NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Gangster Hyper

Gadis Incaran Gangster Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.

Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.

Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.

Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Di dalam kamar VIP yang penuh gemerlap lampu, Rebecca tertawa lepas sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Ia bersulang bersama lima pria tampan yang mengelilinginya, wajahnya memerah karena alkohol yang sudah beberapa kali diteguknya. Musik dari speaker menggema, membuat suasana semakin riuh.

Sementara itu, Lillian duduk di sisi sofa, terjepit di antara Rebecca dan salah satu pria tampan yang sejak tadi mencoba mendekatinya. Ia hanya duduk pasrah, kedua tangannya menggenggam erat tasnya, seolah benda itu satu-satunya pegangan dirinya. Tatapannya cemas, matanya sesekali melirik pintu seakan mencari kesempatan untuk kabur.

"Rebecca, sudah malam. Aku ingin pulang dulu. Besok kita harus masuk kerja," ucap Lillian yang mencoba menolak dengan halus.

Rebecca menoleh, wajahnya penuh tawa dan mata berbinar karena mabuk. "Lillian, kita jarang ke tempat ini. Jangan sia-siakan kesenangan ini! Minumlah sepuasmu dan bersenang-senanglah dengan semua pria tampan di sini," ujarnya sambil menepuk bahu sahabatnya.

Salah satu pria di sebelah Lillian mendekat, wajahnya tersenyum ramah tapi sorot matanya penuh maksud. Ia mengangkat gelasnya ke arah Lillian. "Nona, mari kita bersulang!" ajaknya dengan suara menggoda.

Lillian segera menggeleng keras. "Tidak! Aku pulang saja!" jawabnya, suaranya terdengar tegas kali ini. Ia mencoba bangkit dari sofa, tapi pergelangan tangannya ditahan oleh Rebecca yang mendadak menariknya kembali duduk.

Rebecca menatap Lillian dengan senyum. "Hei, Duduk saja dan ikut bersenang-senang!" katanya dengan nada setengah bercanda.

"Rebecca, kau sudah mabuk, jangan minum lagi. Kalau aku minum lagi, siapa yang menyetir?" tanya Lillian dengan nada putus asa, mencoba menahan gelas yang sudah hampir kosong dari tangan sahabatnya.

Rebecca hanya terkekeh dan menepuk bahu Lillian. "Kita pulang naik taksi," jawabnya enteng, bibirnya merah karena minuman beralkohol.

Lillian menggeleng keras, wajahnya tegang. "Kalau aku terlalu lama di sini, bisa diketahui oleh Papaku. Aku bisa saja dibunuh," desisnya lirih, suara panik jelas terdengar.

Tiba-tiba—

BRAK!

Pintu ruangan VIP itu terbanting keras akibat sebuah tendangan. Suara dentuman membuat semua orang di dalam ruangan terlonjak kaget. Gelas-gelas di meja bergetar, beberapa bahkan hampir tumpah.

Cole muncul di ambang pintu, sosoknya menjulang dengan jaket kulit hitam yang membuat aura dingin dan garangnya semakin nyata. Tatapannya tajam, menyapu seluruh ruangan. Di belakangnya, Julian dan Jhon menyusul masuk dengan wajah serius.

Suasana yang tadinya penuh tawa dan riuh seketika membeku. Para pria yang duduk di sekitar Rebecca dan Lillian menegang, tak berani bergerak.

Dengan langkah berat dan penuh tekanan, Cole melangkah mendekati sofa. Matanya terfokus hanya pada satu orang.

"Hebat sekali," ucapnya dengan suara dingin, setiap kata bagai belati. "Datang ke tempat ini untuk bersenang-senang dengan pria."

Lillian terkejut, tubuhnya menegang seolah semua darahnya berhenti mengalir. Ia menatap Cole dengan mata membesar, tak menyangka pria itu akan muncul di hadapannya.

Rebecca yang setengah mabuk mengerutkan dahi, menoleh bingung. "Lillian, siapa dia?" tanyanya polos.

Dengan napas tercekat, Lillian menjawab pelan, "Dia adalah Cole Han… kakaknya Will."

Mata Rebecca berbinar, lalu senyumnya melebar nakal. "Ternyata kakaknya Will. Rupanya kakaknya lebih tampan dari adiknya," ujarnya dengan suara mabuk yang terkesan menggoda.

Cole menoleh cepat, sorot matanya dingin menusuk. "Keluar!" bentaknya lantang pada lima pria yang tadi bersama Rebecca.

Nada suaranya begitu keras dan penuh wibawa, membuat kelima pria itu spontan berdiri. Mereka saling pandang, lalu buru-buru melangkah keluar tanpa berani melawan.

Ruangan itu kini hanya menyisakan Cole, Julian, Jhon, Rebecca yang masih terhuyung mabuk, dan Lillian yang duduk kaku dengan wajah pucat pasi.

Cole menghampiri Lillian dengan langkah mantap, setiap gerakannya membuat udara di ruangan seolah menegang. Ia duduk tepat di samping gadis itu, jaraknya begitu dekat hingga Lillian bisa merasakan hawa dingin yang terpancar dari tubuhnya.

Dengan tatapan tajam, Cole mencondongkan tubuh sedikit. Suaranya rendah namun menusuk, "Sudah puas bermain?"

Lillian mengangkat wajahnya, berusaha tegar meski jantungnya berdegup kencang. "Apa aku perlu minta izin darimu? Kau bukan siapa-siapaku," jawabnya dingin, meski nada suaranya bergetar.

Rebecca yang setengah mabuk menyandarkan tubuh ke sofa, matanya sayu tapi bibirnya tetap tersenyum. "Tuan Han, Lillian baru putus cinta… oleh karena itu aku mengenalkan pria tampan untuknya," ucapnya dengan nada enteng, seperti tak menyadari bahaya yang sedang mengintai.

Cole mengalihkan pandangannya kembali pada Lillian, tatapannya tajam bagaikan pisau. "Menggunakan pria lain untuk menyenangkan diri. Apakah kau sangat bahagia dengan cara seperti itu?" tanyanya dengan suara menusuk, penuh penghinaan.

Lillian mengepalkan tangannya, berusaha menahan rasa takut yang mulai mencekik. "Ini adalah kebebasanku. Tidak perlu ikut campur," balasnya dengan suara pelan tapi penuh tekad.

Cole tersenyum miring, senyum yang lebih menyeramkan daripada marah. Ia bangkit tiba-tiba, lalu meraih tangan Lillian dengan kasar.

"Sakit!" jerit Lillian, tubuhnya meronta mencoba melepaskan diri.

Namun genggaman Cole terlalu kuat. Dengan satu gerakan penuh kuasa, ia mengangkat tubuh gadis itu ke pundaknya, seakan Lillian hanyalah barang miliknya. "Kau butuh pria, bukan? Kalau begitu, biar aku yang memuaskanmu!" ucapnya dingin, lalu melangkah keluar ruangan tanpa menoleh lagi.

"Hei! Kau ingin membawanya ke mana?" seru Jhon.

Julian langsung menghalanginya dengan tatapan tajam. "Biarkan saja. Bos tidak suka diganggu."

Jhon mengerutkan dahi, suaranya penuh tanya. "Ada apa dengan bosmu? Apakah dia serius dengan gadis itu? Bukankah dia sendiri bilang tidak cemburu? Lalu kenapa emosinya sampai memuncak seperti ini?"

Rebecca yang mabuk menepuk meja dengan suara serak, "Hei! Kalian bawa temanku ke mana?!" teriaknya, tubuhnya hampir terjatuh karena tidak bisa berdiri tegak.

Jhon menatap khawatir. "Bagaimana dengan dia? Dia sudah mabuk, tidak mungkin kita tinggalkan begitu saja."

Julian menahan lengan Rebecca agar tidak jatuh. "Aku akan membawanya pulang," ujarnya singkat, kemudian memberi isyarat pada pelayan club untuk membantu.

Di sisi lain, Cole terus melangkah dengan cepat melewati koridor hotel yang terhubung dengan club itu. Wajahnya dingin, tatapannya lurus ke depan. Lillian masih meronta di pundaknya, tangannya menghantam punggung Cole berkali-kali, namun usahanya sia-sia.

Setibanya di kamar hotel yang sudah ia kuasai, Cole menendang pintu hingga terbuka, lalu masuk dengan langkah berat. Tanpa basa-basi, ia melempar tubuh Lillian ke atas kasur empuk, membuat gadis itu terhempas dengan kasar.

Lillian terengah, tangannya refleks meraih selimut untuk melindungi diri. Matanya menatap Cole dengan campuran takut dan marah.

Cole berdiri di tepi ranjang, menatapnya lekat-lekat dengan aura mendominasi. Rahangnya mengeras, sorot matanya tidak lagi hanya dingin—ada api yang menyala di dalamnya.

Pria kejam itu melepaskan jaketnya dan dilemparnya ke arah lain.

1
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
partini
wehhh ada penghianat
merry
mulut si Sami tu gk tau dri bgtt yaa pdhll dia dan ank y pyn prestasi apa cbb cm numpang hdp sm suami'y ya itu Bpk cole cole cbb cole cole ambil smuyy harta y jdi gembel mrkk🤭🤭🤭🤭 cole ank sah pasti cole lh pewarisnya
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Maria Mariati
terima kasih thorr 💪💪💪
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Lydia
Bagus
partini
hemmm ngeyel sekali ini Kunti
Maria Mariati
lanjut thorrr aku suka ceritamu, semangat 💪💪💪
partini
hemmm Lilian apa dia percaya ayo Cole bantu ungkap ke publik apanyg sebenarnya terjadi
Ambar
conge banget sih neng
Nabil abshor
skiiippppp skiiiippppp merusak mata,,,,,🤣
Nabil abshor
😭😭 seru iiih,, up lagi,,,,, 😍😍😍
partini
permainan ih jaharaaa kamu cole,,bucin akut nyaho kamu
merry
dua kakak adik pd bajingann smuyy,, tar terjdi sesuatu pd lili pd nyesel lh in lh itu lh,, mkn tu penyesalan klian nntii org lg patah hati dhncrknn lgh dgnnya cara bgtuu
merry
hbs lhh si lili,, cep model cole tgu tar br nyesel dia 😄😄😄
partini
sehhh mau bercocok tanam ko kasar
merry
kty gk cinta dgr li dktin cwo lngsng marahh entah apa yg terjadi dech sm lili
Laila Isabella
turunkn ego mu cole..
Nabil abshor
kenapa pemaksa sekLi kamu,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!