Sistem Kembalinya Sang Penguasa

BAB - 16: Kebenaran Yang Terungkap.

Malam itu, Chu Yuan berdiri termenung di depan makam ibunya. Meski angin malam menusuk dari luar masuk hingga ke tulang dan langit mendung menggantung berat di atas kepalanya, pikirannya jauh lebih kacau daripada cuaca itu sendiri. Setelah mengunjungi makam ibunya, Chu Yuan tak bisa memejamkan mata. Gelisah menggulung dalam dadanya seperti ombak ganas yang menghantam tebing.

Kata-kata terakhir Qiu Lan dan dugaan mengenai kematian ibunya terus mengiang dalam benaknya. Rasa rindu, kemarahan, dan rasa bersalah bercampur menjadi satu, menciptakan badai yang tak bisa ia redam. Kenangan-kenangan lama menghantui benaknya, terutama senyum lembut ibunya yang kini hanya bisa ia lihat dalam ingatan. Ia tahu jika terus diam, maka kebenaran hanya akan terkubur lebih dalam, tertutup oleh kelicikan para tetua.

"Aku berjanji, padamu Ibu.. aku akan menemukan siapa yang membunuhmu di masa lalu, dan akan ku pastikan mereka tidak akan mati dengan tenang!" gumamnya lirih, sebelum akhirnya berbalik dan menghilang ke dalam gelapnya malam.

Namun, malam itu bukan malam biasa. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sebuah desakan dari dalam hati, serta bisikan-bisikan entah dari mana yang terus mendorongnya untuk mencari kebenaran.

Ia tak bisa menunggu lebih lama. Malam itu juga, Chu Yuan memutuskan untuk bertindak.

Langit malam menyelimuti wilayah Klan Chu dalam keheningan yang mencekam. Suara jangkrik pun enggan terdengar. Bangunan-bangunan tua berdiri bisu seperti saksi bisu dari sejarah panjang klan ini. Cahaya bulan pucat menyinari jalan-jalan batu, membuat bayangan panjang meliuk seperti makhluk yang mengintai di kegelapan.

Di antara bayang-bayang itu, sesosok siluet meluncur secara diam-diam namun cepat, tenang, dan nyaris tak terlihat.

Chu Yuan mengenakan jubah hitam tipis yang melekat rapat pada tubuhnya. Teknik Langkah Petir Naga Bayangan yang dikuasainya telah mencapai tingkat yang mengesankan, memungkinkan dirinya bergerak seperti bayangan yang menyatu dengan malam. Tak ada suara langkah kaki, tak ada getaran tanah.

Tujuannya jelas, yaitu Ruang Catatan Klan bangunan kuno yang menyimpan arsip sejarah, silsilah, dan juga rahasia-rahasia yang tidak ingin diketahui publik.

Bangunan itu terletak di ujung timur klan Chu, dijaga oleh dua penjaga elit dengan kultivasi Golden Core. Chu Yuan tahu, mendekatinya secara frontal sama saja dengan bunuh diri. Namun sistem memberinya pemberitahuan tepat waktu.

[Energi Qi Yang Kuat Terdeteksi. Dua Penjaga Dengan kultivasi Golden Core Tingkat 7 Sedang Mendekat. Waspada, Tuan]

Segera, Chu Yuan menarik napas dalam dan mulai menekan aura keberadaannya hingga nyaris lenyap. Ia merendahkan suhu tubuhnya, menyesuaikan ritme napasnya, dan mulai menyatu dengan gelapnya malam.

Para penjaga berdiri di depan pintu, mata mereka menyapu sekitar dengan tajam.

"Aku rasa ada sesuatu, barusan terasa hawa keberadaan seseorang di sini" ujar salah satu dari mereka, meraih jimat peringatan.

"Tenang saja. Tak ada yang bisa menyelinap ke sini. Kecuali mereka ingin mati muda" balas penjaga lainnya, namun tetap siaga.

Dari balik tembok samping, Chu Yuan meluncur ke atas menggunakan loncatan ringan, lalu memanfaatkan celah kecil di atap yang sudah mulai lapuk. Ia masuk dengan gerakan gesit dan perlahan turun ke dalam ruangan gelap yang hanya diterangi kristal penerangan samar.

Udara di dalam lembap dan penuh aroma debu kuno. Rak-rak kayu tua berdiri dalam barisan panjang, menyimpan gulungan demi gulungan catatan sejarah.

Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh satu kristal penerangan kuno yang menggantung dari langit-langit, memancarkan cahaya lembut kehijauan. Bau debu dan kertas tua menyambutnya. Deretan rak kayu menjulang, dipenuhi gulungan dan lembaran tebal bersampul kulit binatang.

Chu Yuan tahu ia tidak punya banyak waktu. Tangannya dengan cepat membuka dan meneliti setiap gulungan yang sekiranya relevan namun semuanya tampak biasa, tentang alur silsilah klan, perdagangan obat-obatan, bahkan laporan hasil panen dari cabang selatan.

Dengan hati-hati, Chu Yuan turun dan mulai menelusuri isi ruangan. Matanya bergerak cepat, membaca satu per satu dokumen. Jari-jarinya menelusuri tulisan kuno dengan kecepatan luar biasa, berkat bantuan sistem yang memproses dan menyaring informasi secara instan.

Lima menit.

Tujuh menit.

Detik terasa seperti tahun.

Tapi pada gulungan ke-11, membuat matanya membelalak.

'Lin Hua sudah terlalu tahu banyak, harus segera disingkirkan. Dia sudah menyadari rencana kami dengan jelas. Jika tidak dibersihkan, maka ini akan menjadi masalah besar'

Dan di bawahnya tertulis satu nama yang membuat darahnya mendidih, Chu Han.

"Tetua Han.. kau juga terlibat!?"

Rasa marah dan kaget bercampur jadi satu. Tapi belum sempat ia berpikir lebih jauh, sistem kembali memperingatkan.

[Ancaman mendekat. Waspada, Tuan.]

Pesan sistem kembali muncul. Chu Yuan tanpa pikir panjang segera menyimpan gulungan itu ke dalam lengan jubahnya, lalu melompat ke atas balok penyangga langit-langit, bersembunyi di atas balok kayu besar dan merapat ke dinding. Napasnya nyaris tak terdengar. saat dua penjaga elit dengan langkah cepat masuk ke ruangan. Salah satu dari mereka mengaktifkan jimat pelacak energi.

Tak lama kemudian, dua penjaga sebelumnya masuk dengan langkah cepat. Salah satu dari mereka mengeluarkan jimat pelacak spiritual.

"Aku sangat yakin barusan ada pergerakan energi di sekitar sini!" ujar salah satu dari mereka dengan nada curiga.

Yang lain mengangguk, mengaktifkan jimat. Gelombang energi menyapu ruangan. Chu Yuan menahan napas. Ia memfokuskan aura tubuhnya, memaksakan tubuhnya tak bergerak satu milimeter pun. Keringat dingin mulai menetes dari dahinya. Sedikit saja ia goyah, dirinya akan ditemukan.

Cahaya biru menyapu ruangan, melewati rak demi rak, dan perlahan naik ke langit-langit.

Beberapa detik berlalu.

Penjaga itu mengerutkan kening. "Tidak ada apa-apa, mungkin hanya seekor tikus"

Setelah berkeliling sejenak, mereka akhirnya pergi. Namun, baru saja Chu Yuan menghela napas lega, hawa dingin tiba-tiba muncul tepat di belakangnya. Hawa itu bukan hawa biasa. Ini adalah tekanan aura kultivasi Nascent Soul!

"Tak buruk. Tapi sayangnya, kau masih terlalu muda dan lemah"

Chu Yuan kaget tepat di samping kirinya, berdiri seorang pria tua berjubah hitam. Matanya tajam, penuh penilaian.

"T-tetua Xian?" bisiknya terkejut.

"Kau pikir bisa bersembunyi dariku? Aku sudah mengawasi gerak-gerikmu sejak pertama kali kau menyebut nama ibumu dalam rapat dewan" ujar Tetua Xian, suaranya mengandung beban sejarah yang berat.

Aura Nascent Soul memancar dari tubuhnya, membuat Chu Yuan refleks menyerang!

Sebuah telapak tangan menghantam ke arah Tetua Xian, disertai gabungan tiga teknik sekaligus, Tinju Petir Langit, Tapak Seribu Bayangan, dan Pukulan Jiwa namun semuanya seperti menabrak udara kosong. Tetua Xian bergerak seperti angin yang tidak bisa disentuh, menghindari semua serangan Chu Yuan tanpa harus bergerak jauh.

"Seranganmu memang kuat untuk usiamu tapi tetap belum cukup!"

Chu Yuan terus menyerang meski mulai menunjukkan kelelahan. Setiap langkahnya dihadang udara yang menebal, setiap gerakan jadi berat.

Hingga akhirnya...

"Cukup!" ujar Tetua Xian setelah beberapa saat. "Ikutlah denganku, dan kau akan mengetahui semuanya yang menjadi pertanyaan besar di kepalamu"

Chu Yuan terdiam. Nafasnya terengah, tubuhnya berkeringat. Dalam benaknya berkecamuk tanya, namun tatapan Tetua Xian tidak menunjukkan adanya niat membunuh malah ada kesedihan yang mendalam?!

Chu Yuan menatap lelaki tua itu. Matanya yang tajam kini tampak menyimpan kesedihan mendalam. Bukan kebencian, bukan pengkhianatan tapi luka lama yang belum sembuh.

"Kenapa kau..?" gumam Chu Yuan.

Tetua Xian tidak menjawab. Tetua Xian mengangkat tangannya dan membelah udara menciptakan sebuah celah ruang kecil.

"Percayalah, ini demi Lin Hua"

Chu Yuan, dengan napas tersengal dan kepala penuh tanda tanya, akhirnya melangkah masuk ke dalam celah itu. Dalam dadanya, berbagai emosi berkecamuk. Namun satu hal ia tahu pasti malam ini, kebenaran yang selama ini disembunyikan.. Akan terungkap!

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...