Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
********
Pagi menjelang, Suina terbangun dari tidurnya karena mencium bau makanan yang sedang di masak Edo.
" Mm.. wanginya enak. " gumam Suina yang mencoba untuk sadar sepenuhnya.
Begitu ia tersadar, Suina langsung bangun begitu melihat sekelilingnya.
" Ya ampun! " gumam Suina kaget.
" Selamat pagi! " ucap Edo sambil menyiapkan sarapan di meja makan.
" Maaf dok! aku ketiduran. " ucap Suina panik.
Edo langsung tersenyum melihat kepanikannya.
" Saya sudah siapin sikat gigi dan yang lainya di kamar mandi, kamu bersih bersilah dulu setelah itu kita sarapan. " ucap Edo.
" Em. " jawab Suina mengangguk, kemudian langsung masuk kekamar mandi karena sangat malu.
Sementara Edo lanjut menyiapkan sarapan pagi di meja makan.
Beberapa menit kemudian, selesai bersih bersih. Suina langsung menghampiri Edo di meja makan.
" Duduklah. " ucap Edo sambil menuangkan segelas susu untuknya.
" Aku benar benar minta maaf dok, aku nggak bermasuk untuk bermalam di sini. " ucap Suina.
" Seharusnya saya yang minta maaf, karena pulang terlalu malam sampai kamu ketiduran menunggu makanannya. " jawab Edo.
" Minumlah, itu baik untuk kesehatanmu. " lanjut Edo.
" Em! " jawab Suina mengangguk, kemudian langsung meneguk susunya.
" Mm.. kok nggak manis? " tanya Suina kaget begitu meneguknya.
" Sengaja, karena itu susu murni. " jawab Edo tersenyum.
Suina pun hanya bisa memanyunkan bibirnya dan terus meneguk susu itu.
Keduanya mulai menikmati sarapan pagi masing masing.
Sesekali Suina memperhatikan raut wajah Edo, karena terlihat masih kecapean.
" Dokter lelah ya? " tanya Suina.
" Nggak kok. " jawab Edo tersenyum mendengarnya.
" Tapi raut wajah dokter terlihat sangat lelah. " ucap Suina.
" Mungkin karena saya belum cukup tidur. " jawab Edo.
" Dokter benar benar telah bekerja keras. " ucap Suina memuji.
Edo langsung merasa terkesan mendengarnya.
Kemudian perlahan lahan tanganya mulai terulur menyentuh dan membelai kepala gadis itu dengan lembut.
Suina langsung merasa canggung melihat tindakan Edo itu.
" Terima kasih karena sudah bertanya. " ucap Edo tersenyum menatapnya.
" Em! " jawab Suina malu.
Kemudian ia langsung menyantap sarapannya, sambil menghindari tapan Edo yang terus melihatnya.
***
Beberapa hari berlalu, Suina turun kebawah setelah menyelesaikan pekerjaan semalaman.
" Huuff.. capek banget. " gumam gadis itu sambil menuju dapur.
Kemudian ia mulai membuka kulkas untuk mencari beberapa buah untuk mengisi perutnya.
Ketika sedang sibuk mengacak acak isi kulkas, tiba tiba perutnya berbunyi.
" Wih! " ucap Suina kaget.
" Aku laper? " gumamnya tidak percaya.
" Aaa!! " jeritnya yang langsung merasa sangat senang.
Dengan cepat ia mulai mengeluarkan beberapa makanan yang sudah di siapkan bibi Yan, kemudian memanaskannya.
Sambil bersenandung kecil, gadis itu menata semua menu sarapannya di atas meja.
Setelah selesai, Suina pun langsung mulai menikmatinya.
" Akhirnya aku bisa menikmati sarapan pagi dengan berselera. " gumam Suina di sela sela makannya.
Ia terlihat sangat lahap menikmati semua sarapannya itu, bahkan tidak berselang lama.
Semua menu yang ada di atas meja itu, ludes masuk kedalam perutnya hingga tak bersisa.
" Haaahh... kenyangnya. " gumam Suina yang meras perutnya sangat penuh.
Kemudian ia langsung mengambil ponselnya, mengiri beberapa gambar menu sarapan yang ia habiskan pada Edo.
Di rumah sakit, Edo tiba dan langsung menuju ruang istirahat dokter.
Begitu ia tiba, ponselnya langsung berbunyi tanda pesan masuk.
Dengan cepat Edo langsung melihatnya.
Iyan dan Sus Mia yang sedang merapikan beberapa berkas, terlihat penasaran dengan pesan yang masuk keponsel pria itu.
Tiba tiba Edo tersenyum begitu membaca pesan dari Suina.
" Dok! aku benar benar merasa lapar pagi ini. " isi pesan Suina dengan emot tertawa.
" Aku benar benar menghabiskan semua menu sarapanku sampai tak bersisa. " lanjutnya lagi sambil mengirimkannya beberapa foto.
Senyum Edo menjadi sangat lebar, bahkan memperlihatkan semua gigi depannya.
Sus Mia dan Iyan yang sedang memperhatikannya, langsung merasa kaget.
" Dok! saya nggak salah lihat kan? " tanya Sus Mia tidak percaya.
" Nggak sus, saya juga lihat kok. " jawab Iyan yang juga tidak percaya.
Edo langsung keluar menuju ruang kerjanya, sambil terus tersenyum melihat foto foto yang dikirimkan Suina padanya.
" Kok bisa? Dr.Edo tadi tersenyum dengan pesan yang masuk keponselnya? " ucap Sus Mia.
" Pasti ada apa apa nih. " lanjutnya lagi yang mulai curiga.
" Kita harus cari tau sus. " ucap Iyan.
" Harus dok, pasti ada yang di sembunyiin Dr.Edo dari kita. " jawab Sus Mia.
Dengan rasa penasaran, keduanya mulai melanjutkan pekerjaan mereka. sambil memikirkan cara untuk menyelidiki kenapa Edo tersenyum hanya dengan pesan yang masuk keponselnya.
Siang menjelang, sus Mia dan Iyan sedang duduk istirahat di ruangan para dokter.
Mereka tengah berdebat untuk mencari tahu kenapa Edo tersenyum.
"Sus, menurut kenapa sus kenapa Dr.Edo tadi senyum-senyum sendiri?" tanya Iyan penasaran.
"Mm, entahlah dok. Memangnya dia punya teman lain selain kita? Setahu kita Dr.Edo nggak punya teman dekat selain rekan kerjanya di sini. " Jawab Sus Mia mengernyitkan dahi, sama bingungnya.
" Benar tuh sus. Mungkin karena dia sekarang cepet banget pengen pulang tiap habis kerja, sepertinya itu ada kaitannya." tebak Iyan, mencoba menganalisis.
"Setuju, dok. Eh, tapi jangan-jangan dia punya rahasia di rumahnya, makanya nggak pernah ngizinin kita mampir." Ucap Sus Mia mulai curiga, alisnya bertaut serius.
"Pantesan! Ada misteri nih sus, yuk usut lebih lanjut!" ajak Iyan dengan semangat membara.
" Saya juga beberapa kali pernah melihat Dr.Edo melakukan panggilan video ketika sedang di ruang kerjanya ataupun makan sendiri. tapi nggak pernah punya kesempatan untuk melihat dengan siapa ia bicara. " ucap sus Mia yang semakin penasaran.
" Jangan jangan itu pacarnya sus, makanya Dr.Edo nggak pengen kita tau karena takut bakanya di ejek. " tebak Iyan.
Ketika sedang asyik menebak nebak, tiba tiba salah satu perawat menghampiri mereka.
" Dok! Sus! Dr.Edo sedang di kantin dengan seorang wanita. " ucap perawat itu.
Tanpa aba aba, keduanya langsung bergegas menuju kantin rumah sakit karena penasaran.
Sesampainya di sana, mereka melihat Edo sedang duduk di salah satu meja bersama Cindi.
" Ternyata wanita itu Dok. " ucap Sus Mia.
" Kita harus cari tahu percakapan mereka sus. " jawab Iyan yang langsung mengajaknya duduk di salah meja yang tidak jauh dari Edo dan Cindi duduk.
Dengan tatapan tajam, Sus Mia mulai memperhatikan penampilan gadis itu.
" Ternyata dia benar benar sangat cantik dok, pantas saja orang tua Dr.Edo menjodohkannya dengan gadis itu. " ucap sus Mia.
" Tapi sepertinya dia sedikit sombong, dari raut wajahnya saja sama sekali tidak terlihat ramah. " lanjut sus Mia.
" Benar sus. " jawab Iyan setuju.
" Menurut dokter, berapa lama Dr.Edo ngobrol dengan gadis itu? " tanya Sus Mia penasaran.
" Paling 10 menit. " jawab Iyan.
Ketika sedang serius membahas sesuatu dengan Cindi, tiba tiba ponsel Edo berdering.
" Tuh kan sus, pasti setelah menerima panggilan itu. Dr.Edo akan langsung pergi. " ucap Iyan yakin.
" Sepertinya begitu dok, di lihat dari raut wajah Dr.Edo sepertinya itu panggilan penting. " jawab Sus Mia yang juga yakin.
Namun setelah beberapa menit Edo bicara dengan orang yang meneleponnya, pria itu tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya dan malah lanjut mengobrol dengan Cindi.
" Loh! kok Dr.Edo nggak pergi? " ucap sus Mia kaget.
" Kayaknya ada yang nggak beres nih sus. " ucap Iyan curiga.
Cindi datang kerumah sakit, karena ingin berkonsultasi beberapa gangguan kesehatan yang ia rasakan.
Maka dari itu, Edo mendengarkan semua keluhan itu dan memberikan penjelasan dengan profesional.
Hampir setengah jam keduanya berada di kantin rumah sakit itu, setelah selesai. Edo langsung pamit karena harus melanjutkan pekerjaanya.
Dengan cepat Iyan menghampiri pria itu, begitu melihat Edo beranjak dari duduknya meninggalkan Cindi.
" Kalian sedang membahas apa? sepertinya sesuatu yang serius? " tanya Iyan penasaran.
" Kamu sengaja nguping ya? " tanya Edo.
" Nggak juga, bahkan aku nggak dengar apa yang sedang kalian bicarakan. karena duduk sedikit jauh. lain kali bicara sedikit keras, agar aku bisa medengarnya. " jawab Iyan.
" Nggak sekalian aja gabung dengan kita lain kali. " ucap Edo.
" Emangnya bisa? " tanya Iyan memastikan.
Edo pun langsung menatapnya tidak percaya.
" Aku hanya bercanda. " jawab Iyan tertawa.
" Lagi pula aku lihat gadis itu hanya pura pura cari alasan saja, agar bisa mengunjungimu. " lanjut Iyan yakin.
" Kok kamu tau? " tanya Edo kaget.
" Dari cara dia natap kamu aja beda, pasti itu hanya alasan saja karena ingin ketemu kamu. " jawab Iyan.
" Kamu dokter apa paranormal sih Yan? " ucap Edo tertawa kemudian berlalu pergi.
Keesokan harinya di hari libur sekitar pukul empat sore, Edo tengah menyiapkan beberapa bahan untuk membuat kue.
Hari ini ia berencana ingin membuat kue ulang tahun.
Tidak berselang lama Suina masuk sambil membawa beberapa buah buahan segar.
" Putih! " ucap gadis itu masuk.
" Hah dok! aku nggak tau kalau dokter di rumah hari ini, karena nggak lihat mobil di depan. " ucap Suina kaget.
" Mobil saya di bengkel, karena ada beberapa perlengkapannya yang harus di periksa. " jawab Edo tersenyum menghampirinya.
Suina pun langsung teralih dengan bahan bahan kue di atas meja dapur.
" Dokter mau buat kue ya? " tanya Suina.
" Em! " jawab Edo mengangguk.
" Benarkan? aku boleh sekalian belajar ya dok? " tanya Suina yang terlihat sangat antusias.
" Em! " jawab Edo yang lagi lagi mengangguk sambil tersenyum.
" Asik! aku juga bawa buah buahan, bisa kita jadikan toping atau hiasannya nanti. " ucap Suina sambil memperlihatkannya.
Edo pun langsung mengambilnya kemudian mengajak gadis itu menuju dapur.
Hari menjelang gelap, akhirnya kue buatan mereka siap.
Suina benar benar terlihat sangat senang dengan hasilnya.
" Wah.. benar benar berhasil. " ucap gadis itu puas.
" Kita hias sekarang? " tanya Suina
" Em! " jawab Edo.
Mereka pun mulai memotong beberapa buah untuk di jadikan dekorasinya.
Butuh waktu sejam lebih untuk menghias kue itu.
Suina terlihat benar benar sangat teliti dan hati hati melakukannya.
Sesekali hal itu membuat Edo tersenyum, karena melihat raut wajah Suina yang sangat serius.
" Akhirnya selesai juga. " ucap Suina lega sambil merenggangkan otot pinggangnya.
" Mau di potong sekarang? " tanya Edo.
" Hah? " ucap Suina kaget.
" Kamu nggak pengen mencicipinya? " tanya Edo.
" Pengen sih dok, tapi sayang aja kalau di potong. kuenya cantik banget. " jawab Suina.
" Terus kalau nggak di potong, gimana nyicipinya? apa kamu berencana untuk menyimpannya? " tanya Edo tertawa.
" Tapi sayang benget. " jawab Suina tidak tega menghancurkan kue yang sudah susah paya ia buat.
" Gini aja, kita foto dulu bareng kuenya. buat kenang kenangan. " ucap Suina yang langsung berlari mengambil ponselnya di ruang tengah.
Kemudian ia datang lagi dan langsung menghidupkan kamera ponselnya.
" Mm.. dokter pegang ponselnya biar aku pegang kuenya. " ucap Suina sambil memberikan ponselnya pada Edo.
Kemudian keduanya mulai memposisikan tubuh mencari cahaya yang bagus.
" Nggak bersiin wajah kita dulu? " tanya Edo.
" Memangnya wajah kita kenapa? " tanya Suina sambil mengusap ngusap kedua pipinya.
" Ada bekas tepung. " jawab Edo sambil memperlihatkanya melalui kamera ponsel.
Suina pun langsung tertawa melihat kondisi wajahnya yang terdapat banyak tepung.
" Nggak usah dok, kek gini lebih bagus. lebih meyakinkan kalau kue ini buatan kita sendiri. " jawab Suina terkekeh.
" Baiklah. " jawab Edo tertawa.
Mereka pun mengambil beberapa foto dengan berbagai macam model bersama kue buatan mereka itu.
Setelah itu, Edo langsung mengantar Suina pulang karena hari sudah mulai larut.
" Terima kasih dok sudah mengantarkan aku pulang lagi. " ucap Suina begitu mobil Edo tiba di depan rumahnya.
" Kamu sendirian di rumah? " tanya Edo karena melihat rumah Suina dalam keadaan gelap.
" Em! bibi Yan sedang pulang kebali untuk melihat tokonya karena udah lama di tinggal. " jawab Suina.
" Kamu nggak takut sendirian di rumah? " tanya Edo cemas.
" Nggak, aku udah biasa. " jawab Suina.
" Ya udah, jangan lupa kunci semua pintu dan jendelanya sebelum tidur. " ucap Edo mengingatkannya.
" Iya, ya udah. aku masuk dulu, dokter hati hati pulangnya. " jawab Suina kemudian turun dari mobil pria itu.
" Hati hati, jangan terlalu serius dengan ponsel. " ucap Edo lagi.
" Iyaa... bye! bye! " jawab Suina tersenyum, kemudian masuk kehalaman rumahnya sambil melambaikan tangan tersenyum manis.
Edo terus memperhatikannya hingga gadis itu masuk kedalam rumahnya.
Setelah melihat Suina masuk dan seluruh rumahnya terang, barulah Edo pergi.
***
Beberapa hari kemudian, Edo ikut dengan Suina ketoko sembako kakek dan neneknya.
Sesampainya di sana, kakeknya langsung terlihat kesal melihat kedatangan cucu perempuanya itu.
" Kamu ngapain lagi kesini lagi? " tanya kakeknya yang tidak suka melihat kedatangan Suina.
" Suina datang karena ingin beli beberapa bahan makanan. " jawab Suina terkekeh.
" Aku tidak akan menjualnya padamu. " jawab sang kakek.
" Bagus deh, Suina juga nggak bawa uang datang kesini. " ucap Suina tertawa.
" Kau datang kesini hanya untuk membuat aku kesal ya? pulang sana." tanya kakeknya yang mulai marah.
" Nggak kok, kakek juga jangan terus mengusir Suina seperti ini. biar bagaimana pun Suina tetap cucu kakek. " jawab Suina tersenyum manis.
" Aku tidak punya cucu sepertimu. " jawab Kakeknya.
" Suina datang kesini ingin ketemu nenek, nenek ada di dalam kan? " tanya Suina.
" Nggak ada, dan aku tidak akan mengizinkanmu untuk masuk kedalam. " jawab kakeknya.
" Terima kasih kek, kakek ngobrol sama dokter ini aja, Suina mau lihat nenek kedalam. " ucap Suina yang langsung menuju ruangan belakang tanpa menunggu persetujuan kakeknya.
" Heh! heh! anak nakal, kamu mau kenapa? " tanya kakeknya yang mulai kesal.
Namun gadis itu tidak memperdulikannya, dan malah semakin berlari masuk kedalam mencari neneknya.
" Dasar anak nakal. " gumam kakeknya kesal.
" Dok! dari semua gadis yang ada di dunia ini, kenapa dokter harus memilih gadis yang keras kepala itu? " tanya sang kakek heran.
Namun Edo hanya tersenyum tidak menjawab apa apa, karena baginya tidak ada alasan cocok untuk tidak memilih gadis itu.
Karena Suina benar benar bisa membuatnya tertawa dan melupakan sejenak semua masalah serta tekanan yang di alaminya selama ini.
###NEXT###