Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanah Merah
Yang dikhawatirkan akan bertamu di tenda mereka meskipun cuaca sedang tidak baik. Apalagi di tanah lapang yang bertetangga dengan alam liar.
Kalau-kalau hewan-hewan buas yang tengah lapar berdatangan.
Kawanan serigala atau harimau. Ular piton yang sanggup menelan manusia utuh hidup-hidup. Atau binatang-binatang yang mempunyai bisa atau racun yang sangat mematikan.
Bukan tidak mungkin para pemangsa itu sudah mengintai Ayu dan kawan-kawannya. Semenjak mereka keluar dari dalam hutan atau bahkan dari mereka keluar dari dalam sungai.
Itu lah yang menjadi pikiran. Makanya mereka berjaga bergiliran.
Emil yang merasa paling dewasa mengambil urutan pertama untuk berjaga. Ia membiarkan saudara dan teman-temannya mengambil waktu terlebih dahulu.
Alih-alih berjaga untuk memantau perkembangan keadaan lingkungan sekitar dan melindungi kawan-kawannya dari ancaman mara bahaya.
Tidak lama setelah Ayu, Jono, dan Cindy terlelap, Emil pun ikut pula memejamkan mata. Kantuk berat.
*
Ayu terbangun di tengah malam. Ia bersiap untuk berjaga sesuai dengan giliran yang sudah ditentukan.
Bersyukur semuanya aman. Mereka berlima masih lengkap dan tenda masih dalam keadaan terkunci dari dalam. Tidak ada barang-barang yang hilang.
Ayu tersenyum melihat Emil yang ternyata sudah tumbang duluan tanpa membangunkannya. Semua bisa dimaklumi dengan situasi yang sekarang ini.
Ayu mulai berjaga. Ia terlebih dahulu menyimak dengan telinganya.
Apa yang terjadi di luar sana? Suara badai sudah tidak ada lagi. Dan malam ini warnanya lain. Tidak gelap seperti hari kemarin.
Dari dalam tenda Ayu bisa melihat ada lingkaran besar yang bersinar.
Tidak salah lagi itu pasti adalah bulan. Tapi apa warna purnama itu sekarang sehingga menyebabkan malam ini begitu terang benderang?
Masih di dalam tenda yang belum dibuka saja Ayu sudah bisa merasakannya. Kalau di luar sekarang cuacanya pasti cerah.
Tidak mau berlama-lama terus menerka akhirnya Ayu membuka pintu tenda untuk sekedar mengintip terlebih dahulu.
Dan ternyata bulan pada malam ini berwarna merah,
Ayu mengerti,
Ayu membuka pintu seluruhnya dan pergi keluar,
Yang ia dapati adalah apa yang mereka cari-cari, “TANAH MERAH”.
Sinar bulan itu membuat tanah tempat dimana tim pemburu harta karun bermalam menjadi merah.
Ayu segera membangunkan yang lainnya. Ia tidak ingin pagi datang dan membuat tanah merah yang susah payah sudah ditemukan menghilang.
“Bangun guys”,
“Bangun bangun”,
“Cepat bangun”,
Ayu membangunkan teman-temannya dengan paksa.
“Ada apa Yuk?”,
“Ada apa Yuk?”,
Mereka berempat membuka mata dan bertanya-tanya.
“Ayo kita keluar”, pinta Ayu.
Emil, Jono, Cindy dan Arya pun keluar dari dalam tenda mengikuti Ayu.
“Lihat lah”, kata Ayu.
“Apa Yuk?”, mereka yang baru saja bangun tidak lantas menyadarinya.
“TANAH MERAH”,
Mereka pun kegirangan. Tidak ada lagi rasa kantuk yang tertinggal.
Akhirnya mereka berhasil menemukan titik bulatan hitam yang ketujuh yaitu tanah merah.
Adalah tanah lapang yang diterangi oleh bulan penuh yang bersinar terang benderang dengan warna merah.
Ini berarti mereka berlima semakin dekat dengan lokasi harta karun itu berada. Jika dibaca menurut peta harta karun raja-raja seharusnya mereka sudah menemukan tempatnya.
Tapi dimana?
Semestinya tidak jauh lagi.
Mengejutkan, tiba-tiba tanah merah itu longsor.
Ayu dan teman-temannya yang sedang hore-hore jatuh terperosok kembali masuk ke dalam bumi.
Tersedot oleh tanah yang menyusut ke dalam bumi. Membawa mereka kembali ke dunia bawah tanah yang juga hidup.
Kaget dan senam jantung. Tidak ada yang tidak menjerit.
“Argh”,
Jika yang pertama kali mereka masuk ke dalam bumi layaknya meluncur di sebuah wahana terowongan yang jauh dan gelap.
Untuk yang kedua kalinya ini Ayu dan kawan-kawan seperti terjun bebas. Bersama tanah-tanah merah yang longsor.
Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya kembali jatuh ke dalam bumi.
Tidak jauh kemudian mereka berhenti.
Mereka terlentang mencium tanah di bawah tanah,
Mereka tengkurap di atas permukaan tanah yang lain.
Di depan mereka sekarang adalah rumput-rumput liar dan semak belukar.
Ketika mereka melihat ke langit-langit atas,
Tanah merah yang baru saja longsor itu dengan ajaib sudah kembali tertutup rapat.
Lalu pikir mereka,
“Dimana harta karunnya?”,