Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serius Kok
“Apa kalian serius dengan pernikahan ini?
Lucy dan Dewa saling berpandangan, seolah memberi isyarat siapa yang harus lebih dulu menjawab. Namun tak ada suara yang keluar. Hanya tatapan ragu dan napas yang tertahan.
Ayah Lucy akhirnya mengalihkan pandangan pada putrinya.
“Lucy, kamu bukannya pacaran dengan Andika? Lalu... Andika bagaimana?”
Lucy terdiam sejenak, menarik napas panjang sebelum perlahan merogoh ponselnya. Ia menyerahkan ponsel itu pada ayahnya.
“Aku udah mutusin Andika, Pah. Karena semua ini.”
Ayah dan ibu Lucy bergantian melihat layar ponsel—terlihat hasil visum, rekaman CCTV, serta laporan resmi dari kepolisian. Wajah keduanya berubah; antara tercengang dan tak percaya.
Ayah Lucy mengepalkan tangan, rahangnya mengeras.
“Brengsek... jadi selama ini dia—” suaranya tertahan oleh amarah. “Lalu bagaimana sekarang? Apa dia sudah tertangkap?”
Lucy menggeleng pelan.
“Belum, Pah... masih buron.”
Ibu Lucy menatap anaknya dengan mata berkaca.
“Lucy, kamu ini kenapa nggak cerita?! Masalah sebesar ini malah kamu pendam sendiri. Tahu-tahu nelpon minta ke Bandung, eh... tiba-tiba nikah sama orang lain. Kamu bikin Mama sama Papa hampir jantungan, tahu nggak?”
Lucy menunduk dalam, suaranya bergetar.
“Maaf, Mah... Pah...”
Suasana hening beberapa detik. Hanya suara jam dinding yang berdetak pelan di antara mereka.
Dewa yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, suaranya tenang tapi tegas.
“Pak, Bu... saya tahu semua ini tiba-tiba. Tapi saya janji, saya gak akan biarin Lucy sendirian. Dia sudah cukup banyak terluka.”
Ayah Lucy menatapnya tajam, menilai setiap kata dari pemuda di depannya itu.
“Kamu tahu apa yang kamu lakukan, Nak? Ini bukan main-main. Kamu sanggup menjaga putri saya?”
Dewa menegakkan duduknya.
“Saya tahu, Pak. Tapi saya siap bertanggung jawab. Saya mungkin bukan orang yang sempurna... tapi saya akan jaga Lucy.”
Lucy menoleh sekilas ke arah Dewa — ada sedikit kehangatan di balik matanya yang masih sembab.
Ayah Lucy menghela napas panjang, lalu menatap Dewa dalam-dalam.
“Saya pegang ya, kata-kata kamu tadi.”
Dewa menegakkan punggungnya, nada suaranya mantap.
“Baik, Pak… eh—”
Namun belum sempat ia melanjutkan, ayah Lucy memotong dengan senyum kecil di wajahnya.
“Gausah panggil ‘Bapak’. Panggil aja ‘Papah’, sama seperti Lucy. Sekarang kamu udah jadi bagian dari keluarga kami juga.”
Dewa terdiam sejenak, matanya memanas. Dadanya terasa sesak oleh perasaan yang sulit dijelaskan—campuran haru, lega, dan hangat.
Ia menunduk sedikit, lalu mengangguk.
“Baik, p–pah… mah.”
Namun di sisi lain, Ibu Lucy masih tampak diam.
Ia menatap Dewa dengan pandangan yang sulit diterjemahkan. Bukan benci, tapi belum sepenuhnya percaya.
“Ya sudah,” ujar ayah Lucy, bangkit dari kursinya. “Udah hampir malam, kami pamit pulang dulu.”
Dewa spontan berdiri juga. “Terlalu malam, Pah. Nginep aja di sini, ya? Kebetulan di atas ada kamar kosong. Biar Dewa siapin dulu.”
Ayah Lucy tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oh, ya sudah kalau begitu.”
Lucy langsung menoleh cepat, menatap Dewa dengan mata melebar.
“Terus gue tidur di mana?” tanyanya pelan tapi tegas.
Dewa mengangkat alis, senyum jahil mulai muncul di ujung bibirnya.
“Ya sama gue lah… kan kita udah halal,” ujarnya santai, nada godaannya ringan tapi sukses membuat wajah Lucy memerah seketika.
...****************...
Cahaya matahari sore menembus kaca besar ruang meeting PT Auralis Naturals. Cahaya memantul di meja kayu panjang yang kini dipenuhi karyawan dan staf. Suasana agak lesu karena jam kerja hampir habis, tapi mereka justru dipanggil rapat mendadak.
“Huft… udah jam segini baru disuruh meeting. Kebiasaan banget deh Pak Jeff,” gumam Detri, sambil menopang dagu di meja.
“Tau nih,” timpal Ahmad di sebelahnya. “Semoga aja gak lama.”
Tak lama kemudian, pintu ruang meeting terbuka. Suara langkah sepatu kulit terdengar tegas. Pak Jeffry Alexandra Natama, CEO PT Auralis Naturals, melangkah masuk dengan sikap tenang dan berwibawa. Pria itu tinggi, tampan, dengan aura karismatik yang selalu membuat ruangan seketika terasa lebih formal.
“Sore semua, maaf ya, meeting-nya dadakan,” ucapnya sambil duduk di kursi ujung meja. “Langsung aja, kita bahas proyek launching kopi kita, ya. Karena Bu Lucy lagi nggak masuk, sementara saya handle dulu. Sekarang posisi proyeknya sudah sampai mana?”
Detri membuka laptopnya cepat-cepat.
“Kita sudah di tahap akhir, Pak. Tinggal promosi aja. Cuma... target pasarnya masih belum ditentukan.”
Pak Jeff mengangguk pelan. “Oke. Ada ide dari tim?”
Ruangan mendadak hening beberapa detik. Semua tampak berpikir keras.
Ahmad akhirnya angkat bicara.
“Gimana kalau kita target ke kalangan muda, Pak? Di bawah 30 tahun. Bisa pekerja kantoran, bisa juga mahasiswa. Sekarang kan lagi tren nongkrong sambil ngopi tuh.”
Beberapa orang langsung mengangguk setuju.
“Mahasiswa, ya? Menarik juga,” kata Pak Jeff sambil menautkan jari di atas meja. “Berarti kita bisa coba sasar kampus. Gimana, setuju?”
“Boleh juga, Pak,” kata Ahmad lagi. “Kebetulan saya punya keponakan yang masih kuliah, bisa bantu komunikasi sama pihak kampus.”
Mendengar itu, Detri langsung melirik ke arah Ahmad dan berbisik pelan, “Lo punya ponakan yang masih kuliah?”
Ahmad mendelik. “Gue tau arah lo kemana. Jangan coba-coba godain ponakan gue, woi!”
“Dih kaga anjir, pede pisan maneh,” balas Detri cepat.
Beberapa rekan mereka yang mendengar cuma cekikikan menahan tawa.
Pak Jeff sempat melirik ke arah keduanya sambil tersenyum tipis.
“Bagus. Kalau begitu kita putuskan arah promosi ke sana dulu. Nanti detailnya dibahas lagi setelah Bu Lucy balik kerja,” ujar Pak Jeff, menutup rapat dengan nada tegas tapi santai.
Semua orang mulai membereskan laptop dan dokumen.
Sambil berjalan keluar ruangan, Detri menyenggol Ahmad pelan.
“Eh, tapi ponakan lo ganteng nggak?”
Ahmad mendelik. “Meskipun ganteng, nggak bakal gue kasih buat lo, tau!”
“Ih, pede amat, siapa juga yang mau?”
“Yakin lo?"
Ahmad menjulurkan lidah sambil berlalu.
Detri hanya mendengus sambil terkekeh kecil, “Dasar orang tua pelit.”
Begitu semua karyawan meninggalkan ruang meeting, Pak Jeff masih duduk sebentar di kursinya. Ia memandangi layar laptop yang menampilkan progress timeline proyek kopi terbaru. Di pojok slide, nama Lucyana Putri Chandra — Marketing Manager terpampang jelas.
...Jeffry Alexandra Natama...
Ia tersenyum kecil, lalu membuka ponselnya. Jarinya mengetik cepat.
Pak Jeff
Selamat sore Luc. Meeting soal launching kopi sudah saya handle sementara. Tim sepakat untuk arah promosi pertama kita targetkan ke kalangan muda.Terutama mahasiswa. Nanti setelah kamu masuk, kita bahas detail eksekusinya, ya.
Semoga lekas membaik.
Pesan itu dikirim. Sesaat, layar menunjukkan status “terkirim".
Ponsel Lucy bergetar di meja ruang tamu. Ia baru selesai membereskan gelas dan piring di dapur ketika layar ponsel menampilkan nama “CEO Pak Jeffry".
Dengan langkah cepat, ia mengambilnya dan membuka pesan itu sambil berjalan menuju kamar.
Selamat sore Luc. Meeting soal launching kopi sudah saya handle sementara. Tim sepakat untuk arah promosi pertama kita targetkan ke kalangan muda.Terutama mahasiswa. Nanti setelah kamu masuk, Kita bahas detail eksekusinya, ya.
Semoga lekas membaik.
Lucy membaca sambil berjalan, matanya fokus penuh pada layar. Sesampainya di kamar, ia menaruh ponsel di tangan kiri dan dengan otomatis membuka pintu kamar mandi.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung melangkah masuk—
“AAAAAA!!!”
“AAAAAA!!!”
Dua teriakan nyaris bersamaan menggema di seluruh kamar.
Lucy menjatuhkan ponselnya, wajahnya memucat.
...----------------...
Ada apa lagi atuh Lucy 😌
Kenapa tuh Lucy sampe teriak begitu? Apa yang terjadi?
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak yaa teman-teman 😘 sertakan vote like dan komentar kalian supaya neng author ini semangaaat up ceritanya ✨💕
Terimakasih untuk yang sudah membaca! Sehat selalu 🥰