespon.
Tiba tiba ada perawat yang menghampiri mereka.
"Permisi Tuan Herjunot, istri anda sudah siuman dan mencari anda" ucap perawat itu.
"Baik, saya akan kesana. Terima kasih" sahut Herjunot.
"Aku akan ke Bora. Kamu pikirkan baik baik tawaran ayah dan jika nanti kamu bertemu Zeva buatlah dia meninggalkanmu" lanjutnya kepada Theo.
Herjunot pun meninggalkan Theo di kantin.
...*Flashback off...