PERHATIAN!!!
Jika ingin membaca cerita ini siapkan mental. Takutnya bisa baper stadium akhir dan yang nulis gak tanggung jawab jika bibir kalian gak bisa berhenti ketawa.
Kata orang menjadi cewek cantik itu terlalu beruntung. Karena dipikir banyak yang demen. Tapi apa jadinya jika seorang cewek kaya Ghea Virnafasya yang jutek dan menjadi badgirl di sekolahnya masihlah jomblo.
Tahukah jika kadar kecantikan dan kejutekannya itu terlalu akurat stadium akhir?
Dia, Ghea Virnafasya cewek cantik jomblo abadi yang gak suka pacaran. Dia inginnya langsung menggelar nikahan.
Tapi apa kejutekan dan kenakalannya akan bisa berakhir? Apa Ghea akan sadar dan bertaubat setelah bertemu dengan seorang guru baru yang tampan nya naudzubillah bak aktor Yang yang, mengajar di kelasnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seizy kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deg deg - Deg deg
"Pak Gery! Tunggu!"
Ghea mencoba mengejar langkah besar Pak Gery - yang buru-buru berlalu dari warung Mang Asep setelah menghabiskan batagornya.
"Pak!" panggil Ghea lagi. Ia menahan daun pintu ruang Pak Gery dengan kedua telapak tangannya. Beruntung saat itu sekeliling Ghea sangat sepi. Tidak ada anak-anak atau pun guru-guru yang lewat. Padahal jam istirahat masih berlangsung.
"Ck! Kenapa lagi, sih?" Pak Gery bertanya. Raut wajahnya memancarkan kekesalan pada Ghea. Tangannya masih tersimpan di sisi pintu. Hendak menutup pintu itu. "Bapak kenapa jutek banget, sih, sama saya? Saya itu, kan, calon-"
"Eh ..." Tubuh Ghea tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Pak Gery setelah tangannya ditarik paksa oleh tangan kekar berotot itu.
Brukk
Pak Gery menutup pintu itu dengan keras. Kemudian ia bersandar pada daun pintu. Melipat kedua tangannya di atas dada dengan raut wajah yang tidak dapat Ghea baca.
Mematung, tubuh Ghea menegang. Ia berdehem kecil untuk menetralkan jantungnya yang terpompa lebih cepat dari yang seharusnya.
"Bisa tidak, kalau di sekolah gak usah bilang calon-calon segala? Saya, kan, sudah bilang, kalau saya gak mau orang-orang pada tahu kalau kamu dan saya itu dijodohin! Ngerti gak, sih, kamu dengan Bahasa Indonesia? Heuh?" Hampir semua kalimat yang Pak Gery lontarkan itu penuh dengan penekanan.
"Pak, bukannya saya dan kamu itu jadi kita, ya? Kenapa Bapak harus malu, sih? Emang aku kurang cantik? Cantik, loh, aku ini kalau Bapak gak tahu. Pak Ghani aja sampe ngefans sama aku. Gak pernah ada bosan-bosannya, loh, Pak Ghani panggil aku ke ruangannya." Kelakar Ghea, ngaco.
Iya, Pak Ghani memang sering memanggil Ghea ke ruangannya. Bukan karena ngefans, tetapi karena otak Ghea nya saja yang harus direndam pakai deterjen. Biat otaknya itu bersih dari segala kekacauan yang selalu dibuatnya.
Pak Gery terlihat menghela nafasnya. Mengurut pangkal hidungnya dengan wajah yang menunduk. Berhadapan dengan Ghea membuat otaknya menjadi tumpul. Entah Pak Gery harus memberi pengertian bagaimana lagi pada cewek itu. "Ck! Oke, gini deh, ya. Nak Ghea Virnafasha. Saya-"
"Ish ... Bapak, calon imam idaman banget." Ghea menyela kalimat Pak Gery. Ia mendekat ke arah di mana Pak Gery masih berdiri dengan posisinya. Begitu sampai, tangan kanan Ghea tergerak memukul pelan dada bidang Pak Gery yang terlapisi kemeja putih dengan lengan pendek. Membuat Pak Gery mendongak dengan rahangnya yang terbuka lebar. Ia tidak percaya dengan murid sekaligus calon istrinya itu.
"Perasaan aku baru nyebutin nama lengkap aku, tuh, satu kali doang, deh. Tapi kamu udah ingat aja nama lengkap aku. Cie-cie ... berarti nama aku selalu diingat, ya, dihati kamu? Uluh-uluh ... manisnya calon imam aku, tuh."
"Heuh? Aku? Kamu?" Heran Pak Gery karena akses panggilan Ghea tidak begitu formal. Dan malah so akrab dengan Pak Gery. Layaknya panggilan seorang kekasih saja. Ya, ampun!
Tapi bukankah mereka berdua adalah sepasang kekasih. Ah, ralat. Calon sepasang tunangan.
"Iya. Boleh, kan, kalau aku panggil Bapak dengan panggilan kamu? Biar lebih akrab aja gitu. Masa mau tunangan panggilannya masih formal banget, sih? Gak romantis aja, gitu loh, Pak."
"Oke, terserah!" Pasrah Pak Gery dengan embusan nafas kasar dan alis kiri yang tertarik ke atas. Pak Gery menyerah. Ia tidak bisa menjawab lagi ocehan Ghea yang mengandung banyak unfaedah dari pada faedahnya.
"Terserah apa, nih, Pak?" Ghea bertanya. Mencoba menggoda Pak Gery.
"Terserah apa aja, anak kecil!"
"Heuh? Anak kecil?"
"Ya! Anak kecil."
Ghea maju satu langkah lebih dekat pada Pak Gery. "Kenapa Pak Gery selalu panggil aku anak kecil? Emangnya aku masih seperti anak kecil? Aku udah 17 tahun. Bukan anak kecil lagi. Aku udah dewasa, loh, Pak. Ck!" kesal Ghea berapi-api. Ia tidak terima karena sudah dua kali Pak Gery memanggilnya dengan sebutan anak kecil.
"Iya. Kamu, itu anak kecil dibanding saya yang sudah dewasa. Lagi pula, kenapa sih, kamu mau-mau aja dijodohin sama saya?" Pak Gery bertanya. Ia melipat tangannya di dada. Bola matanya mengunci pandangan Ghea.
"Ya ... karena emang aku suka sama kamu."
"Suka? Anak kecil suka sama pria dewasa?"
"Emangnya kenapa? Ada yang salah? Ini, tuh, masalahnya soal perasaan, Pak. Lagi kenapa, sih, kamu, tuh, kaya gak suka kalau dijodohin sama aku?"
"Ya, emang gak suka, saya."
"Tapi kenapa?"
"Karena kamu anak kecil." Kekeh Pak Gery masih dengan alasannya yang tidak masuk akal. Memangnya ada masalah jika umur pria lebih jauh dari umur ceweknya? Kan nggak! Jadi sah-sah aja, kan, ya?
"Ck!" Ghea berdecak sembari membuang wajahnya ke samping kiri. Dan tanpa berpikir panjang, Ghea mendekatkan wajahnya cepat ke wajah Pak Gery. Bibirnya menempel pada bibir Pak Gery. Wow, sangat berani sekali Ghea ini. Sampai-sampai tubuh Pak Gery hampir terhunyung, jika saja kaki Pak Gery tidak seimbang, mungkin adegan di area gedung bioskop akan terulang untuk season 2. Menindiih Pak Gery. Wow.
Refleks Pak Gery membolakan kedua matanya. Tubuhnya menegang dengan bibir yang terkatup rapat.
Sementara Ghea. Cewek itu memejamkan matanya erat. Dalam hati ia mengutuki dirinya sendiri. Kenapa gue seberani ini? gumamnya Bibirnya masih menempel pada bibir Pak Gery.
DEG DEG!
Entah itu suara jantung Pak Gery atau Ghea yang terdengar seperti gemuruh. Tapi keduanya terlalu dalam menikmati sentuhan benda kenyal pada masing-masing. Hingga detik demi detik terus berjalan dan satu menit pun sudah berlalu. Tapi bibir Ghea masih betah berada di atas bibir Pak Gery. Seakan ogah Ghea untuk menarik bibirnya kembali. Hanya tempelan bibir saja mampu membuat tubuh kedua insan itu menegang. Lah apa kabarnya jika bibir mereka saling bersahutan dan saling mendecap pelan?
Ceklek!
"Astaga! Kalian, sedang apa?"
Refleks Ghea menarik bibirnya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Pak Gery. Membuang muka dengan perasaan dongkol. Siapa lagi yang masuk gak ketuk pintu dulu? Shit! umpat Ghea dalam hati. Ia berdehem dengan kepalan tangan menutup mulutnya. Bola matanya tidak tentu arah. Ia gerakan ke kanan dan kiri. Ke mana saja. Asal tidak melihat Pak Gery dan orang itu yang masuk dengan asal.
Sementara Pak Gery. Jangan ditanyakan lagi wajahnya. Ia merona. Ah, seperti seorang perawan yang sedang jatuh cinta saja. Walau bisa dipastikan jika Pak Gery juga kaget akan tamu yang datang secara tiba-tiba ke ruangannya itu. Tapi guru tampan tersebut bisa menyembunyikan keterkejutannya. Seolah memang tidak terjadi apa-apa.
Uh, boleh bilang keren dulu pada Pak Gery?
"Ghea? Sedang apa kamu di sini?"
TBC
Hayo itu siapa yang ganggu? Nyebelin deh. Kan kalau gak ada yang masuk. Neneng selebor bisa merasakan manisnya permen babang teacher. Ck! (auto kesal sendiri)
BTW mau bilang dulu. Ini maaf kalau up nya lama. Bukannya aku gak up. Tapi review nya lama. Entah kenapa? Jangan tanyakan! Kalau mau, tanyakan saja pada NT nya! wkwkwkk
mengecewakam
Sukses bwt karyanya