Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
untung tidak jodoh
“Serius pah Levin sudah punya pacar?” Ujar Ririn ketika dia kembali hendak menjodohkan Levin dengan anak gadis temannya, kali ini anak bawahan suaminya.
“Ya dia bilang begitu,” jawab Danu sambil menyeruput secangkir kopi buatan Ririn.
“Tapi bisa aja dia bohong,” ujar Ririn menanggapi jawaban suaminya
“Dia menunjukan fotonya di wallpaper ponselnya, cantik dan masih muda dia. Gadis itu baru kuliah katanya satu jurusan dengan Duna anak kita,” Danu menjelaskan lebih rinci soal kekasih Levin tersebut.
“Oya? Tapi bisa saja gadis itu dibayar, lumayan kan buat bayar kuliah ataupun keperluan gadis itu kuliah,” ujar Ririn seperti tidak terima kalau gadis itu lebih dari gadis-gadis yang pernah dia tunjukan pada Levin.
“Maksudnya?” tanya Danu tidak berpikir kalau anaknya akan seperti itu.
“Gak Mam, dia anak orang kaya, buat apa uang dari Abang, lagian kalau dibanding ayahnya, perusahaan abang masih seujung kukunya,” ujar Duna sambil terkekeh.
“Oya? Memangnya dia anak siapa?” tanya Ririn penasaran.
“Benny Mulyawan konglomerat besar pemilik Mulyawan group,” ujar Duna yang membuat kedua orang tuanya terkejut.
“Kamu serius Dun? Dimana mereka berkenalan, abangmu lebih suka bergelut dengan pekerjaan. Apa mereka bertemu di klub malam?” Tanya Ririn menduga pastilah anak Benny Mulyawan itu suka pesta.
“Aku kurang tau Mam, tapi kalau di klub gak mungkin deh, Andini itu cewek yang sederhana te¹rus teman-temannya juga bukan anak orang-orang kaya gitu, dia lebih senang ngumpul sama anak-anak Pintar daripada anak gaul, hidupnya sederhana Dia gak nunjukin kalau dia anak orang berada ya walaupun pulang pergi diantar jemput,” ujar Duna menjelaskan sosok Andini pada ibunya.
“Tapi kalau adik kelas kamu berarti muda banget donk sedangkan abang kamu sudah berumur, kapan nikahnya. Lagi pula kalau mereka menikah pasti mereka akan menunda memiliki anak, gak ah mami gak setuju,” ujar Ririn sambil menggelengkan kepalanya.
“Lalu mau mami gimana, ngejodohon sama anak Mamih yang dandanan aja aku dah gak respek. Ngakunya sekolah tinggi tapi dandanan kaya ani-ani simpanan pejabat,” ujar Duna mengatakan apa adanya tentang beberapa gadis yang ingin di jodohkan dengan putranya.
“Gak lah, sekarang ini Mami mau jodohnya dia sama anak buahnya Papah kamu, anaknya jeng Sita, dia itu cantik, anggun, cocok dengan abang kamu,” ujar Ririn berambisi.
“Cocok versi kamu, sudah gak usah ngadi-ngadi dia punya pacar aja udah untung,” ujar Danu sambil berdiri dari sofa, dia sebenarnya heran dengan sifat istrinya yang hobi sekali menjodoh-jodohkan anaknya dengan wanita pilihannya.
Ririn tidak bisa berkata apa-apa padahal biasanya Danu akan mengiyakan setiap rencananya.
“Papi kenapa si Dun, biasanya setiap saat dia mendukung Mami,” ujar Ririn kesal kana suaminya sepertinya tidak setuju dengan ide dari dirinya.
“Mih, emang Mami gak cape jodoh-jodohnya Abang sama anak-anak temen Mami itu, dia mau karena dia tau abang siapa, coba kalau abang cuma ASN bawahan mana mau mereka. Harusnya mih sebelum Mamih jadohin mereka Mamih cari tau seperti apa keseharian gadis itu, kalau tanyanya sama orang tuanya pasti bakal yang baik-baik yang dia kasih tau sama Mami, udah lah mih percaya aja sama abang. Lagian juga pacarnya abang itu bukan anak sembarangan, cantik, pinter lagi,”ujar Duna yang berkata apa adanya sementara kembarnya hanya mendengarkan karena memang dia tidak tau seperti apa gadis yang sekarang dipacari abangnya itu.
“Tapi dia masih muda, mana mungkin orang tuanya mau nikahan dia, apalagi dia anak orang kaya pasti lah dia akan lebih menginginkan sekolah dan sekolah,” ujar Ririn sudah menduga yang tidak-tidak pada Andini.
“Mamih sotoy ah, nanti kita lihat aja mih, lagi pula kalau abang nyaman ama gadis itu gimana mih, dia kan yang bakal hidup sama gadis itu, bukan Mami,” ujar Duna membuat Ririn terdiam mendengar perkataan putrinya itu.
“Ya sudah lah kalau begitu, tapi Mami musti bilang apa sama anak buahnya Papi itu, soalnya dia kaya yang sudah seneng banget waktu Mami bilang mau jodohnya anaknya sama Levin,” ujar Ririn bertanya balik pada suaminya.
“Kamu itu, katakan saja yang sebenarnya, anak kita sudah punya pacar, masa Levin mau kita suruh putus hanya karena kita lebih mementingkan perasaan orang lain daripada anak kita sendiri Mam,” ujar Danu membuat sang istri terdiam.
“Selama ini kita terlalu egois hanya memikirkan diri kita sendiri yang ingin segera memotong cucu tanpa memikirkan perasaan Levin, aku jadi ingat ceramah jumat kemarin pemberi ceramah mengatakan Anak adalah harta kita tapi sama dengan harta yang lain dia cuma titipan, dan memaksakan kehendak kita pada anak kita adalah dosa. Karena mereka juga punya perasaan yang harus kita hormati. Jadi selama ini kita salah selalu menanyakan kapan nikah, kok kamu belum punya pacar? lalu mengenalkan dengan anak-anak teman dan memaksanya untuk memilih, padahal jodoh itu sudah diatur oleh yang maha kuasa, taaruf boleh asal Mereka saling cocok tidak ada yang terpaksa,” ujar Danu panjang lebar berusaha mengingatkan dirinya juga sang istri.
“Nah ini bener kata Papi. Eh mih untung Abang gak mau sama anaknya temennya Papi yang namanya Om David, kemarin ott lho mih, ih serem punya besan ternyata koruptor,” ujar Dina nimbrung obrolan mereka.
“Kamu serius Din?” tanya Duna tidak percaya karena dia jarang nonton tv sedang kan Dina anak komunikasi, dia rajin memantau berita makanya dia tahu tentang penangkapan David.
“Serius, cari aja di laman berita tulis namanya pasti langsung muncul,” ujar Dina meyakinkan.
“Dia itu Karma karena setelah Levin menolak putrinya dia menjelek-jelekkan Papi dan Mami, eh sekarang malah dia yang ott,” ujar Ririn mengusap dada.
“Menjelek-jelekkan bagaimana Mam?” tanya Duna penasaran
“Iya dia bilang kalau Papi itu bisa naik jabatannya sampai sekarang karena Papa menjilat beberapa orang dan Bapak juga membayar beberapa orang agar Papi bisa naik jabatan, kemudian dia juga mengatakan Kalau kami ini kampungan sementara Dia juga bilang kalau Levin itu pengusaha kecil, tapi sudah sok hebat,” ujar Ririn ia mendengarkan semua itu dari temannya karena biasanya mereka memiliki perkumpulan sosialita, dari perkumpulan itu biasanya satu sama lain masih terhubung.
“Masa sih Mam dia seperti itu, jahat sekali orang itu. Hanya karena Levin tidak mau menikahi putrinya lalu dia memfitnah Mami dan Papi? Untung saja tidak jadi kalau jadi kacau. Selain nama kita juga ikut buruk karena dia korupsi dia juga pasti mertua yang sangat menyebalkan untuk Abang,” ujar Duna merasa bersyukur kakaknya tidak jadi menikahi anaknya David.
“Iya ngapain Mami bohong, itu tante Melda yang cerita nah tante Melda itu kan posisinya suaminya sama dengan Om David itu. Nah dia bilang kemarin di arisan, kalau Levine itu sangat sombong. kemudian dia juga mengatakan kalau sebenarnya Papi dan Mami itu penjilat makanya Papi bisa sampai di posisi sekarang. Apa dia tidak tahu berapa banyak prestasi yang sudah Papi buat sehingga Papi bisa duduk di posisi sekarang,” ujar Ririn dengan nada yang sangat kesal.
“Makanya Mam dengan orang itu tidak perlu terlalu dekat lah, orang-orang seperti mereka itu kan biasanya hanya cari muka saja dan mencari keuntungan. Ketika dia dikecewakan dia akan memburuk-burukan nama kita,” ujar Dina karena dia sering membaca artikel tentang itu.
“Jadi sekarang pas dong ya ott, pasti istrinya Om David itu malu banget tuh buat kumpul-kumpul lagi dengan ibu-ibu,” ujar Dina membayangkan betapa malu menjadi istri dan anaknya David, sudah sombong ternyata ayahnya hanyalah seorang koruptor.
“Pantesan rumahnya sangat mewah sekali, dia bahkan sering plexing untuk memamerkan kekayaannya di depan kami. Setiap tante Yola menjual berliannya, istrinya Om David itu pasti membelinya. Tahu kan berlian yang dijual Tante Yola seperti apa? mahal dan berkelas. Mami saja kalau tidak dibelikan Levin mungkin akan berpikir dua kali untuk membelinya,” ujar Ririn mengingat putranya yang selalu memberi hadiah ketika dia berulang tahun.