"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.16. Tentang Jennie
Vino mengatupkan rahangnya, lelaki tersebut masih saja tak percaya dengan apa yang meluncur dari mulut Rayyan. Bagaimana kisah Jennie yang sedikit banyak didengarnya baru saja membuatnya mengelus dada.
"Jadi, ayahnya adalah tuan Darou yang merajai bisnis tambang terbesar sedangkan ibunya adalah ahli waris tunggal kerajaan bisnis Daguan?"
"Ya, begitulah. Tapi sepertinya sifat liar sang mama menurun padanya hingga dirinya bisa melakukan hal hal yang keluar dari nalar. Andai saja waktu itu aku tak menjadi asisten Kak Raka dan melihat secara langsung bagaimana gilanya dia. Mungkin aku pun akan percaya sama seperti mu." Rayyan menyesap es jeruknya perlahan.
Masih teringat jelas dalam benaknya bagaimana kala itu dirinya lah orang yang bahkan bertanggungjawab mengusir gadis itu dari ruangan Raka. Bahkan tubuh setengah tel@njang Jennie yang kala itu terekspos sempat tertangkap indra penglihatannya.
Aksi nekat Jennie yang mendatangi Raka hanya demi sebuah kontrak kerja sama berkedok naffsu. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu namun tindakan tersebut membuatnya menjadi salah satu wanita yang terlarang memasuki perusahaan Aditama grup selain Trica.
"Kasihan sekali hidupnya, bisa jadi semua yang dia lakukan hanya ingin mencari jati diri." Vino berujar pelan.
"Namun bagaimanapun sikap nya tak bisa dibenarkan. Seharusnya dia bisa menjaga dirinya sendiri."
"Tapi tak seharusnya kita menghakiminya, bagaimanapun juga dia punya kisah hidup yang tak kita ketahui. Sama seperti dirimu, selama aku mengenalmu ternyata bukanlah satu patokan jika aku benar-benar mengenalmu. Terbukti dengan banyaknya hal yang bahkan tak ku ketahui tentangmu." Vino mendesah, pikirannya melayang membayangkan jalan hidup.
Orang-orang seperti nya saling berlomba untuk bisa menjadi kaya dan tercukupi segala keinginan meski harus menggunakan berbagai cara. Akan tetapi, melihat bagaimana kisah hidup yang dijalani orang-orang kaya yang sebenarnya membuat Vino kembali berpikir dengan keinginannya.
Rayyan dan Jennie adalah contoh nyata yang dia saksikan sendiri. Padahal nyata nyata keduanya berasal dari golongan konglomerat yang bahkan kekayaannya tak akan habis meski mereka tak bekerja sekalipun.
.
Jennie Aquila Darou, berulang kali Jennie menyebut namanya sendiri sejak dirinya tersadar tiga puluh menit yang lalu.
Nama itu, nama yang disandangnya selama 5 tahun terakhir. Tepatnya ketika siapa dirinya sebenarnya terkuak.
Sakit?
Tentu saja, Jennie yang kala itu masih berusia belia tak pernah menduga jika dihidupnya akan setragis itu. Sejak lahir kedunia ini, Jennie tak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya terutama sang mama. Jennie pikir mama nya melakukan hal itu karena kesibukannya menjalankan bisnis menggantikan sang kakek.
Sedangkan Papa Arlan, yang sejak awal dia ketahui sebagai papanya juga melakukan hal yang sama. Lelaki tersebut sering bepergia ke luar negri dalam urusan bisnis. Jennie kecil lebih banyak menghabiskan waktunya dengan para pengasuh dan juga pelayan di rumah mewah milik sang mama.
Hingga diusianya menginjak umur 19 tahun, saat itu Jennie yang sedang bolos kuliah tak sengaja melihat sang mama bersama seorang laki-laki lain dan bukan papa Arlan. Diam diam diikutinya sang mama hingga akhirnya dia mendengar sang mama menyebut namanya.
Dunia seolah hancur pada saat itu juga. Jennie bahkan tak mampu berdiri dengan ke dua kakinya sendiri. Lututnya terasa lemas dengan perasaan yang campur aduk.
Dalam keadaan kalut, Jennie melajukan mobilnya ke apartemen Arlan. Disanalah dirinya mengetahui kebenarannya.
"Jadi, aku adalah hasil dari perselingkuhaan mama dengan laki-laki itu." Lirih nya kala itu dengan air mata yang tak lagi bisa dia bendung. Hari itu juga Jennie mengetahui fakta jika sang mama sudah bercerai dari Arlan sejak lama.
"Harusnya sejak awal aku tak bersikeras untuk menyandang nama ini. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali aku ingin dilahirkan menjadi orang lain." Gumamnya lirih diiringi air mata yang mulai mengalir hingga ke telinganya.
"Dalam hidup, tak seharusnya kita hanya memiliki satu tujuan. Untuk itu diperlukan tujuan kedua ataupun ketiga dan seterusnya. Karena apa yang kita ingin dan kita impikan belum tentu akan menjadi yang kita dapatkan. Keberhasilan seseorang membutuhkan usaha keras untuk mencapainya. Menyesali yang terjadi adalah sebuah usaha yang percuma karena hal itu tak akan mampu membuat hidup kita menjadi lebih baik. Kecuali kita sendiri yang ingin bangkit dan mengubah segalanya." Sebuah suara membuat Jennie menolehkan kepalanya. Matanya yang basah tak mampu lagi gadis itu sembunyikan.
Entah sejak kapan lelaki muka tembok tersebut berada disana. Bersandar di sisi meja kecil tak jauh dari tempat Jennie terbaring.
"Kau, se.. sejak kapan berada disini?" gagapnya pelan. Tangannya yang bebas dari infus nampak mengusap pelan air matanya.
"Sejak kapan seorang Jennie yang angkuh juga arogan menjadi lemah seperti ini." Bukannya menjawab, Rayyan malah mencibir ke arah Jennie yang sudah memalingkan wajahnya.
"Bukan urusanmu!!" Ketus gadis itu kesal.
"Ya ya ya, memang bukan urusanku. Hanya saja sebagai tamu yang menumpang disini membuat mataku perih saat melihat mu begini. Jangan sampai orang lain mengira jika aku telah berlaku tak baik padamu."
"Ckck, menyebalkan."
Rayyan tersenyum tipis, sangat tipis sampai sampai Jennie tak menyadari senyum tersebut.
.
.
Ibu kota.
Radit membuka pintu mobil sebelah kiri dimana sang istri tengah menunggunya. Kedua pasangan suami istri yang telah menikah setahun lalu tersebut saling melempar senyum.
"Hati hati, yank." Radit menaruh telapak tangannya diatas kepala sang istri .
Keduanya memasuki kediaman Aditama dengan langkah pelan. Terdengar suara gelak tawa dari ruang tengah. Suara cadel Sara nampak mendominasi disana.
Putri bungsu pasangan Raka aditama dan Denisa tersebut memang lebih aktif dan lebih cerewet dari pada sang kakak, Saka. Meski kembar keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Saka lebih pendiam dan acuh terhadap sekitarnya, sifat tersebut sedikit banyak menurun dari sang papa. Sementara Sara tumbuh menjadi balita yang tak mau diam. Ada aja yang bocah itu lakukan hingga membuat ruang tengah menjadi kapal pecah setelahnya.
"Saka, makan dulu sayang." Denisa mendekat ke arah sang putra yang sedang asyik menyusun puzzle bergambar binatang tersebut.
Sang putra mendongak dan mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Dengan telaten Denisa menyuapi putranya tersebut.
"Adik au ga mam, ma." Melihat sang kakak yang lahir 5 menit lebih cepat darinya tersebut membuat Sara mendekat.
Mulut mungil keduanya nampak mengunyah dengan lahap meski kedua tangan si kembar tersebut masih sibuk dengan mainan masing-masing.
"Wah sepertinya enak tuh, tante boleh minta nggak ya?" Rena tersenyum lebar menatap kedua keponakan lucunya tersebut.
"Lo, dek. Kenapa nggak kasih kabar kalau mau datang."
"Sengaja kak, biar jadi kejutan." Adik bungsu Raka tersebut langsung menghambur ke arah Denisa. Keduanya saling memeluk melepas rindu.
"Apa ya?" Tanya Sara dengan suara cadel nya sambil menatap ke arah Radit dan Rena bergantian.
"Ini om, namanya om Radit dan yang ini tante Rena." Radit berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan bocah centil berusia 18 bulan tersebut.
"Om? om Ico. Ate Ita."
"Om Rico dan tante Citra kan sedang kerja."
"Eda ya, mom." Suara Saka terdengar. Bocah dengan dagu lancip persis papa nya tersebut menatap ke arah Radit.
"Iya beda. Baik om Radit dan Om Rico sama-sama omnya Saka dan Sara. Begitupun dengan tante Rena dan tante Citra. Jadi kalian harus sopan sama mereka, ok."
"Ote mom."
Radit dan Rena tersenyum lebar. Maklum saja, setelah menikah keduanya baru kali ini kembali ke tanah air. Meski sudah sering melakukan panggilan video tak membuat ke dua keponakan lucunya mengingat mereka dengan benar. Akan tetapi semua itu tak berlaku lama. Karena keduanya nampak langsung memekik senang ketika Radit menunjukkan apa yang mereka bawa khusus untuk keduanya.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini