PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 16
GETARAN Ledakan tadi Membuat daun-daun semak ikut bergetar pula hingga timbulkan suara gemerisik.
"Kau boleh bangga bisa menumbangkan si Hantu Urat iblis, tapi jangan harap kau dapat menundukkan diriku. Pendekar mabuk!." Ujar Dewi Ranjang
"Kurasa kita memang tak perlu saling unjuk kekuatan." Suto sinting membalas kata-kata itu dengan kalem, "Yang kita perlukan adalah kesepakatan"
"Kesepakatan untuk menjadi pelayanku? Oh, itu Yang kuharapkan! Sejak dari alun-alun istana Bardanesya, aku memang sudah ingin dilayani olehmu,Pemuda tampan! Kebetulan kau berada di sini, dan kurasa ada baiknya jika sekarang juga kita berdua pergi dari sini! Aku punya tempat yang sangat indah untuk berkencan."
"Perempuan mesum!" geram Karina. Mendengar ucapan Karina Dewi Ranjang pun segera lakukan lompatan dengan pedang panjang ditebaskan menggunakan kedua tangannya.
Hiaaaat....!
Pendekar Mabuk segera berkelebat dengan satu lompatan cepat ke arah Dewi Ranjang. Zlaaap..!
Bumbung tuaknya digunakan menangkis datangnya pedang tersebut.
Jeggarrr...!
Ledakan begitu dahsyat nya mengguncang kan tanah serta pohon di sekitar tempat itu. Pedang sakti beradu dengan bumbung tuak sakti, ternyata mengakibatkan alam sekitar tempat itu menjadi seperti di Landa kiamat.
Sentakan gelombang ledak itu menumbangkan beberapa pohon dan meretakkan tanah hingga longsor ke dalam. Semua yang ada di tempat itu terpental, termasuk santana dan Panji Klobot yang bersembunyi di balik semak - semak.
Pendekar Mabuk sendiri terlempar hingga menabrak pohon dengan keras. Pohon itu langsung tumbang dan nyaris menimpa tubuh Panji Klobot. Untung anak muda lugu itu segera ditarik Santana. sehingga ia lolos dari tumbangan pohon yang lumayan besar itu.
Karina dan Pandawi juga terlempar berbeda arah, namun mereka segera bangkit walau sambil menahan sakit. Karina mencemaskan keadaan Suto Sinting, sehingga ia segera hampiri pemuda itu. la dan Pandawi sama-sama menyimpan keheranan dalam hatinya melihat bumbung tuak Suto tidak menjadi hancur walau telah beradu dengan pedang pusaka tersebut. Bahkan lecet pun tidak.
Sementara itu, Pedang Jagal Keramat sempat terlepas dari tangan Dewi Ranjang yang terlempar sejauh sepuluh langkah dari tempatnya semula. Tubuh perempuan itu terbanting cukup keras, hingga tulang-tulang tubuhnya terasa lepas dari engsel.
Perempuan itu mengerang lirih sambil merangkak dan meraih pedang panjang lagi.
"Uuukh...!" Dewi Ranjang tersentak ke depan
,Terbungkuk Sesaat, dan darah kental keluar dari mulutnya walau tak seberapa banyak.
"Setan! Ledakan itu membuat dadaku terasa
Sakit sekali! Uuuh...! Bambu apa yang dipakai si Pendekar mabuk tadi, hingga membuat aku dan pedang ini terpental begitu jauh. Uuuuh...! Dadaku...."
Dewi Ranjang segera tarik napas pelan-pelan dan salurkan hawa dingin ke dalam dadanya. Kejap berikut ia merasa sudah agak lumayan dan mampu berdiri dengan tegak walau belum berarti,bebas dari rasa sakit dan luka.
"Suto, kau tak apa-apa?!" Karina membantu
Pendekar Mabuk berdiri. Tapi sebelum tangan Karina menariknya, pemuda itu sudah tebih dulu bangkit, karena ia merasa malu jika tampak lemah di depan gadis-gadis seperti Karina danPandawi yang Ikut memandanginya.
"Aku tak apa-apa, Mundurlah lagi kau, Karina!" ujar Suto Sinting, kemudian ia menenggak tuaknya dua teguk, sehingga kekuatannya pulih kembali. Pada saat itu, Dewi Ranjang serukan pekik kemurkaannya.
"Hiaaat..."
Tubuhnya melayang bagaikan terbang terbawa pedang pusaka itu, karena pedang itu meluncur lurus ke arah dada Suto dengan dipegangi oleh kedua tangan Dewi Ranjang.
"Suto, awaaass...!" teriak Karina sambil melompat ke balik pohon yang masih tidak ikut-ikutan tumbang seperti yang lain.
Pendekar Mabuk segera melompat lurus pula Setelah bumbung tuaknya diputar satu kali. Bumbung tuak itu pun bagai membawa terbang Suto Sinting, meluncur lurus dengan ujung bawah bumbungmengarah ke depan. Wuuuusss....!
Jurus 'Bangau Mabuk' dipakai Suto untuk melawan kekuatan Pedang Jagal Keramat. Ujung bumbung itu diadu dengan ujung pedang yang keluarkan sinar ungu saat ingin berbenturan.
Claapp...!
Jlegaaarr...!
"Aaakh...!" keduanya sama-sama memekik. Ledakan dahsyat terjadi lagi dengan timbulkan gelombang badai yang memutar di tempat pertemuan bambu tuak dengan pedang tersebut. Gelombang badai
itu memutar sangat kuat, sehingga keduanya sama-sama terpental berbeda arah dan jatuh terbanting kehilangan keseimbangan tubuh.
Wuuurrss...!
Bumbung tuak Suto terlepas dari tangannya berjarak sekitar tujuh langkah dari tempatnya jatuh. Tetapi pedang pusaka itu masih tergenggam kuat-kuat di tangan Dewi Ranjang.
Bahkan sekarang pedang panjang itu bagai mempunyai kekuatan yang mampu membuatnya bergerak sendiri. Dewi Ranjang hanya mengikuti gerakan itu, bahkan lebih tepatnya terbawa ke mana pedang itu pergi.
Weeess...! Pedang itu meluncur kembali ke arah Suto Sinting dan bergerak meliuk-liuk dengan menyeret tubuh Dewi Ranjang yang tak menyentuh tanah itu. Pada saat itu Suto Sinting baru saja bangkit sambil menahan rasa perih di sekujur tubuhnya yang seperti disayat-sayat oleh senjata tajam itu.
Ia terbelalak kaget melihat pedang panjang telah bergerak ke arahnya. Maka dengan cepat ia pergunakan kan jurus 'Gerak Siluman' untuk menghindarinya.
Tapi pedang itu ternyata bisa membelok secara patah dan mengejar Suto Sinting. Dewi Ranjang masihh tetap terbawa oleh gerakan pedang itu seperti ekor naga berkelebat mengikuti kepalanya.
Zlaaal,zlaaap....!
"Ambil pedangku Inil!" teriak Pandawi, lalu melemparkan pedangnya ke arah Suto Sinting. Wuut...!
Sebenarnya Suto tak ingin pergunakan pedang itu, karena la ingin lepaskan jurus 'Pukulan Gegana'-nya. Tapi berhubung pedang Pandawi sudah terlanjur melayang ke arahnya, maka Suto Sinting melompat dan menangkap pedang itu. Wees...!
Taab....!
Begitu pedang kekar Pandawi berada di tangannya, maka Suto pun segera pergunakan jurus pedang yang bernama jurus 'Cakar Maut'. Jurus itu mempunyai kecepatan gerak yang sukar dilihat mata manusia biasa.
Wut, wut, wut, wut, wut...!
Dar, dar, dar, darrr...!
Setiap benturan dengan Pedang Jagal Keramat selalu keluarkan ledakan walau tak sekeras tadi. Percikan bunga api pun menyebar ke mana-mana.
Sementara itu, pedang panjang tersebut bagai bergerak sendiri melawan jurus pedang 'Cakar Maut'.
"Heeeeaaaah...!"
Pendekar Mabuk berteriak keras dan panjang. Kini la pergunakan jurus 'Pedang Siluman' yang sangat dahsyat. Bukan saja mata manusia yang tak dapat melihat gerakan itu, tapi juga mata sakti pedang Jagal Keramat sulit mengikuti gerakan Pedang Siluman hingga tak bisa lakukan tangkisan.
Slap, slap, slap..! Craasss...!
"Aaaaa...!" Dewi Ranjang memekik keras-keras Tubuhnya terlempar ke belakang dan Pedang Jagal Keramat jatuh ke tanah, karena saat itu pedang yang dipakai Suto telah berhasil memotong kedua pergelangan tangan Dewi Ranjang. dan tebasan terakhir merobekkan dada perempuan itu dari perut sampai ke leher.
Bruuuk..! Dewi Ranjang jatuh terkapar bermandi darah. Matanya terbeliak-beliak sesaat, kemudian diam tak bergerak dalam keadaan mendelik tak bernyawa lagi.
"Huuuufffh...!" Pendekar Mabuk hempaskan napas lega dengan kendurkan kėtegangannya. Pedang milik Pandawi yang digenggam dengan kedua tangan dan berdiri tegak di dada kanannya itu telah diturunkan.
Pandawi ingin memungut Pedang Jagal Keramat yang tergeletak di tanah. Tapi baru saja ia bergerak, Karina lemparkan pedangnya ke arah Pandawi.
Wuuut...! Jruuub...! Pedang Karina menancap ditanah depan kaki Pandawi.
"Jangan kau sentuh pedang itu!" sentak Karina dengan mata mendelik. Pandawi hentikan langkah menahan kedongkolan. Pedang Jagal Keramat segera dipungut Pendekar Mabuk. Pandawi menerima pedangnya kembali dari tangan Pendekar Mabuk,
"Terima kasih atas kebaikanmu meminjamkan pedangmu itu. Pandawi."
"Ternyata kau pun pandai bermain pedang, suto," ujar Karina sambil mencabut pedangnya yang menancap di tanah.
"Sedikit bisa," Jawab Suto merendah. Lalu, ia pandangi Pedang Jagal Keramat itu.
"Aneh. Mengapa pedang ini tidak menjadi liar di tanganku? la tidak bergerak sendiri seperti tadi?!"
"Mungkin pedang itu akan kergerak sesuai dengan hati pemegangnya," ujar Karina, Jika pemegangnya sedang marah, maka pedang itu akan bergerak murka. Tapi jika hati pemegangnya sedang kasmaran, la pun akan diam dengan kelembutannya tersendiri..."
"Kasmaran...?!" pendekar tampan itu berkerut dahi menatap Karina, Ialu tersenyum kecut. Karina buang muka dan merah wajahnya. Pandawi menyahut dengan kata sinis
"Kau yang kasmaran atau dia? Kalau dia, tak mungkin kasmaran padamu, Karina!"
"Diam kau!" sentak Karina, dan terdengarlah tawa Pendekar Mabuk yang mirip orang menggumam. Santana dan Panji klobot muncul dari samping Suto. Suara pemuda itu segera terdengar. Lalu, akan kau kemanakan pedang itu, Suto?"
"Kuserahkan kepada titisan Eyang Tapak Lintang alias si Mata Putih dari Gunung Brahmana itu."
"Siapa titisan tersebut??"
"Mungkin aku??" sahut Panji Klobot sambil acungkan jarinya ke atas dan wajahnya tampak polos tanpa senyum. Mereka mencibir geli dan saling melengos.
"Sampai sekarang aku tak tahu, siapa titisan Eyang Tapak Lintang itu? Aku juga tak tahu, mengapa si Jahanam Tua ingin menghancurkan titisan tersebut?" ujar Suto Sinting sambil memandang jauh bagai menerawang. Pedang Jagal Keramat dipanggul dengan tangan kiri, setelah bumbung tuak diambil dan digantungkan di pundak kanannya.
...*...
...* *...
☺🙏💪
mampir yaaa